BAB | 44

15.5K 2.4K 262
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa untuk selalu memberikan vote dan komentar!🦋

WAJIB FOLLOW INSTAGRAM :
@yohanacancer
@ceritayohana

PROMOSIIN CERITA "HADES" KE INSTAGRAM/TIKTOK/TWITTER KALIAN YA 🥺

****

Abytha tidak tahu harus merespon seperti apa berita yang baru saja diberikan oleh Aksara tersebut.

Neneknya....

Neneknya pasti ketakutan.

Neneknya sendirian diluar sana.

Abytha mendongak menatap Aksadrian yang kini pun turut tengah menelusuri arti dari cara pandang Abytha terhadapnya. "Kak Dewa...nenek," ia berujar lirih.

Aksadrian menggenggam tangan dingin Abytha. Dia tidak akan membiarkan siapapun membuat gadisnya bersedih apalagi menangis. "Kita lihat Mbok Nur ya?"

Aksara mengacak rambut gemas, "Udah woi! Ayo sekarang ke tempat kejadian sebelum telat."

Mereka bertiga dengan segera pergi menuju TKP menggunakan mobil baru milik Aksara yang baru saja dibeli sewaktu mereka ke mall.

Abytha duduk sendirian dibagian belakang mobil, sama sekali tidak ada perbincangan. Segala ketakutan merambat perlahan-lahan memasuki setiap sudut kepala Abytha.

Bagaimana jika Neneknya kedinginan karena tidak ada selimut?

Aksadrian memperhatikan hal tersebut dari spion depan. Dirinya pun ikut resah sendiri melihat raut pias Abytha. Gadisnya tidak menangis tetapi wajah menguatkan yang dia coba pasang itu membuat ketakutan asing tumbuh didalam diri Aksadrian.

"By..."

Abytha menggeleng dengan mata berkaca-kaca. "Jangan dulu Kak Dewa..aku lagi mau mencerna semuanya,"

Aksadrian mengalah. Abytha baru saja mengalami sebuah peristiwa penculikan dan ditambah lagi dengan berita meninggalnya Mbok Nur pasti cukup membuat gadis berkacamata yang selalu ceria itu dilanda kebingungan.

Aksara menekan klakson mobil berulang kali saat mereka memasuki kawasan macet. "Anjing, itu ada apa lagi sih?!"

Aksadrian membuka pintu mobil dan keluar sebentar memastikan hal yang menyebabkan macet. Matanya memicing tajam ketika melihat dua orang wanita bertengkar ditengah jalan.

"Terobos aja Dek," Aksadrian kembali masuk kedalam mobil, memasang seat belt.

Aksara menurut. Dia mengambil jalan kosong disebelah jalan yang sebelumnya mereka tempati. Aksara menginjak pedal gas penuh penekanan. Saat tiba didekat dua wanita yang menjadi alasan kemacetan terjadi, Aksara berteriak kencang. "Kalau mau rebutan suami jangan ditengah jalan sat! Gila lo!"

Aksara kembali fokus mengendarai mobil. Abytha merasakan seluruh pasokan udara disekelilingnya mendadak menipis ketika mereka sudah dekat dengan tempat kejadian. Banyak mobil polisi disana dan ambulance.

Aksara meletakkan asal mobil sedan keluaran terbarunya. "Hmm kita udah nyampe," ia bergumam pelan. Tak sanggup menatap wajah pucat Abytha yang semakin menjadi-jadi.

Aksadrian keluar terlebih dahulu dan membuka pintu penumpang yang ditempati oleh Abytha. "By lo nggak mau keluar?"

Abytha menunduk, mengepalkan tangan hingga buku-buku tangannya memutih. Akhirnya ia melangkahkan kaki keluar dari mobil milik kembaran Aksadrian tersebut setelah berperang cukup lama dengan pikirannya sendiri.

Abytha tahu ketika ia melihat wajah tak bernyawa neneknya maka secepat itu pula dirinya ingin menyusul wanita tua yang selalu menemani dia dalam keadaan susah itu.

Abytha berlari kencang menerobos orang-orang dan garis polisi yang terlihat jelas. "NENEK!" Abytha berteriak kencang.

Seorang polisi hendak menjumpai Abytha namun ditahan oleh Liam dan Sheila.

Petugas rumah sakit bergerak membawa jenazah korban tabrak lari tersebut. Abytha menggeleng berusaha mendorong semua petugas tersebut.

Jangan sentuh Nenek saya! Dia nggak salah apa-apa!" Abytha meraung penuh kesakitan.

Aksadrian menghampiri Abytha, duduk disampingnya mencoba menguatkan. "Istighfar By istighfar!"

Abytha menyandarkan tubuhnya pada Aksadrian. Dia tidak memiliki cukup kekuatan untuk menopang dirinya sendiri. "Kak Dewa mereka mau ambil nenek Aby. Padahal nenek kemarin janji mau masakin Abytha soto,"

Aksadrian menguburkan wajahnya pada rambut Abytha. Dia paling tidak bisa menyaksikan kepedihan yang diterima Abytha. "Silahkan dilanjut Pak," titah Aksadrian dengan keikhlasan yang tidak penuh.

Abytha menggeleng panik. "KAK DEWA MARAHIN MEREKA! JANGAN BIARIN MEREKA AMBIL NENEK ABY!"

Sekuat apapun Abytha berteriak nyatanya semua orang berpura-pura tuli, tidak mendengarkan. Mereka membawa jasad Mbok Nur.

"Nenek Aby orang baik Pak. Tolong jangan dibawa pergi," racau Abytha disisa-sisa kekuatannya.

Aksadrian memeluknya Abytha kencang. "Ikhlas sayang ikhlas."

"Nenek Aby masih hidup kak!" Abytha menangis histeris didalam pelukan Aksadrian.

"Gadis kecilnya Kak Dewa pasti kuat,"

"Aby mau nyusul nenek kak."

Aksadrian menepuk-nepuk punggung Abytha. "Nyebut By.."

Abytha terisak dalam. Satu-satunya orang yang selalu menggenggam erat tangan Abytha telah pergi, menyisakan kepahitan yang terasa membunuh secara perlahan.

Orang pertama yang selalu membela Abytha telah meninggalkannya tanpa sepatah kata pun.

****
#PESANAUTHORUCUL

capek juga nulis part ini sumpah😭

spam next biar lanjut!

AYO SCREENSHOT BAGIAN KESUKAAN KALIAN TERUS MASUKIN INSTASTORY JANGAN LUPA TAG AKUN INSTAGRAM @yohanacancer DAN @ceritayohana YA!

(SENIN, 26 JULI 2021)

Tertanda,
Yohana Mendes ✨

HADES [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang