3 - Orang Patah Hati

484 69 0
                                    

Konyol. Itu yang dirasakan Dira saat mantan pacarnya yang tidak tau diri itu berdiri di depan pintu rumahnya dengan membawa kotak besar di tangannya. Kotak yang dipastikan berisi barang-barang pemberiannya selama berpacaran dulu. Darimana Dira tau?. Dari tulisan besar yang ada di kotaknya, 'Barang Pemberian Mantan'. Kurang konyol apalagi?. Dengan tulisan tangan yang Dira tau bukan tulisan milik Jeje. Bisa dipastikan itu adalah tulisan pacar tercinta Jeje, Yunita.

"Di.." Dira benci saat Jeje memanggilnya dengan sebutan spesial itu. Jarang ada orang yang memanggilnya Di, rata-rata mereka memanggil Dira dengan Ra. "Ini barang-barang yang dulu kamu kasi." Lanjut Jeje.

"Simpen aja, aku gak butuh." Bantah Dira dengan memasang poker face. Siapa yang tau kalau hati Dira saat itu berdarah-darah karena terluka. Harga dirinya berasa dijatuhkan Jeje ke dasar jurang.

Jeje menghembuskan nafas besar. "Please Di, aku gak mau hubungan kita jadi kayak gini. Telepon aku semalem kamu gak angkat, sekarang juga kamu gak mau terima barang ini. Aku bukan gak mau nyimpen barang-barang ini Di, kamu tau sendiri semua barang yang kamu kasi buat aku ini barang yang aku pengen banget dan susah dicari...."

"Tapi pacar baru kamu itu gak mau kamu nyimpen. Iya kan?." Tanya Dira yang mulai naik nada bicaranya satu oktaf. Jeje mengangguk lemah. Dira sungguh benci. "Ya udah buang aja atau simpen di gudang. Ribet banget sih Kak Je." Jeje yang merupakan kakak tingkat Dira sering dipanggil Kak Je oleh Dira.

Firasat Dira kembali tidak enak saat Jeje menyimpan kotak besar itu dilantai kemudian mengeluarkan handphone dan menunjukan sesuatu yang membuat emosi Dira naik ke ubun-ubun. "Gak bisa, Di. Aku tau kamu dapetin semua barang ini susah. Pengennya juga aku simpen, tapi aku udah mau serius sama Yunita bahkan bulan depan kami mau tunangan. Dia minta aku buat kembaliin ini semua ke kamu. Ya aku gak bisa nolak, aku ngejaga perasaan dia dengan ngikutin maunya." Jelas Jeje yang terlihat tidak enak ketika mengatakan hal itu pada Dira.

Detik itu juga Dira ingin sekali melempar Jeje ke langit, ke laut, pokoknya kemana saja yang penting jauh dari bumi. Tempat dirinya tinggal. "Jaga perasaan dia?. Perasaan aku gimana?. Udah mendadak ngomong putus waktu kita lagi makan ketoprak sampai rasanya susah nelen, mutusinnya pake alasan mau fokus S2 segala, sekarang baru dua minggu kita putus Kak Je udah ngasi aku undangan pertunangan. Kak Je masih sehat kan?. Apa aku gak ada baiknya sama sekali ya di mata kamu sampai-sampai kamu banget sama perasaan aku. Aku juga yakin Kak Je udah selingkuhin aku." Nafas Dira tersengal-sengal karena luapan emosi, tapi walaupun begitu Dira merasa lega karena sudah mengeluarkan unek-uneknya pada Jeje.

Thanks God. Sumpah, rasanya kayak pecah telor.

"Di.. maafin aku." Permintaan maaf Jeje mengandung makna besar dan pengakuan hebat dari dalam matanya. Dira jadi semakin ingin melempar Jeje ke luar planet kalau dia bisa melakukannya asal Jeje tidak terlihat lagi oleh matanya. Namun karena kenyataannya tidak bisa, yang dilakukan Dira adalah mengambil kotak besar yang dibawa oleh Jeje kemudian menutup pintu rumahnya dengan meninggalkan Jeje yang masih berdiri didepan pintu.

"Jeje !!. Gue do'ain lo diare selama pertunangan. Inget itu Je, gue yakin doa orang terdzalimi itu bakal terkabul." Umpat Dira sendirian.

Kotak besar itu dibanting kasar oleh Dira ke lantai dengan sengaja sampai tutupnya yang tidak tertutup rapat jatuh ke lantai dan salah satu komik pun yang ada didalamnya ikut terjatuh.

Komik Kindaichi.
**

"Kamu kenapa lagi Dira?." Abdie—- si pria yang sudah berusia 32 tahun itu masih merasa belum bisa mengerti bagaimana untuk menghadapi Dira yang berumur 25 tahun dan sering berubah-ubah moodnya. Seingat Abdie, pertemuan Dira dengan temannya—-Beni itu mulus seperti jalan tol. Dira ketika ditanya juga bilang tertarik, Beni bahkan sudah bilang suka ketika Abdie tanya. Jadi dimana masalahnya sampai-sampai Dira kehilangan fokusnya lagi?. Abdie merasa frustasi kalau sudah seperti ini.

Dira dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang