22. Tidak hidup

799 43 0
                                    

Sepasang manik coklat tak henti-hentinya menatap kagum pada kemegahan hunian tempatnya berdiri. Astaga. Tanpa sadar mulut Raline bahkan menganga lebar karena takjub pada pemandangan luar biasa depan matanya. 

 Di samping kanan Raline, terdapat dinding kaca yang merangkap sebagai jendela. Dari sana, siapapum mampu menikmati 360 derajat pemandangan kota yang berupa gedung-gedung pencakar langit, atap perumahan, jalanan yang padat, serta gemerlap lampu yang mulai menyala sebab matahari mulai terbenam. Sungguh pemandangan yang luar biasa sebab wanita itu bisa menikmati sunset dengan leluasa dari lantai seratus sebuah gedung termewah di megapolitan.

Bangunan yang berdiri di atas lahan berukuran 8000 meter persegi  sungguh memanjakan netra polos wanita itu. Raline tak henti-hentinya berdecak kagum memandang penthouse fasilitas 'gold' sembari menggumam 'wow'

"I-ini...." Seseorang harus mencubit dirinya agar Raline tersadar. 

"Rumahku." Suara berat dibelakangnya menyahut.

Raline mengedip "Rumah?"

Ranu berjalan, berdiri menyampingi wanita yang tengah menatap takjub lanskap kota dari lantai seratus itu. Setelah pulang dari rumah sakit, Ranu memutuskan untuk membawa Raline ke penthousenya. Tak ada alasan khusus, ia hanya ingin melihat wanita itu setiap hari. Entah bagaimana, tapi harus diakui bahwa hatinya menjadi damai dan tenang ketika melihat Raline di dekatnya.

"Kau menjadi pelayanku, itu berarti kau juga harus tinggal denganku,"

Ini lebih pantas di sebut istana dibanding rumah. Raline membatin.

"Cutimu sudah habis. Besok kau bisa bekerja kembali." Ujar laki-laki itu tiba-tiba. Setelan formalnya sudah berganti menjadi pakaian santai berupa sweetshirt hitam polos lengan panjang yang digulung sampai siku.

Raline mendesah. Ia pikir setelah Ranu mengetahui fakta bahwa mereka pernah mengukir kenangan bersama dua belas tahun lalu bisa membuat pria itu luluh lalu melupakan semua hutang konyol Raline di hutan waktu itu. Menyesal, kenapa dia nekat begitu sembrono menggunakan jas seharga dana haji satu komplek untuk mengusir babi. Apes! 

"Pukul 05.00 pagi kau sudah berada di kamarku dan menyiapkan pakaian kantorku. Pukul 05.15 kau harus membantuku bersiap-siap. Pukul 05.30 kau menemaniku membaca buku. Pukul 06.00 waktunya sarapan, kau harus didepanku." Raline mencerna perintah bos barunya penuh atensi.

"Pukul 06.30 aku mengecek semua laporan dan kau harus duduk di sampingku. Pukul 07.00 waktunya berangkat ke kantor dan kau harus mengantarkanku sampai di lift. Kau dilarang pergi atau berbalik sebelum pintu lift benar-benar tertutup."

Raline mengernyit. Sumpah! Di telinganya, semua tugas-tugas itu terdengar sama saja yaitu...

 "Kenapa aku merasa pekerjaanku hanya harus berada di dekatmu?"

"Memang." Sahut Ranu santai.

Raline mendengus, menatap Ranu tidak percaya. Baru hari pertama bekerja tapi pria itu sudah bersikap sangat aneh. Raline takut berada dalam radius dekat terlalu lama dengannya bisa berakibat fatal pada kesehatan mental. 

"Mm.. besok setelah aku melaksanakan pekerjaan baruku itu, bolehkah aku pergi?"

"Tidak boleh." Jawab laki-laki itu datar.

Raline menghela napas kasar "Hei.. setidaknya pura-pura berpikir dulu sebelum menjawab."

1 detik

2 detik 

3 detik 

 "Tidak boleh."

Lagi-lagi helaan napas terdengar. "Aku ingin menjenguk seseorang di rumah sakit. Kemarin kamu setuju tidak melarangku bertemu orang yang aku ingin."

If Something Happens I Love YouWhere stories live. Discover now