8| Tidak Terbatas

159 18 3
                                    

Melinda Ishaq. Seorang model sekaligus perancang busana kenamaan yang tingkat kecantikannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Hanya duduk diam seperti itu saja aura elegannya mampu merepihkan Kirana sampai titik terendah.

Awal dirinya berpikir terlalu banyak hal yang tidak diketahuinya tentang sosok suaminya. Tapi nyatanya salah, sekeras apapun berusaha sosok Bima yang saat ini berada di sampingnya tetaplah asing.

Enam bulan tidak bertemu ternyata telah mengubah suaminya sebanyak ini. Atau memang dirinya yang tidak pernah mengenal sosok Bima Wisessa yang sesungguhnya?

"Jadi ini Melinda yang Rangga ceritakan? Cantik, pantas Mas Bima suka"

Bima jelas menahan untuk tidak menggeram. Tidak pernah dalam hidupnya berada dalam situasi seperti ini. Rasanya ingin melenyapkan Melinda yang datang disaat tidak tepat seperti ini. "Saya bisa jelaskan semuanya"

Kirana sama sekali tidak mengalihkan pandangan, ditatapinya Melinda yang tampak begitu canggung disana.
"Halo Mba Melinda, saya Kirana dan kalau boleh saya tahu, Mba ini siapanya Mas Bima?"

"Kirana..." pertama kalinya, riak gusar tampak begitu nyata diwajah Bima

"A-aku..."

"Nggak apa-apa, saya hanya terkejut tadi. Jadi, boleh saya tahu hubungan antara Mba dan suami saya? Karena sepertinya Mas Bima nggak mau menjawabnya"

Melinda bukan perempuan kemarin sore yang mudah terintimidasi seperti ini. Lebih mudah baginya menghadapi sikap kasar jalang yang selama ini coba mendekati Bima. Tapi Kirana, jelas berada di level yang berbeda.

Melinda melirik-lirik Bima yang sama sekali tidak menganggap penting kehadirannya. Lelaki yang lama mencuri hatinya tersebut tampak tidak sekalipun mengalihkan pandangan dari Kirana yang duduk disebelahya.

"Kita... teman dekat"

Kirana tampak tidak terpengaruh dengan itu, "hanya itu?"

Melinda sedikit terusik dengan kalimat ringan yang diberikan Kirana. Baginya bisa berdiri bersisian bersama Bima selalu menjadi mimpi yang dipupuknya hingga rela mengemis pada si kejam, Flo "Kamu beneran istri Bima?"

Bima melirik Kirana yang duduk kaku disebelahnya. Sejak berpindah ke ruang duduk, tidak sekalipun istrinya tersebut mau memandangnya.

"Kalau ada orang yang harus menjawabnya, itu adalah Mas Bima sendiri"

Melinda menatap Bima penuh harap. Masih berharap situasi ini hanyalah mimpi buruk saja. Bima yang dikenalnya tidak mungkin begitu saja melabuhkan hati. Meskipun matanya tidak bisa dibohongi melihat bagaimana cara Bima yang begitu memuja Kirana.

"Kirana adalah istri saya dan saya rasa tidak ada kepentingan lagi kamu disini" Bima menjawab dengan kejam. Khas Bima sekali.

Melinda menatap Flo meminta pembelaan tetapi sang Princess Wisessa tersebut tidak sekalipun membalas pandangannya. Fokus perempuan berkursi roda tersebut adalah kepada Kirana yang sama datarnya. Tatapan-tatapan permusuahan saling dilemparkan.

Kepergian Melinda sama sekali tidak dihiraukan oleh ketiganya. Jelas sekali hanya menunggu waktu sampai bom itu meledak.

"Katakan! Siapa kamu sebenarnya?" Flo mendengus tajam, memecah hening

"Mungkin Mas Bima kurang jelas mengatakannya. Aku Kirana, istri Mas Bima"

"Cih, istri darimana? Aku adiknya Abang saja nggak pernah tahu kalau Abangku sudah menikah. Jangan mengaku-aku!"

Kirana berusaha bersikap setenang mungkin, "sama kalau begitu, aku sebagai istrinya Mas Bima juga nggak tahu tuh dia punya adik culas macam kamu"

Flo memasang wajah siap mencakar, kalau saja kedua kakinya tidak kehilangan fungsinya. "Itu berarti kamu tidak ada bedanya dengan jalang-jalang Abang yang lain. Apa pentingnya kamu dikenalkan?"

 The Crown PrinceWhere stories live. Discover now