2 | Kirana

284 19 0
                                    

Bima tengah menekuri beberapa dokumen proyek di ruangan kerjanya. Belum ada jalan keluar apapun dari permasalahan yang membuatnya pening akhir-akhir ini.

Tok tok tok

Bima mengangkat kepala dan menatap Exel yang memasuki ruangan dengan wajah seolah ragu, "maaf Tuan,"

"Ada apa?" Bima membereskan beberapa berkas dihadapannya

Kembali Bima menatap ekspresi ragu diwajah orang kepercayaannya tersebut setelah Alex tentu saja. "Katakan saja, ada apa?"

"Sebenarnya beberapa hari ini, ada seorang perempuan yang terus berdiri di depan gerbang dan meminta untuk dipertemukan dengan Tuan"

"Siapa?"

"Dia tidak mau mengatakan tujuannya dan hanya memaksa dipertemukan dengan Tuan"

Bima masih menekuri dokumennya, "apa yang seperti itu masih perlu dipertanyakan? Singkirkan saja jika mengganggu"

Exel masih berdiri di depan meja kerja. Hingga lima menit berlalu dan masih juga diacuhkan Bima. Bos nya tersebut jelas tidak mengambil pusing masalah seperti ini. Hanya saja, wanita tersebut terlalu keras kepala dan membuat keributan di luar gerbang dengan menyeretnya pergi tidak sama sekali membuatnya mundur.

"Usir saja, saya sedang banyak pekerjaan saat ini" Bima berkata tanpa minat

Bima kembali mengangkat pandangan ketika tidak juga mendengar jawaban Exel atas perintahnya. Kembali Exel tampak ragu-ragu menatapnya.

"Ada apa lagi?" Kali ini Bima mengangkat wajah dengan pandangan benar-benar terganggu. Exel sampai menyembunyikan kegugupannya yang bertambah berkali lipat

"Dia bersikeras dan menolak untuk pergi, biarpun diseret oleh pengawal sekalipun." Jelas Exel dengan pandangan seolah siap dimarahi

Bima menutup berkas yang tengah dipelajarinya dengan gerakan kasar. Sebelah tangannya terangkat untuk memijat keningnya yang terasa berdenyut. Akhir-akhir ini dirinya mengalami kesulitan untuk tidur yang sangat menyiksa.

"Kalau ini tidak segitu penting, maka kalian yang akan menerima akibatnya!" Desis Bima. Selanjutnya bergerak untuk menemui tamu tak diundangnya.

Begitu mendapati Bos besar mereka berjalan keluar mansion, pengawal dan beberapa pelayang segera menunduk. Diam-diam mereka merasa prihatin pada siapapun yang berani mengganggu majikannya tersebut.

Sikap Bima yang tempramental akhir-akhir ini memang terasa lebih parah. Kesalahan sekecil apapun serasa siap diperkarakan hingga benar-benar membuat jera.

Bima masih belum menyadari bencana apa yang dihadapinya. Barulah ketika jaraknya cukup dekat dengan gerbang utama dimana para pengawalnya tampak sedang bersitegang dan saling menuding dengan sosok perempuan mungil yang sangat tidak sesuai dengan suara lantangnya, Bima seolah menyadari satu hal.

"Kira-na..." lirih Bima yang tanpa sadar mengalihkan keributan yang sedang terjadi.

Tampak gadis mungil yang masih berusaha mendorong-dorong salah satu pengawalnya itu menyipit mencoba mengenali sosok Tuan Muda Wisessa tersebut.

Kepalanya merespon terlalu cepat, meskipun bibirnya masih kelu hanya untuk menyerukan nama lelaki yang selama ini selalu dinantikan kedatangannya. "Mas!" Serunya begitu mengenali wajah pucat Bima

Masih dengan ketegangan diwajah rupawannya, Bima melangkah mendekat. Beberapa pengawal yang tampak mencekal lengan gadis mungil tersebut lengah sehingga dengan mudah gadis mungil tersebut menerobos masuk.

Terlambat untuk menghindar, tubuh mungil Kirana langsung menubruknya dengan pelukan erat. Membuat para pengawal yang menyaksikan hampir saja menjatuhkan rahang saking shocknya.

 The Crown PrinceWhere stories live. Discover now