BAB | 28

17.7K 2.4K 120
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa untuk selalu memberikan vote dan komentar!🦋

****

"Kak Dewa...."

Suara lirih Abytha membuat Aksadrian dengan cepat menolehkan kepala, kedua netranya berpendar bahagia.

"Tadi kepala Aby sakit banget." Abytha meremas tangan Aksadrian didalam genggamannya.

"Darah juga keluar dari hidung Aby,"

Aksadrian tersenyum manis membawa punggung tangan Abytha menuju bibir dan mengecupnya pelan. "Lo cuman kecapekan."

Abytha menghela nafas lega, "haus..."

Aksadrian cekatan meraih gelas yang berisi air putih disamping Abytha, kemudian membantu kekasihnya untuk duduk sebelum menumpuk bantal tinggi menjadi sandaran.

Abytha hendak meraih gelas dari tangan Aksadrian namun langsung dicegah dengan cepat.

"Gue minumin By, lo nggak boleh kecapekan." Ucap Aksadrian memotong pelototan heran Abytha.

"Tapi cuman pegang gelas doang lho Kak."

"Sama aja. Lo nggak bakalan tau gimana paniknya gue tadi,"

Aksadrian mengarahkan gelas menuju bibir Abytha yang disambut kurang suka oleh gadis itu.

Aksadrian menepuk puncak kepala Abytha penuh sayang. "Jangan gitu lagi By, gue nggak mau."

Abytha menyudahi kegiatan minumnya lantas menerbitkan senyum dibibir. "Aku ngerepotin ya Kak?"

"Bukan masalah lo ngerepotin atau enggak. Tapi gue takut lo kenapa-kenapa,"

"Maaf..."

"Dimaafin kalau lo nurut ucapan gue," Aksadrian melayangkan tatapan maut yang membuat Abytha mau tidak mau mengernyitkan dahi.

"Apa Kak?"

"Setiap melangkah kemanapun lo harus manggil gue. Gak perduli gue ada kegiatan atau lagi kosong. Lo harus mengandalkan gue untuk bantu lo,"

Bibir Abytha bergetar menahan haru. Aksadrian membuatnya seakan sangat berharga, lelaki itu tidak membiarkannya berjalan sendiri tanpa penyanggah.

Kak Dewanya.

****

"By!"

Aksadrian berlari menghampiri Abytha yang hendak berjalan menuju dapur, peluh terlihat didahinya.

"Lo jangan banyak gerak dulu, 'kan gue udah bilangin tadi!" Sentak Aksadrian marah, tangannya meraih kedua pundak Abytha, meremasnya pelan.

"Aku cuman mau nyamperin Nenek, katanya---"

"Lo bisa manggil gue buat gendong lo," Aksadrian mendesis.

"Aku enggak perlu digendong Kak." Abytha menarik nafas panjang seraya memejamkan mata frustasi.

Aksadrian tidak bermain-main tentang ucapannya untuk memanggilnya ketika Abytha hendak melangkah kemanapun.

"Tadi lo udah setuju 'kan?" Aksadrian merangkum pipi Abytha gusar.

"Iya, tapi ma---"

"Nggak ada tapi-tapian!"

Abytha terpaksa mengangguk. Terserah Aksadrian saja, dia tidak akan pernah menang melawan lelaki otoriter tersebut.

"Ayo, sekarang gue gendong lo."

Tanpa menunggu jawaban Abytha, dia meraih Abytha kedalam gendongan. Gadis berkacamata minus itu melingkarkan tangan pada leher Aksadrian.

"Dek, Mbok Nur dimana?" Tanya Aksadrian pada Aksara yang kebetulan melintas melewati mereka.

Aksara melongo melihat posisi Aksadrian dan Abytha. Benar-benar kejadian langka dimana kembarannya menggendong lawan jenis selain anggota keluarga.

"B-bang..." Suara Aksara bergetar antara tidak percaya dan penuh haru.

"Mbok Nur dimana?" Ulang Aksadrian tanpa memperdulikan tatapan penuh keterkejutan dari Aksara.

"B-bang..."

"Adek lihat Mbok Nur?" Aksadrian mengabaikan rasa pegal pada kakinya karena tidak kunjung bergerak.

"B-bang...."

"Kak Aksara kenapa?!" Abytha bertanya setengah berteriak.

"K-kalian---"

"Ah, lama." Aksadrian melangkahkan kaki menjauh dari posisi Aksara yang masih dalam keadaan terperangah.

Aksara mengusap sudut mata terharu lantas mengambil ponsel dan memoto Aksadrian beserta Abytha dari belakang.

Ia mengirimkan foto tersebut ke grup keluarga dengan tulisan Abang beneran harus di ruqyah.

Aksara tahu konsekuensi apa yang akan dia terima. Tetapi rasanya begitu mendebarkan melihat Aksadrian menggendong Abytha.

****
#PESANAUTHORUCUL

spam next biar lanjut!

u can find me on Instagram :
@yohanacancer
@ceritayohana

(SELASA, 13 JULI 2021)

Tertanda,
Yohana Mendes ✨

HADES [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang