16 | Rencana

9 1 0
                                    

Ingatlah sebaik apapun kamu pasti ada yang tak suka, dan seburuk apapun rupamu pasti ada yang suka

🌞🌞🌞

happy reading!
vote commentnya biar semangat buat upload! ^^

Geta sudah stand by semenjak 5 menit yang lalu setelah bel pulang selesai tapi kelas Vana tak kunjung pulang. Pantas saja pelajaran pak Ngatiman yang selalu mengulur-ngulur waktu pulangnya.

Vana melangkah keluar dengan jaket levis yang melekat padanya. Geta dengan cepat menghalangi jalan Vana sehingga mau tidak mau ia berhenti dan menatap Geta tajam.

"Gue minta maaf," ucap Geta memohon.

"Lo tuh sebenernya kenapa sih? Gue ada salah?"

"Dengerin gue dulu, Van."

Vana yang mendengar suara melemah Geta yang kapan saja akan turun buliran air mata itu menarik pergelangan tangan Geta membawanya ke taman belakang sekolah.

"Gue ikhlas kok nginep di rumah lo dan soal gue yang tiba-tiba cuek, gue minta maaf. Gue tau itu salah. Cuma kemarin gue kesel, badmood banget rasanya," gumam Geta yang sedari tadi menunduk tanpa ada niatan melihat sorot muka Vana.

"Huftt, gue kesel aja dengan lo yang tiba-tiba cuek dan gue gatau permasalahannya apa. Si Tasya yang marah-marah gak jelas sampe gue pusing sendiri liatnya. Dan yang lebih parah lagi bisa-bisanya dia gak pamit atau basa-basi dulu sama nyokap. Ya walaupun dalam kutip udah kenal, sopan santun harus tetep ada dong."

"Mana pas lo lagi di kamar mandi, nyokap tanya dia. Eh malah responnya cuek banget tuh anak. Gak habis pikir gue."

"Kalo soal Tasya gue gak tau juga tapi sekali lagi gue minta maaf, Van."

"Udahlah belum lebaran minta maaf mulu. Pulang bareng gak?"

"Ayo!" raut muka Geta yang sumringah membuat Vana terkekeh melihatnya.

Di perjalanan mereka terus saja membicarakan hal random. Entah itu Geta yang tidak suka bau durian dan dengan isengnya Vana malah memperlambat laju motornya, membuat Geta pusing dengan semerbak baunya.

Atau tentang Vana yang mengejek Geta soal pedagang baso tahu siomay yang di singkat menjadi BTS. Geta sangat kesal sekarang bagaimana bisa idol kesayangannya di banding-bandingkan dengan makanan yang ada di pinggiran jalan.

"Anter gue dulu ke tempat waktu itu ya. Baru gue anter lo pulang."

Geta sebenarnya ingin menolak tapi ia tidak enak. Masa cuma sekedar anter doang yang sebatas duduk manis di belakang sambil menikmati pemandangan, Geta nolak. Jadi apa salahnya buat ikut. Lagi pula disini Geta posisinya hanya numpang.

Setelah sampai, Geta bergidik ngeri saat di dapati banyak sekali remaja seumuran Geta yang sudah bergelut dengan alat yang di sebut vape itu. Bahkan sebagian dari mereka tak ada rasa malu berduaan tak ada jarak antara mereka di tempat umum ini.

"Sehat kan lo, jing?" tanya seseorang yang melangkahkan kakinya menghampiri mereka dengan penampilan yang sulit di definisikan.

"Lo liat sendiri kan gue sehat," jawab Vana sembari tos ala-ala.

"Bawa siapa lo?"

"Kenalin, Andre temen gue," jelas Vana.

Oh, jadi ini yang namanya Andre

Andre mengulurkan tangannya ke arah gue. Gue sebenernya bingung mau bales atau gak. Soalnya ... entar juga kalian tau sendiri.

Dengan sangat terpaksa gue bales ulurannya dan di barengi senyum yang terkesan singkat.

SUNRISEDär berättelser lever. Upptäck nu