5 - Baper

429 59 1
                                    

Hai. Long time no see dengan Dira.
Please, tinggalin vote dan komentarnya ya.
🌙🌸
***

Ini gawat.

Dira gelisah. Dalam duduknya Dira bergerak ke kiri dan ke kanan. Bahkan masakan Ibu Tuti yang biasanya enak terasa hambar dan sulit untuk ditelan. Bagaimana tidak?. Beni akrab sekali dengan ibunya—— Ibu Tuti. Terlihat sekali, Beni sosok laki-laki yang sangat santun, humoris dan supel. Berbeda sekali dengan Jefri yang agak kaku bila berhadapan dengan orang tua dan agak gengsian untuk mengikuti alur pembicaraan orang tua yang terkadang kolot dan tidak dimengerti oleh generasi muda.

Yang lebih terasa mengerikan bagi Dira, Beni ini terlalu sesuai dengan penggambaran tokoh di novel yang sering dia baca. Beni punya paket komplit. Belajar dari cerita orang, wejangan dari atasannya—- Abdie dan dari pengalaman, kata— komplit itu lah yang harus membuat Dira khawatir. Ditambah jalan yang terlalu mulus dari awal dikenalkan sampai sekarang. Sampai bisa diibaratkan seperti jalan tol. Semenjak diputuskan Jeje, Dira menjadi orang yang lebih waspada dan tidak ingin mudah percaya dengan orang lain, terutama laki-laki. Jeje dulu juga mengumbar janji manis yang taunya busuk, sok lembut dan sok setia. Nyatanya sekarang ini, Jeje busuk dan munafik.

"Mau jalan berdua gak ke taman safari?." Tanya Beni saat Dira sedang mengumpulkan piring kotor di meja.

Taman safari?.

"Hah?." Dira aneh. Baru ada yang mengajaknya pergi berdua atau yang biasa disebut kencan ke taman safari. Selain agak jauh, itu juga lebih tepat untuk wisata keluarga bersama anak. Bukan Dira tidak suka, hanya saja out of the box. Beni memperlihatkan mata yang berbinar-binar. "Iya. Yuk.. makanya saya dateng pagi-pagi banget." Balas Beni.

Tunggu...
Taman safari?. Deket puncak kan?. Jangan-jangan...

"Buat apa ke Taman Safari?." Dira menyadari pertanyaannya yang konyol, tapi daripada terjadi sesuatu yang Dira sering intip di laptop Tiara, lebih baik ditanyakan.

"Liat binatang dong, neng." Jawab Beni santai sembari mengambil piring yang sudah Dira susun untuk dibawa ke tempat cuci piring. "Ya kan tante?. Kalau ke taman safari itu buat liat binatang kan?."

Ibu Tuti dalam beberapa belas menit menjadi satu komplotan dengan Beni. "Iya dong. Boleh gak tante sama om ikut?. Kebetulan ayahnya Dira lagi di jalan ke sini abis dari rumah temennya."

Makin gila.

Langsung menoleh pada ibunya, Dira memberikan tatapan mata yang agak melotot. "Bu Tuti, jangan aneh-aneh ah." Kencan diikuti oleh Ibu Tuti dan Pak Irfan sepertinya belum pernah terpikirkan sebelumnya. Memang akan lebih safety, tapi Dira tidak bisa membayangkan kehebohannya. Ibu Tuti yang hobi foto sana-sini, belum lagi Pak Irfan yang hobi mengobrol. Bertanya ini itu.

Mikir apa nanti si Beni?. Mau deketin dia sama orang tua?.
No.. no... nanti aku dikira cewek apa?.

"Boleh dong Tante." Beni si ramah dengan senyuman lebar.

Bener-bener gila.

"Enggak ah, ibu sama ayah pasti capek kalau harus ke Taman Safari." Bantah Dira agar rencana gila ini tidak terjadi.

Tapi Ibu Tuti begitu bersemangat ingin ikut. "Ya enggak atuh neng kan satu mobil sama Aa Beni neng. Jadi moal capek."

"Iya bener, neng. Gak akan apa-apa kok."

Dira dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang