Prolog

1.4K 122 0
                                    

Langkah kaki Dira tergopoh-gopoh untuk menyamai langkah Abdie yang tidak menoleransi langkah kecilnya. "Saya gak habis pikir. Bisa-bisanya kamu salah liat jadwal ketemu klien. Untung sekretarisnya masih baik mau telepon kita. Kalau yang jahat dia bisa pergi gitu aja terus cari yang lain." Abdie mengomel panjang lebar. Padahal biasanya Abdie tidak banyak bicara, tapi karena kekesalan yang sudah menumpuk Abdie menumpahkannya hari ini pada rekannya yang sama-sama menangani kasus ini.

Ya lupa. Antara jam dua sama jam tiga kan beda tipis.

Dug..

Tubuh Dira yang tinggi semampai menubruk tubuh Abdie yang mendadak berhenti. Perasaan Dira langsung tidak enak, tatapan Abdie tidak seperti biasanya. Galak memang sehari-seharinya, tapi saat ini diatas itu pikir Dira. Menyeramkan sekali. "Kamu lagi patah hati ya?. Diputusin pacar?. Iya?."

Deg...

Sebaris pertanyaan Abdie seakan menembak Dira dengan satu tembakan yang sangat tepat sasaran.

"Mata kamu yang berubah jadi gede kayak bola ping-pong gitu udah cukup kasih jawaban ke saya."

"Enggak kok..." bantah Dira dengan mulut yang sulit bergerak.

"Saya kasih saran, jangan ngorbanin pekerjaan yang udah susah-susah kamu dapat sekarang ini. Ingat, pendidikan kamu itu mahal, dari uang orang tua pula. Masa cuma karena laki-laki yang mungkin sekarang ini lagi sama cewek yang lebih cantik dari kamu, kamu malah mau ngerusaknya." Abdie memberi jeda pada bicaranya. "Yang lebih gilanya mungkin sekarang dia lagi jelek-jelekin kamu juga ke pacar barunya." Abdie menatap penuh percaya diri pada Dira.

Emang situ juga bisa hidup tanpa Kaila, bidadari berkalung ratusan juta rupiah?. Segitu bucinnya.

"Enggak kok pak, saya gak..." bantah Dira lagi yang sayangnya tidak mendapatkan respon dari Abdie.

"Saya punya banyak temen kok, nanti saya kenalin ke kamu. Jadi stop ya bertingkah konyol gara-gara cowok karena sekali lagi kamu ceroboh kamu bisa cari kerja di kantor firma hukum yang lain."

Emang gue keliatan gak laku apa kalau cari sendiri?. Kenapa udah dua orang yang ngomong begini?.

Perasaan Dira sudah terjun bebas ke sungai. Biasanya dia tidak sakit hati terhadap apa yang dikatakan Abdie karena biasanya apa yang dikatakan Abdie itu tidak benar tapi untuk kali ini Abdie sudah berbicara hal yang benar.

Dira ingin menangis saja dan kalau perlu mencakar atasannya ini jika dia punya uang berkarung-karung dirumah. Sayang Dira masih punya cicilan mobil.

Kan kalau kasih wejangan itu harusnya baik-baik, lemah lembut. Ini nyelekit banget.

"Baik pak. Tapi maaf Pak Abdie sebaiknya kita stop ngobrol begini. Kan udah ditunggu. Bapak bisa ngobrol sama saya lagi nanti."

Andai bukan karena pola pikirnya yang menarik, Abdie tidak akan mempertahankan Dira sampai dua tahun. Dira selalu berhasil menguji keimanan dan kesabarannya. Oh ya satu lagi andai saja Dira bukan teman Tiara, mantan pacarnya yang masih berhubungan baik dengannya itu tentu Abdie tidak akan sungkan untuk mengeluarkan Dira.

"Saya bukan lagi ngobrol sama kamu, saya lagi bicara sebagai rekan kerja agar kinerja kamu membaik. Saya gak punya banyak waktu buat ngobrol. Apalagi soal percintaan." Abdie menghembuskan nafas kasar sebelum berbalik berjalan kembali ke arah lift kantor.

Ya.. ya.. Abdie terserah lah ya. Yang penting cepetan jalan!. Ngomel mulu kayak rel keret api.

"Eh.." Kalau saja mulut Dira tidak ada remnya mungkin Dira akan langsung bilang, ya ampun apa lagi sih ah Ferguso?. Berkat pengalaman dan sudah terlatih, rem mulut Dira cakram bila sedang berhadapan dengan Abdie.

"Jangan karena lagi patah hati, kamu bicara yang gak jelas terus ngilangin klien kita ya." Ancam Abdie ketus dengan peringainya yang tegas dan kacamata yang selalu terlihat menakutkan bagi Dira.

"Iya Pak."

Abdie sudah berjalan lagi sebelum Dira menjawab pertanyaan Abdie.

Bisa ya orang beda banget kayak dia. Dulu aja waktu masih pacaran sama si Tiara sering ikut maen ke rumah gue, tebar senyum lima menit sekali, ramahnya juga pake banget. Eh sekarang kayak gini banget. Tau gitu gak minta bantuan sama si Tiara buat masukin ke kantor firma hukumnya.

Nasip.
**

Dira dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang