2 - Obat Nyamuk

580 80 0
                                    

Andai Dira tau dirinya akan dihadapkan dalam situasi seperti ini, lebih baik Dira mengendarai mobil Civic  yang dicicil dengan hasil kerja kerasnya sendiri daripada harus naik mobil sport mewah, tapi harus berada diantara dua manusia yang lupa kalau di dunia ini bukan hanya mereka berdua yang tinggal, tapi ada manusia lainnya yang tinggal dan baru putus setelah——13 hari 20 jam 45 menit.

"Janji tapi ya kamu gak lama nanti ke luar kotanya." Suara Abdie sok manis. Dira sampai bergidik ngeri.

"Iya tenang aja, gak akan lama. Aku cuman gak enak aja kalau gak dateng ke perayaan ulang tahun nenek yang ke-70. Nanti papah bisa ngeluarin aku dari KK." Jawab Kaila tertawa ala putri.

"Di hotel mana perayaannya?."

"Luxton. Nanti sekalian nginep situ juga."

Itu neneknya yang ultah, gue yang ngeri ngebayangin biayanya. 70 tahun aja ngerayainnya di hotel. Gue dulu waktu 17 tahun di rumah aja, dibikinin nasi uduk doang udah syukur. Mendadak jiwa miskin ini iri pada si nenek.

"Hati-hati ya. Jangan kecapekan. Jangan kelamaan yang paling penting."

Geli banget. Ya Tuhan. Kresek mana kresek?. Pengen muntah dengernya.

Dira sedikit mual melihat sikap atasannya itu. Pasalnya, setiap memberikan wejangan Abdie selalu menekankan kalau Dira jangan sampai terpengaruh oleh lawan jenis, apalagi menjadi budak cinta. Kita harus bisa hidup mandiri dan bla bla.... Pada kenyataannya, Abdie sendiri adalah budak cinta seorang Kaila. Tidak bisa jauh-jauh dari pacarnya itu.

Dengerin lagu boleh kali ya, daripada dengerin dua orang yang lagi dimabuk cinta.

"Dira, Mas Abdie pasti banyak repotin kamu ya?." Tanya Kaila dengan nada bercanda setelah sekian abad Dira di jadikan obat nyamuk diantara Abdie dan pacarnya. "Dira." Kaila menoel paha Dira karena yang diajak mengobrol tidak menjawab, bahkan menoleh pun tidak. Dira hanya melihat jalanan dengan fokus dan melow seperti musik video klip.

"Kalau kayak gitu lepas aja satu headsetnya, sayang."  Kata Abdie yang dijawab Kaila dengan matanya. Seolah berkata, kan gak sopan. "Kamu gak akan bisa kalau pake cara halus. Volumenya pasti maximal sampei gak bisa denger apa-apa. Jadi tuli gitu makanya dia." Kaila langsung mencubit pelan pacarnya itu. "Gak boleh gitu ah." Peringat Kaila.

"Ya udah kalau gak percaya, tunggu aja sampei nyampe p kalau gitu." Balas Abdie sambil tertawa kecil.

Merasa benar juga, Kailapun mendengarkan nasihat dari pacarnya dengan tampang tidak enak. Dira jelas kaget setelah ditarik salah satu headsetnya. "Hah?." Dira merasa dirinya sangat jelek saat itu. Ekspresi kaget yang dicampur bingung. Mulut yang terbuka otomatis dengan otak yang ibaratnya komputer sedang nge-hank.

"Sorry ya Dira, Mas Abdie yang suruh saya buat kayak gitu." Dira yang sedikit kesal, jelas jadi tidak bisa marah. Dimintakan maaf oleh orang seramah Kaila. Apalagi provokator sesungguhnya juga dipastikan bukan Kaila, melainkan pacarnya Kaila yang memang beberapa kali juga pernah melakukan hal itu pada Dira. "Saya bukan supir kamu." Kata Abdie setelah mencabut headset Dira ketika keduanya dalam perjalanan menuju kantor klien beberapa hari lalu.

Dan dijawab oleh Dira dengan tenangnya. "Saya tau, tapi kan saya gak suka lagu jadul, mendayu-dayu yang kamu play di mobil. Lama-lama saya pasti tidur. Lebih gak sopan lagi kan?." Dira memasangkan headsetnya sambil melanjutkan perkataannya. "Lagipula kamunya juga kan kayak patung, gak bisa ngomong. Kalaupun ngejawab cuman ham hem, ham hem doang." Dira terkadang punya cara tersendiri untuk membuat Abdie mati kutu. Walaupun sebenarnya sering juga Dira merasa menyesal sudah membuat Abdie kesal. Tapi bagaimana lagi ada kalanya Dira sedang badmood dan menjadi singa betina.

Dira dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang