8. Wanita tak Asing

1.8K 39 7
                                    

Penampilan Sakinah sudah rapi. Bagas akan mengajaknya makan siang di luar. Kali pertama Bagas mengajaknya untuk ke tempat umum. Walaupun tak jauh, tapi setidaknya menghilangkan kejenuhan Sakinah karena jarang keluar dari rumah. Lagipula hari itu gaji pertama Bagas setelah menikah. Dia ingin agar Sakinah ikut merasakan hasil jerih payahnya dengan cara mengajak Sakinah jalan-jalan.

Sakinah beranjak keluar dari kamar karena Bagas sudah menanti di luar. Senyum menghiasi wajah Sakinah saat melihat suaminya sedang berdiri di dekat mobil. Pintu rumah segera ia kunci, lalu menghampiri Bagas.

"Kinah sudah siap," kata Sakinah ketika tiba di dekat Bagas.

"Kita jalan sekarang." Bagas menimpali.

Sakinah bergegas masuk ke dalam mobil karena Bagas sudah membukakan pintu sebelum Sakinah tiba di di situ. Bagas melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah untuk menuju tempat yang sudah dia janjikan. Sakinah tak pernah menuntut apa pun pada Bagas termasuk perhatian. Dia cukup menerima perhatian dari suaminya. Entah selanjutnya. Rumah tangga mereka masih seumur jagung.

"Mas sudah transfer ke rekening kamu." Bagas membuka obrolan.

"Uang di rekening Kinah belum dipakai, kenapa Mas sudah kirim lagi?" tanya Sakinah sambil menatap suaminya.

"Kenapa nggak dipakai? Mas sudah bilang sama kamu suruh pakai uangnya buat beli apa yang kamu butuhkan." Bagas menimpali.

"Kebutuhan Kinah sudah tercukupi, Mas. Kinah belum butuh apa-apa lagi."

"Simpan saja uangnya. Siapa tau nanti butuh."

"Iya," balas Sakinah singkat.

Sakinah memang bukan tipe wanita yang suka menghamburkan uang. Dia lebih prihatin masalah uang. Berbrda dengan Bagas yang royal. Baginya tak masalah royal pada keluarga. Lagipula, dia bekerja untuk mencukupi kebutuhan, jadi tak salah menyenangkan istrinya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, mereka tiba di pusat perbelanjaan. Sakinah dan Bagas turun dari mobil, lalu jalan berdampingan untuk masuk ke dalam gedung tinggi itu. Selain untuk makan siang bersama, Bagas mengajak Sakinah ke tempat itu untuk membelikannya pakaian. Bagas rasa, pakaian yang Sakinah kenakan itu-itu saja. Dia ingin menambah pakaian umtuk Sakinah.

"Kita cari baju dulu," ajak Bagas ketika mereka melewati sebuah toko pakaian.

"Ini toko baju wanita, Mas." Sakinah mengingatkan.

"Iya, Mas tau. Mas mau beliin baju buat kamu."

Langkah Sakinah terhenti. Bagas menoleh ke arah Sakinah karena mendapati sang istri menghentikan langkah. Dahinya berkerut.

"Baju Kinah sudah banyak, Mas. Kinah belum ada keinginan buat beli baju lagi. Mending uangnya buat beli kebutuhan lain daripada beli baju. Katanya kita mau makan." Sakinah menolak.

"Yang beliin Mas. Kamu pilih saja mana yang menurut kamu bagus dan nyaman. Mas mau nyenengin kamu." Bagas beranjak masuk setelah mengatakan hal itu.

Langkah Sakinah kembali terayun untuk mengikuti Bagas ke dalam toko itu. Jika Bagas sudah kukuh, maka Sakinah tak bisa menolak. Bagas terlihat memilih-milih pakaian yang terpajang. Sakinah hanya mengamati dari belakang. Dia membiarkan Bagas yang memilih karena sang suami yang menginginkan untuk membeli pakaian.

Bagas meraih pakaian yang menurutnya cocok untuk Sakinah. "Kayaknya ini bagus buat kamu." Dia memberikan pakaian itu pada Sakinah.

Tatapan Sakinah tertuju pada pakaian di tangan Bagas, lalu menatapnya dari atas hingga bawah. Sakinah menggelengkan kepala.

"Kamu sukanya yang gimana?" Bagas memastikan.

"Yang nggak banyak hiasan," ungkap Sakinah.

Pakaian itu Bagas kembalikan ke tempat. Tangannya kembali memilih. Senyum menghiasi wajah Sakinah ketika Bagas serius memilihkan pakaian untuknya. Kali pertama mendapat perhatian dari laki-laki yang kini telah dah menjadi suaminya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 02, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ceraikan Aku, MasWhere stories live. Discover now