S e p u l u h

258 48 1
                                    

Setelah melompati pagar dan menaiki tangga untuk mencapai kamar Ziana akhirnya Bara sudah berhadapan dengan gadis yang membuatnya khawatir sejak pagi.

"Lo, kenapa sih Zi. ditelpon ga diangkat, di chat ga dibales ada masalah apa sama gue sebenernya!" celoteh Bara.

"Ngapain juga repot-repot telponin gue. kalo disekolah ya belajar," ucap Ziana sewot.

"Gue kan khawatir sama lo, takut lo kenapa-napa." katanya lagi sambil menggoyang-goyangkan bahu Ziana.

Ziana berdecih pelan, lalu melepaskan tangan Bara dari bahunya.

"Gimana, lo udah enakan kan?" tanyanya yang diangguki Ziana.

"Eh, iya nih." ucap Bara sambil menyodorkan sekeranjang buah-buahan.

"Lo beli ini?" tanyanya sambil menerima buah itu.

"Ngga, ini dari Vika. tadi gue nganterin pulang dia terus mampir dulu beli buah katanya buat lo," jelas Bara.

Ziana melunturkan senyumannya. Ziana memang egois, dia tak ingin jika Bara dekat dengan cewe manapun selain dirinya. Tapi, dia ingin melarang pun tak bisa! karna Bara hanya sebatas sahabatnya.

"Mau gue, kupasin ga buahnya?" tanya Bara. Ziana lalu mengangguk.

Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka, sebelum akhirnya Bara berucap kembali.

"Sebenernya ya Zia temennya Bara yang super duper cantik ngalahin artis luar angkasa, gue mau ngomong sama lo," kata Bara lalu memasukan sepotong buah kedalam mulut Ziana.

Ziana menghentikan aktifitas mengunyahnya, lalu mendelik tajam, "Heh, gue tau ya muka gue emang jelek. tapi jangan bandingin gue sama alien lah."

"Nggak dong bercanda, lo itu cantik buktinya gue suka senyum-senyum liat foto lo, apalagi kalo fotonya bareng gue pake latar biru," gombalnya.

Wajah Ziana memanas, hingga pipinya bersemu merah. Biasanya ia akan jijik dengan gombalan. entah kenapa kali ini gombalan itu membuat perutnya seperti dikerubungi kupu-kupu.

Ziana menundukan kepala lalu berdehem untuk menormalkan suasana hatinya agar terlihat biasa saja. "Apaan," katanya sambil pura-pura memainkan ponsel agar Bara tak melihat pipi Ziana yang bersemu merah.

"Gue suka sama Vika, menurut lo gimana?" tanya Bara dengan wajah serius.

Ziana menjatuhkan ponselnya lalu wajahnya berubah menjadi datar.

Sakit sekali, baru saja Bara menggombalinya sampai hatinya berbunga-bunga. Lalu didetik kemudian dia membuat hatinya terluka.

Definisi diterbangkan lalu dijatuhkan.

"Gue sleding juga tuh bocah! emang anak dajall!" batinnya menggerutu.

Ziana berdehem pelan mengalihkan tatapannya dari cowo yang ia sukai.

"Gak tau sih, waktu pertama gue ngeliat Vika tiba-tiba langsung ngerasain gejolak aneh, dan ternyata gue suka sama dia. Setiap kali gue deket sama dia, jantung gue menggila, suer deh," cerocosnya tanpa mengalihkan perhatian dari buah yang sedang ia kupas.

Ziana masih terdiam dengan raut kecewanya. Bara memasukan satu potong buah kedalam mulut cewe itu.

"Tapi, lo tau gak, Vika tuh trauma banget kalo dideketin cowo, jadi gue harus extra sabar buat yakinin dia kalo gue gak main-main sama dia," lanjutnya dengan semangat.

Ziana menatap Bara, di matanya dia melihat Bara seperti sungguh-sungguh ingin mendapatkan Vika. Ziana menundukan kepala tersenyum miris, lalu mengangguk.

"Iya, gue setuju lo sama dia." ucap Ziana dengan senyuman yang ia paksakan agar Bara tak mengetahui dia sedang menyembunyikan lukanya.

Bara bertepuk tangan gembira. "Lo itu emang sahabat sejati gue Zi," katanya lalu memeluk Ziana.

oOo

Ziana berjalan menyusuri koridor sekolah, berbarengan dengan Leon. Entah sejak kapan cowo itu sudah berjalan beriringan dengan Ziana. Soal Bara, dia tadi sedang menunggu Vika di parkiran. Memang menyebalkan!

"Cantiknya paling karna make up," bisik salah satu siswi yang masih terdengar oleh Ziana.

Padahal Ziana tak memakai make up sekalipun, bahkan menggunakannya saja ia tidak becus. mengapa ada yang berbicara dirinya pakai make up? iri nya kebangetan.

Ziana berhenti seketika membuat Leon yang disampingnya juga ikut berhenti. Lalu Ziana menoleh kebelakang pada sekumpulan siswi yang membicarakannya tadi.

"Ya menurut lo aja, emang fungsi make up buat apa? merias tumpeng?!" desis Ziana yang membuat sekumpulan siswi itu menunduk takut.

"Galak banget pacar gue," celetuk Leon lalu tertawa.

"Pacar lo? jangan ngaku-ngaku lo bangsat!" sarkasnya.

Leon menatap Ziana dengan tatapan jenaka. "Maksud pacar, paha carengan," tawa cowo itu meledak seketika.

"Gue cabut dulu ya," pamitnya sambil menepuk-nepuk pundak Ziana yang masih bingung dengan apa yang diucapkan Leon.

Sedetik setelah Leon berjalan Ziana membelalakan mata kaget melihat kearah kaki kemudian kearah Leon yang berjalan menjauh membelakanginya.

"Sialan lo Leon! asal lo tahu ya, dari ujung rambut sampe kaki gue, gak pernah ada bekas koreng sedikitpun!" teriak Ziana sambil menghentakan kaki kesal.

"Pake ngatain gue korengan, bangsat banget tuh cowo gila! so tahu banget ngatain paha gue ada koreng, memangnya dia tahu darimana?" gerutunya disepanjang jalan.

Ziana jadi teringat, waktu dia dibonceng oleh pria itu, mungkin saja Leon melihat… sial! itu bukan koreng, tapi bekas luka waktu kecil yang tak pernah hilang.

"Aish, sial!" umpat cewe itu kala kakinya tersandung.

"Ah Zi, kenapa lo pake sembuh? gagal dapet nasi kotak kita," ucap Novita mendesah lemah.

"Diem lo butiran debu! lo aja sono yang mati!" bentak Ziana lalu duduk dibangkunya tak mendengarkan celotehan Novita didepan sana.

"Udah sembuh Zi?" tanya Vika.

Ziana menatap Vika datar, entah sejak kapan Vika berada dikelas, seingatnya tadi Bara masih menunggunya diparkiran. Ah ya, mungkin waktu dirinya ke toilet.

Melihat Vika… Ziana jadi teringat perkataan Bara yang menyukai gadis itu, jika dilihat-lihat… Vika sangat cantik tak heran jika Bara tidak menyukainya, selain cantik dia juga sangat anggun dalam berprilaku.

"Mau ngatain gue?" tanya Ziana berguyon.

Vika langsung menggerak-gerakan tangannya tanda dia tak seperti itu. "Eh, nggak."

"Kirain," jawab Ziana singkat lalu terkekeh.

"Padahal muka lo masih keliatan pucet, harusnya jangan dulu sekolah Zi. nanti kalo pusing kasi tau gue ya nanti dianter di UKS," ucapnya perhatian.

Dia juga perhatian… mana bisa dirinya menjauhi Vika tanpa sebab hanya karena Bara menyukainya.

My Leon King! [SELESAI]Where stories live. Discover now