25 |Menyerah

451 36 9
                                    

Bima memastikan terlebih dahulu Flo sudah benar-benar terlelap sebelum beranjak meninggalkan. Tubuhnya lelah dan kepalanya pening. Belum lagi beberpa berkas yang harus segera diselesaikannya.

Beberpa gudang produksi senjata yang diledakan tersebut jelas mempengaruhi stabilitas perusahaan. Meski begitu, Bima tidak sama sekali menunjukan raut lelahnya pada siapapun.

"Bereskan dan jangan sampai menganggu Flo. Singkirkan yang berbahaya dan jangan membuat suara sekecil apapun" Bima menatap beberapa pelayan yang berdiri menunggu di depan kamar Flo.

Semua pelayan yang ada di mansion adalah mereka yang sudah terlatih dan jelas tahu kalimat yang diucapkan Bima adalah perintah mutlak. Flo baru bisa tenang dan tertidur setelah menangis berjam-jam. Tidak akan dirinya biarkan apapun sapai mengusik tidur Princess nya.

Bima memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Pekerjaannya sedang menumpuk dan masalah Flo semakin menyita pikirannya. Entah bagaimana dirinya harus menjelaskan kepada Kirana. Flo menginginkan Kirana pergi tetapi dirinya bahkan tidak bisa membayangkan hidup tanpa Kirana. Istrinya.

"Tuan..." seorang pelayan menghentikan langkah Bima yang sudah berbalik.

Tatapan Bima menyorot tajam. Tidak mentolerir apapun yang beresiko membuatnya lebih pening dari ini. Pelayan tersebut menunduk lebih dalam, menyampaikan berita buruk jelas bukan hal yang baik dilakukan. Terutama di saat seperti ini.

"Katakan atau kalian akan menerima pendisiplinan kembali karena membuat saya membuang-buang waktu"

Tidak ingin menguji kesabaran sang Tuan Muda yang jalas tidak perlu ditanyakan batasnya, seorang pelayan menjawab dengan lugas. "Nyonya Muda sepertinya sedang tidak sehat, tadi sempat hampir pingsan dan dibawa—"

Bima tidak menunggu apapun kelanjutannya dan bergegas menuju kamarnya sendiri. Para pelayan sampai melongo. Tuan Mudanya tersebut benar-benar berlari.

Brak...

"Kirana!"

Napas Bima masih tersenggal ketika membuka pintu dan mendapati istrinya tersebut tengah menunggunya. Bima mengambil langkah lebar dan langsung meraih Kirana dalam pelukan. Kirana terkejut, tetapi segera saja menikmatinya.

"Aku baik Mas, kamu bisa lihat sendiri..." Kirana sebisa mungkin menenangkan napas Bima yang terengah. Kedua lengan Kirana terangkat untuk mengusap bahu lebar sang suami.

"Jangan seperti ini lagi... ya? Saya khawatir. Ada yang sakit?" Bima ganti menangkup wajah Kirana, matanya menelisik dari bawah ke atas dengan seksama. Takut-takut ada luka yang tidak disadarinya.

Hati aku yang sakit mas...

Kirana tersenyum dan menggeleng. Suaminya tampak begitu kacau. Diusapnya titik keringat di kening Bima dan berakhir dengan mengusapi pipi suaminya tersebut untuk meyakinkan bahwa dirinya benar-benar baik-baik saja. Meskipun sebenarnya tidak...

"Aku akan pastikan sendiri apa yang kamu lakukan sampai..." Bima meremas kepala. Menolak memikirkan istri kesayangannya ini kehilangan kesadaran entah karena apa.

Kirana menarik kedua tangan Bima untuk berhenti meremas bagian kepalanya, kebiasaan saat Bima cemas. Ditariknya kedua tangan Bima lembut hingga kini keduanya berdiri berhadapan tepat di samping ranjang.

"Aku benar-benar baik-baik saja sekarang, kalau kamu masih enggak percaya—" Kirana mengambil langkah untuk memberi jarak. "Mau memeriksanya sendiri?"

Bima mengerjap. Kedua bibirnya yang hendak memprotes urung ketika jarak yang diberikan istrinya tersebut membuatnya menyadari penampilan istrinya yang tidak biasa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 26, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

 The Crown PrinceWhere stories live. Discover now