07. B u k a n P i l i h a n

28 14 3
                                    

Terlalu rumit dipahami.
Bukan pilihan namun takdir yang mempertemukan.

______
______________
_______________________


05:20

Waktu menunjukan masih terlalu pagi untuk semua orang melakukan aktivitasnya, meski kokokan ayam sudah tidak terdengar lagi dan juga sang surya yang sudah menampakan sinar terangnya diufuk timur. Tanah basah terlihat jelas akibat hujan deras tadi malam, genangan air di setapak jalan membuat orang engan untuk keluar rumah.

Apalagi udara dingin yang menyelimuti pagi ini berasa menusuk tulang saja, meski sebagai gantinya udara sejuk kini dapat mereka rasakan di kota metropolitan, yang mana pagi biasanya udara sudah terasa cukup menyesakan dada bagi para manusia yang menempati kota tersebut.

Di ruang tengah sebuah rumah berukuran minimalis, kini sudah terdapat tiga orang yang sedang berbicara serius, oh tidak hanya satu orang tepatnya yang tengah berbicara serius. Karena dua orang lainya terlihat masih mengantuk dan ogah-ogahan untuk mendengarkan.

"Lakukan misi ini dengan baik dan ingat jangan sampai meninggalkan jejak sedikit pun!" Peringat seseorang yang lebih tepatnya kapten mereka. Kedua orang di depanya hanya menganggukan kepala kompak tanpa bersemangat.

"Aku pergi dulu, segera selesaikan misi ini! Jangan membuang banyak waktu, karena klien kita bukan sembarang orang. Kalian yang melenyapkan atau kalian yang akan dilenyapkan pria muda kejam itu karena misi kalian gagal." Setelah mengatakan hal itu, kapten mereka pergi dengan suara bantingan pintu yang sama sekali tidak membuat mereka kaget.

Hanya terdengar hembusan nafas dari kedua insan berbeda jenis yang sekarang tengah membaca ulang misi yang akan mereka kerjakan. "Jika dia kuat seperti yang tertulis disini kenapa harus menyuruh kita?" Tanya Aster memecah keheningan.

"Dia tidak lebih dari pengecut, kertas tentang identitasnya hanya sebagai cara agar kita mau bekerja sama dengannya. Agar dia biasa mengendalikan kita tepatnya." Jawab Rigel dengan asumsinya.

"Cihh, membosankan Dia rewel sekali," umpat Aster. Setelahnya dia berdiri dan masuk kekamarnya lagi untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu akibat kedatangan kapten mereka untuk memberinya misi baru.

"Pukul 8 kita harus bersiap memulai misi ini!" Peringat Rigel pada Aster yang sedang menutup pintu.

Lalu sebuah dering singkat ponselnya terdengar, menandakan sebuah pesan baru saja masuk. Dan benar saja klien rewel mereka meminta bertemu langsung nanti pukul sembilan, "Menyebalkan".

_____
09:08

"Kalian sudah siap?" Tanya Ardan pada rekan-rekanya. Dan tentu saja pertanyaanya mendapatkan anggukan kompak dari mereka. Karena sendari tadi mereka memang sudah tidak sabar melihat siapa saja wajah orang-orang dibalik perdagangan senjata gelap.

Sekarang dilayar laptop sudah menampakan segerompol orang yang tengah terduduk melingari meja di satu ruangan yang mana masih asing bagi mereka.

Kini mata mereka mulai meneliti satu persatu orang yang ada di ruangan itu dengan sebuah kamera pengintai tersembunyi yang Ardan pasang secara diam-diam kemarin ketika melakukan penelusuran sendiri yang mana sekarang dapat dia hubungkan dengan laptopnya.

Asya satu-satunya cewek di sana, memandang takjub Ardan yang duduk di sampingnya. Lalu kedua jempol tangan gadis itu mengacung kearah Ardan bahwa dia sangat bangga pada pria bertubuh kurus tersebut.

Mereka mulai mencari data-data tentang semua orang yang terlihat di layar. Mencari data diri seseorang tidaklah sulit untuk mereka lakukan, terbukti dengan Reygan yang sekarang sudah mendapatkan data diri 4 orang dari 10 orang yang hadir di pertemuan rahasia itu. Senyum tipis pun tercipta pada wajah tampan Reygan.

"Sialan Eron," umpat Asya ketika menyadari dan melihat wajah musuh mereka juga ikut bekerja sama dengan tikus-tikus bersenjata ilegal tersebut.

"Tenang Sya!" Ucap Rion merasa tergangu dengan umpatan Asya yang tidak berfaedah itu.

"Data diri mereka sudah aku dapatkan semua, kita tinggal mencari satu persatu barang bukti untuk melakukan penangkapan pada mereka secara hukum." Ucap Reygan yang mana dirinya masih fokus ke laptop yang ada di pangkuanya.

"Kepalanya atau ekornya?" Tanya Asya yang membuat ketiga rekanya langsung menatap kearahnya dengan ekpresi binggung.

"Maksudnya itu anak buahnya dulu apa langsung pimpinan mereka yang harus di tangkap?" Mendengar penjelasan itu mereka langsung melengos tak berminat dengan ucapan Asya.

"Langsung semua saja, agar tidak ada yang membantu satu sama lain." Ucap Ardan yang langsung di setujui mereka.

"Rey apa kamu sudah menghubungi Riga?" Tanya Asya penasaran.

"Hn, sudah."

"Yang mana orangnya dan memiliki jabatan apa diperusahaan ayahmu?" Tanya Asya lagi.

"Yang paling muda diantara mereka seumuran kita dan menjadi asisten Riga." Terangnya. Mendengar itu mulut Asya menganga, bahkan jika ada kumbang terbang pun bisa mampir masuk kedalamnya.

"Apa yang akan dilakukan Riga? Orang itu berniat mengambing hitamkannya."

"Tentu pura-pura bodoh dan ikuti saja permainan yang dia buat. Karena dengan cara itu Riga bisa membantu kita mendapatkan bukti untuk menangkapnya. Di wilayah perusahan terlalu sulit untuk kita jangkau, karena bisa saja anak buah mereka banyak didalam perusahan yang mengintai kita setiap saat apa lagi dia seorang asisten pimpinan perusahaan tersebut yang mana jelas memiliki kendali yang cukup besar, kecuali---kita memiliki orang dalam yang tidak akan di curigai. Dan ya Riga adalah orang dalam." Jelas Reygan panjang.

"Hn aku paham, lalu menurut kalian diantara mereka siapa yang menjadi dalang utamanya?" Tanya Asya mengalihkan perhatiannya ke layar laptop sepenuhnya.

"Kita akan tahu tapi tidak sekarang, karena sendari tadi pembicaraan mereka seakan-akan semua berperan sebagai dalang utamanya, ini taktik yang biasa digunakan ketika melindungi ketua agar tidak diketahui oleh musuh. Apa lagi dalam merencanakan sesuatu seperti sekarang." Jelas Rion dengan benar.

"Sorry terlambat," ucap seseorang yang baru datang di acara pertemuan rahasia itu, yang mana mampu membuat Asya dan yang lain terkejut bukan main. Karena kehadiran dua orang itu tidak pernah terlintas di benak mereka sedikit pun. Rigel dan Aster rupanya ikut masuk kedalam permainan itu, entah memiliki peran apa didalam sana mereka tidak tahu.

Mereka tidak terlalu memperhatikan percakapan setelahnya karena mereka masuk kedalam pikiran masing-masing akibat melihat dua orang yang mana pernah memberikan goresan luka di hati mereka.

Asya, gadis itu tertunduk dengan rambut tergerai menyembunyikan wajahnya, mencoba menahan air mata yang menyeruak ingin keluar dari persembunyianya.

Orion dan Reygan, kedua cowok itu mengepalkan kedua tangannya erat mencoba menahan gejolak emosi di dada mereka. Kilatan mata kebencian jelas terlihat dari keduanya.

Sedangkan Ardan, cowok bertubuh kurus itu menghela nafas kasar, paham betul misi ini akan melukai rekan-rekanya lagi. Membuat luka mereka yang belum mengering bertambah parah dan juga lara mereka yang sampai kini belum mendapatkan penawar akan membunuh mereka secara perlahan nantinya.

"Sampai ketemu lagi," ucap Rion dengan nafas tertahan. Sungguh kini dirinya merasa benar-benar di permainkan oleh semesta. Dimana orang yang selama ini dia cari muncul dan datang dengan sendirinya.

Menampakan batang hidunganya setelah sekian lama bersembunyi, tepatnya setelah kejadian satu tahun yang lalu yang mana Andromeda saudari kembarnya dan bintang kehidupanya terbunuh oleh gadis berambut sebahu itu. Seseorang yang telah dia tolong tadi malam.

Dan ya karena sejatinya siapa yang terluka akan mencari penawarnya dan salah satunya dengan cara balas dendam meski selama ini telah ia coba redam. Karena lukanya akan tetap ada dan akan terus berbekas meninggalkan jejak tak kasat mata.

Inilah pertemuan yang tak terduga, kata tadir yang melekat padanya.

Next==>>>>

LUKA (Bintang Yang Hilang) On GoingWhere stories live. Discover now