D u a p u l u h d u a

197 45 3
                                    

Vika berdiri didepan kelas sambil tersenyum lebar. Hari senin jam pelajaran kedua jamkos, Vika mulai menjadi pusat perhatian kala dirinya meminta untuk didengarkan.

"Gaess besok malem gue ultah. Gue mohon kalian dateng, awas aja kalo sampe salah satu dari kalian gak dateng! habis lo!" ancamnya disusul kekehan.

Seisi kelas bersorak gembira. Akhirnya bisa berpesta ria. Tapi tidak dengan Ziana. Dia malah merenung, akhir-akhir ini dirinya sangat membenci Vika. Bagaimana bisa cewe itu sangat tidak memperdulikan hubungan persahabatan Ziana dan Bara yang sudah terjalin sejak kecil? Dia tak pernah menanyakan tentangnya dan Bara.

Kepalanya bercabang dipenuhi pertanyaan. Antara Bara yang menyuruh Vika untuk tidak menyinggung soal ini atau Vika lah yang membuat Bara menjauhinya. Itu sangat rumit.

"Zi, lo mau dateng kan?" pertanyaan Novita membuyarkan lamunannya.

Ziana menggeleng. "Ga-" ucapan Ziana terpotong oleh Vika.

"Gak ada penolakan! lo harus dateng!" paksanya. "Oh ya, ajakin juga Leon, Delvin sama Gibran. Mereka kemana tuh gak ada." lanjutnya. Karena mengingat ketiga berandalan itu tidak ada dikelas sejak pagi.

Disisi lain…

"Pak, udah Pak cape!" teriak Gibran yang sudah lelah berlari mengelilingi lapangan beriringan dengan Delvin dan juga Leon.

Pak Andi berdiri disisi lapangan menampilkan wajah garangnya. "Rasain kalian! bukannya upacara bendera kalian malah asik-asikan ngerokok dibelakang sekolah!"

Ketiganya berhenti dihadapan Pak Andi. Nafas ketiganya memburu, membungkukan badan dengan tangan bertumpu pada lutut.

"Siapa yang nyuruh kalian berhenti?!" tanyanya dengan galak.

"Inisiatif sendiri Pak," jawabnya kompak.

Pak Andi mengurut pelipisnya pusing dengan tingkah ketiga murid ini. "Ikut saya ke ruang BK!" titahnya.

Ketiganya berjalan santai mengikuti Pak Andi, seolah hal kecil untuk masuk ke ruang BK.

"Nah, kalo disini kan enak sambil duduk," ucap Delvin sambil mendudukan dirinya disofa hitam panjang.

Bu Hera. Ia adalah Guru BK yang terkenal galak, dia juga sangat tomboy. Dari cara jalan bahkan berpakaiannya pun terlihat. Bahkan, tak jarang dia selalu mengendarai moge, klx juga mobil jeef semua murid selalu menyapanya dengan panggilan Bu Tom. Dia menatap tajam ketiga pemuda dihadapannya. Rasanya baru kemarin hari jum'at dia memanggilnya sekarang sudah masuk lagi! Mengapa mereka sangat senang membuat masalah.

Bu Hera menatap Leon yang duduk santai sambil bersiul. "Kalian bertiga tidak mengikuti upacara, datang terlambat, manjat tembok yang paling parah kalian ngerokok diarea sekolah!" geramnya.

Mereka bertiga hanya terdiam santai tanpa ada rasa takut bahkan bersalah. Itu membuat Bu Hera semakin emosi. "Apa kalian tau itu kesalahan?!"

Ketiganya mengangguk. "Berdiri dan katakan sekali lagi kesalahan kalian!" titahnya.

Leon membuka dua kancing atas seragamnya. "Sebelum itu, tolong naikin suhu AC nya Bu." ucap Leon.

Bu Hera memelototkan mata. "Saya bilang berdiri!!" bentaknya.

Seolah tidak ada rasa takut apapun ketiganya hanya duduk santai-santai saja tanpa ingin mengikuti perintah Bu Hera. "Bu, kita kepanasan sumpah. Abis lari dua puluh puteran bikin kaki saya tremor parah!" cerita Gibran.

My Leon King! [SELESAI]Where stories live. Discover now