E m p a t b e l a s

209 46 1
                                    

Ziana tengah duduk disisi ranjang miliknya sambil memainkan ponsel. Pakaiannya sudah rapi, bahkan tubuhnya sangat wangi. Ada janji dengan siapa gadis itu?

Cklek… pintu kamarnya terbuka menampakan sosok Bara disana. Pria itu tersenyum manis kearah Ziana lalu berjalan menghampiri gadis itu dengan tatapan amat sangat riang gembira.

Ziana mengerutkan dahi, dia heran dengan tingkah laku Bara, dan sekarang… cowo itu berjongkok dihadapannya tanpa melunturkan senyuman bahkan tatapan yang meneduhkan mampu membuat jantungnya berdegup cepat.

"Gue…" Bara menggantung ucapannya.

Seakan salah ucapan, cowo itu menggelengkan kepala sambil berdecak.

Ziana mengangkat satu alisnya memberi isyarat bahwa dia menunggu kata selanjutnya yang akan Bara ucapkan.

"I love you…"

Satu kalimat yang belum selesai diucapkan Bara membuat tubuh Ziana menegang seketika, aliran darahnya seolah berdesir lebih cepat, jantungnya kian berdetak tak normal seiring dengan itu, pipinya terasa memanas bahkan bisa dipastikan sudah memerah seperti tomat, perutnya pun seperti dikerubungi kupu-kupu.

Ini seperti mimpi, Bara mengungkapkan perasaannya pada Ziana. Jadi, selama ini Bara juga memiliki perasaan yang sama sepertinya? wah…ini sangat mengejutkan sekaligus membuatnya bahagia. Senyuman haru bercampur bahagia langsung ia tunjukan pada cowo itu.

Ya! dia pasti akan langsung menerimanya! akhirnya harapannya tak sia-sia. Oh Tuhan! Ziana masih tidak percaya dengan ini. Jika ini mimpi tolong jangan ada yang membangunkannya. Ini terlalu membahagiakan untuk dilewatkan.

"Vika." lanjut cowo itu.

"Haa?" pekiknya kaget.

Bara tersenyum dan mengangguk dengan tangan menggenggam tangan mungil Ziana. "Gue cinta sama Vika! dan besok gue akan nembak dia disekolah." terangnya.

Bagai disambar petir di siang bolong, hatinya tertohok nyeri. Ternyata… ungkapan itu ditujukan untuk Vika, Ziana menarik kata-katanya yang tadi. Jika ini mimpi tolong bangunkan dia! dia sudah tidak tahan lagi!

"Gimana? latihan gue? udah bagus kan? takutnya nanti malah grogi, lagi." ujar cowo itu sambil terkekeh.

Latihan? jadi, Ziana hanya dijadikan sebagai percobaan? dadanya tiba-tiba merasa sesak juga mata memanas ingin menangis. Harapannya hancur begitu saja dalam hitungan detik.

Bara mengeratkan genggamannya. "Semoga aja, Vika nerima gue setelah berjuang panjang untuk dapetin hati dia," kata Bara dengan nada penuh harap.

Ziana sudah tak bisa lagi membendung tangisannya, dia bangkit dari duduknya dan melepaskan genggaman itu. Dia tak ingin Bara mengetahui perubahan dari raut wajahnya juga setetes air mata yang jatuh.

"Kok lo diem aja Zi?" tanya Bara yang ikut berdiri dibelakang Ziana. Karena sekarang posisinya Ziana berdiri membelakangi Bara.

Ziana menarik nafas berkali-kali menormalkan tubuhnya. "Gapapa, gue ikut seneng sampe gak bisa berkata-kata," elaknya berbohong.

Bara membalikan tubuh cewe itu agar menghadapnya. Ziana terkesiap karena Bara langsung memeluk dirinya erat.

"Lo itu emang sahabat yang selalu mendukung gue, makasih Ziaa," katanya.

Tanpa Bara ketahui, Ziana menangis didalam dekapannya. Ketika orang yang ia cintai mencintai orang lain. Perih itulah yang dirasakan. Banyak harapan yang harus Ziana kubur dalam-dalam pada Bara.

Ziana menghapus air matanya dengan cepat sebelum Bara menyudahi pelukan ini.

"Lo mau kemana? udah rapi banget?" tanya Bara penasaran kala melihat penampilan rapi Ziana.

My Leon King! [SELESAI]Where stories live. Discover now