24 |Kesakitan

503 22 1
                                    

Mobil belum berhenti sempurna dan Bima sudah bergegas turun, sedikit berlari menaiki undakan teras. Bima memasang wajah kaku dan langsung menuju lantai dua, kamar milik adiknya. Florencia.

Pesawatnya bahkan baru saja landing di Cina saat menerima kabar adik tersayangnya kembali kambuh. Sudah cukup lama dari terakhir kali Flo mengamuk dan Bima merasa situasi sekarang cukup stabil. Entah apa yang menjadi pemicunya kali ini.

"Dimana Flo?"

Herrita yang membukakan pintu mengangguk sebelum menunjuk sayap kanan di lantai dua. "Ada di kamarnya Tuan"

Tidak lagi membutuhkan informasi lain, lelaki yang diliputi rasa panik tersebut segera berlarian menaiki tangga untuk menemui adiknya. Bima mendapatkan laporan kalau sang adik, Flo mengurung diri di kamarnya dan mengamuk hingga membuat Bima bergegas pulang. Bahkan sampai mengabaikan koper dan berkas-berkas penting miliknya yang sepenuhnya kini diurus oleh Exel.

Saat ini di kepalanya hanya Flo. Jangan sampai adiknya tersebut kembali menyakiti dirinya seperti dulu.

"Mas, kamu pulang?" Kirana menyambut Bima diujung tangga. Bima bisa mengabaikan segala hal, tapi jelas tidak dengan yang satu ini.

Wajah teduh Kirana menyunggingkan senyumam lembut yang jelas menyimpan resah. Begitu Kirana melepaskan tangan kanan Bima, tatapan suaminya tersebut langsung tertuju pada pintu bercat putih dengan ukiran "Princess" di sebelah kanan Kirana.

"Maaf, ini salah ku" Kirana tampak sangat menyesal saat mengatakannya. "Flo menolak saat aku ingin menjelaskan"

Sebisa mungkin Bima tidak memasang wajah muram meskipun jelas kesulitan untuk tersenyum. "Saya akan memeriksa Flo dulu, dan tolong... jangan mendekat sampai segala sesuatunya menjadi lebih terkendali"

Kirana berusaha mengangguk dengan seulas senyum yang jelas sekali terasa hambar. Lagi, hatinya terperihkan. Suaminya kembali terasa begitu asing.

Bima menyadari raut sedih istrinya tersebut segera menjelaskan. "Saat Flo tidak stabil, dia cenderung tidak bisa mengenali siapapun dan menyerang tanpa menyadari. Saya hanya tidak mau kamu terluka." Bima mengusap sisi kepala Kirana lembut

Lagi, Kirana hanya mengangguk dan membiarkan Bima mengecup singkat keningnya, "Ai Ren..."

Setelah memastikan tidak ada lagi raut sedih diwajah sang istri, barulah Bima berlalu dan begitu saja membuka pintu kamar Flo dalam tiga kali hentakan cukup keras. Pintu tersebut dikunci dan suaminya tanpa ragu mendobraknya.

Kirana sedikit mundur dengan pandangan tidak lepas dari Bima. Dirinya hanya berharap segalanya tidak menjadi lebih rumit dari ini. Waktunya tidak lama dan dengan segala pengharapan yang ada, Kirana hanya berharap kembali tidak dengan sia-sia.

Mengesampingkan apapun yang dikatakan Bima, Kirana memilih mendekat. Pintu putih dengan engsel yang lepas tersebut membuat celah yang membuat Kirana tidak hanya bisa menyaksikan ketika suaminya tengah memeluk Flo tetapi juga mendengar apapun yang nyatanya hanya membuatnya semakin menjerit kesakitan.

♡♡♡

Kamar sudah dalam keadaan kacau saat Bima menerobos masuk. Mendengar suara engsel pintu yang lepas bahkan hingga tubuhnya dipeluk erat, Flo sama sekali tidak bergeming. Kedua tangan Flo terkulai disisi tubuh dengan sorot hampa yang membuat Bima yakin semuanya tidak baik-baik saja.

"Kamu boleh hancurkan apapun, tapi Abang nggak akan maafkan kalau sampai kamu terluka seperti ini" Bima berbicara sesantai mungkin ketika mendapati luka gores di lutut dan telapak tangan adiknya.

Tahu Flo sama sekali tidak mendengarkan, Bima memilih memindahkan tubuh adiknya terlebih dahulu. Terlalu banyak barang berserakan dan tidak bisa lebih lega ketika memastikan pajangan di kamar sang adik menghindari berbahan kaca. Bima menolak membayangkan kalau tidak melakukan pengaturan tersebut sebelumnya.

 The Crown PrinceWhere stories live. Discover now