10 - Menyedihkan

412 52 1
                                    

Setelah perjuangan panjang, Dira akhirnya berhasil juga membuat penampilannya terlihat secantik mungkin. Walaupun memang bonus yang didapatnya kemarin harus berkurang banyak untuk membeli baju, sepatu dan make up baru, tapi terlepas dari itu semuanya Dira merasa sangat puas. Sekarang ini dari atas sampai bawah Dira merasa sempurna. "Gila.... Princess dandannya lama amat." Seru Tiara dari ambang pintu.

"Baru pulang?." Tanya Dira basa-basi sambil menambahkan make up yang kurang seperti blush on dan lipstik.

Suara langkah kaki Tiara yang mendekat terdengar oleh Dira. "Iya, capek banget nih gue. Tadi ada kerjaan yang harus diberesin hari ini." Tiara merebahkan dirinya di atas kasur milik Dira. "Haduuuh... butuh piknik nih kayaknya."

Dira bangkit dari duduknya. "Tinggal piknik. Kalau mau nanti kita bisa pergi berdua. Biar bisa sharing sekalian urusan dana." Tawa Dira menggema di kamarnya. "Gue juga kayaknya butuh Vitamin Sea." Sambil bicara, Dira sambil memasangkan antingnya.

"Boleh banget tuh. Nanti kita ajak yang lain." Usul Tiara penuh semangat.

Merasa tidak suka dengan usul Tiara, Dira menghentakkan tangannya. Badannya juga langsung menoleh dan menatap tajam sahabatnya itu. "Jangan. Ngapain. Mau ngajak siapa lagi emang?."

Alis Tiara yang naik turun membuat Dira memutar matanya lelah. "Ada deh."

"Galih?." Tebak Dira. Respon Tiara yang malah tertawa jelas membuat Dira mencurigai sesuatu. "Jangan-jangan sama cowok lain?."

Tiara angkat bahu kemudian berdiri melangkah keluar. "Bosen kalau sama si Galih, yang ada malah berantem mulu. Butuh penyegaran nih gue. Butuh yang nge-endorse juga." Mood Tiara yang tadinya kusut dan bete mendadak cerah dan gembira. Dira jadi bingung sendiri, semenjak dahulu sahabatnya itu bisa berubah mood sedrastis itu. Dari yang nangis bisa jadi ketawa dan begitu juga sebaliknya hanya dalam waktu beberapa menit saja.

"Lo tuh kalau udah urusan duit jadi ijo." Balas Dira.

"Tuh gebetan lo ada didepan."

"Masa sih?. Gak ada telepon." Tanya Dira tidak percaya sembari melihat handphone, untuk mengecek apakah ada chat atau telepon masuk dari Beni. Ternyata benar saja, ada empat telepon dan dua chat masuk yang bilang kalau Beni sudah didepan. Dira jadi kesal sendiri suka lupa meangktifkan dering teleponnya kalau pulang kerja. Sekarang Dira jadi membuat Beni menunggu lama.

Secepat kilat, dirinya menyambar tas kecil lalu keluar dari rumah. Terlihat sebuah mobil asing yang terparkir rapih didepan rumahnya. Dira ragu kalau itu Beni, tapi kalau dari chatnya sih Beni bilang kalau dia sudah ada di depan rumahnya. Bukannya apa-apa, biasanya Beni membawa mobil CRV putih, tapi hari ini yang ada didepan rumahnya ini adalah mobil Range Rover putih.

"Dimana Ben?. Katanya udah didepan rumah, tapi mobil kamu gak ada." Tanya Dira saat sudah tersambung di telepon. Beni keluar dari Range Rover itu dan Dira pun melangkah mendekat. "Tadi mau naik, tapi takut salah. Kan gak lucu udah dandan kayak gini taunya salah naik mobil."

"Aku lupa bilang. Malem ini lagi mau pake yang ini dulu."

Lo lupa Dira, si Beni ini kan kaya. Emangnya kamu yang cuma punya satu mobil?. Ya si Beni sih pasti punya lebih dari satu mobil.
Pinter banget memang kamu Dira.

"Oh gitu. Bukan apa-apa sih, tadinya takut salah. Makanya malah diem dulu bengong terus telepon kamu."

Tidak sopannya Beni malah menertawai Dira. "Kalau salah naik, paling diculik." Canda Beni. "Si Menot lagi di bengkel nih." Beni membukakan pintu mobilnya untuk Dira, sambil membantu juga Dira untuk masuk. Maklum Dira memakai gaun hitam semata kaki, jadi ribet saat harus naik mobil.

Dira dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang