10| Conversation

126 16 4
                                    

"Kalian semua tidak berguna!" Suara tajam Bima dibalas tatapan menunduk para anak buahnya

"Bagaimana mungkin tidak ada satupun diantara kalian yang tahu kemana istri saya pergi?!"

Exel berdiri dibelakang Bima dengan kepala sama tertunduk. Jarum jam baru menunjukkan pukul enam pagi dan Bima sudah mengumpulkan para penjaga dengan amarah menggumul.

"Dimana semua pelayan?!"

Heritta muncul dengan dua baris pelayan berpakaian hitam putih yang langsung berjejer rapih. Tampak sekali raut ketakutan diwajah-wajah yang dihujaninya dengan begitu tajam.

"Dimana Kirana?!"

Tidak ada yang berani menjawab hingga Heritta memilih membuka suara, "kami melaksanakan tugas pagi dan saya memastikan tidak ada satupun yang melihat Nyonya disetiap sudut mansion"

"Lalu kemana dia pergi?!" Bima tidak bisa menahan bentakan dalam suaranya

Baru sepekan lalu mansion ini dibobol dan sebuah bom meledak. Memang skala kecil tetapi itu saja mampu membuatnya meningkatkan pengamanan berkali-kali lipat.

Barisan pengawal dan pelayan tersebut hanya diam menyaksikan kegusaran Tuan mereka yang masih tampak ganjil. Bima tidak pernah bereaksi seperti ini selain kepada Flo, dan yang dilakukan Bima sekarang bahkan sudah melebihinya.

"Exel-" Bima menunggu hingga asistennya tersebut mendekat, "hubungi tim dua dan tiga untuk melakukan pencarian di sekitar sini. Cek semua cctv dan temukan-"

"Mas?" Suara Kirana langsung menimbulkan desahan lega orang-orang, "kenapa ini? Kok di depan pos nggak ada orang?"

Bima mengetatkan rahang lalu bergerak dengan cepat memeriksa tubuh Kirana dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelah memastikan semuanya baik-baik saja barulah bisa menghembuskan napas lega.

"Darimana saja kamu?!"

Mendengar nada tak biasa suaminya Kirana semakin kebingungan. Diamatinya raut keras Bima yang menatapnya penuh tuntutan. "Aku habis ke pasar tadi, kebetulan janjian sama asistennya Mba Vania yang diujung kompleks itu"

"Dan kamu merasa tidak perlu memberitahu saya? Kamu pergi sendiri, sendiri!"

"Memangnya kenapa? Aku cuma ke pasar Mas"

Bima berusaha untuk tidak menendang sesuatu. Apakah istrinya ini tidak berpikir bahwa dirinya begitu khawatir?

"Kamu pikir ini dimana? Daerah ini masih asing untukmu dan kamu malah pergi dengan orang tidak dikenal?!"

Semua orang tampak mendekut mendengar nada suara Bima. Tahu betul sang Tuan sedang marah besar. Salah bicara sedikit saja bisa jadi mereka langsung diberikan hukuman kedisiplinan.

"Maaf ya, lain kali aku nggak begitu lagi"

Mata-mata yang melihat hampir-hampir tercengang melihat bukannya menghindar tapi Kirana malah mendekati Bima. Mengelus lengan suaminya tersebut lembut hingga ketegangan sedikit meluntur disana.

"Jangan marah-marah begini, kamu buat semua orang takut"

Bima memalingkan wajah. Dirinya tahu siap meledak tetapi hanya dengan sentuhan kecil semacam itu, dirinya luluh begitu saja. Kirana dan segala kelembutannya adalah kelemahan mutlak seorang Bima.

"Mulai hari ini akan ada dua orang yang selalu menjaga kamu-" Bima hampir melotot melihat Kirana siap mendebatnya, "tidak ada penolakan dan sebelum meninggalkan mansion kamu wajib berbicara dulu dengan saya"

Kirana tercengang mendengarnya. Apa suaminya ini sedang marah kepadanya? Tapi kenapa? Tadi pagi memang dirinya pergi tanpa berpamitan karena Bima yang sepertinya tidur di ruang kerjanya. Para pelayan pun tidak menyadari kepergiannya.

 The Crown PrinceOn viuen les histories. Descobreix ara