16

93 3 0
                                    

Duduk berdua bersama pasangan memang sangat indah, itulah yang di rasakan oleh kedua pasangan muda-mudi yang sedang duduk berhadapan di salah satu caffe yang cukup terkenal ramai pengunjung.

drrttt drrrt drrtt

Ponsel salah satu dari mereka berbunyi, itu adalah ponsel Juna. Tapi pria itu tidak memperdulikan hpnya yang berdering, ia kembali fokus dengan gadis yang sekarang tengah melihat ke arahnya.

"Jun, angkat hp kamu bunyi terus tuh" ucap Audry

"Biarin aja, hari ini aku mau habisin waktu aku sama kamu. Hanya sama kamu" tegas Juna tak mau di bantah.

"Siapa tau penting Jun"
Mendengar ucapan sang kekasih, membuat Juna langsung menonaktifkan ponselnya, memasukkan ke dalam saku celana.

"Kok gitu sih Jun, angkat dulu"

"gak usah Dry"

"Iya deh, terserah kamu aja"

Juna tersenyum saat melihat Audry cemberut. Ia langsung mencubit pipi gembul Audry, hal itu membuat sang pemilik pipi memukul tangan Juna dengan keras. Keduanya pun tertawa bahagia, sesekali Juna membuat candaan yang terdengar garing di telinga Audry.

***

"Bahkan di saat gw butuh, lu gak ada. Apa segak berharganya itu gw di mata lu, Jun ?" Batin Yasmin.

Gadis itu kembali terisak di dalam kamar yang gelap, hatinya hancur semaunya pergi tak ada satu pun yang mau mengerti dirinya kecuali bi Wati yang sekarang tengah membujuk Yasmin agar keluar kamar.

Setelah di pemakaman tadi, Yasmin mengunci dirinya sendiri di dalam kamar.

"keluar makan dulu, non "
Bujuk bi Wati dengan lemah lembut.

Bi Wati mendengar suara isak tangis gadis itu, hatinya juga ikut menangis selama kurang lebih 20 tahun ia menjadi pelayan, baru kali ini mendengar Yasmin menangis dengan pilu. Gadis itu selalu saja enggan untuk menampakkan kesedihannya, kini terisak didalam kamar sendiri sesekali meratapi nasibnya nanti.

Bi Wati yang sudah menangis pun pergi meninggalkan kamar Yasmin, ia juga merasa sangat kehilangan majikannya yang begitu baik padanya.

Sedangkan Yasmin terus menangis "Kenapa saat semua orang butuh gw, gw senang hati ada di hadapan mereka, tapi saat gw butuh mereka, semuanya hilang, Kenapa ? Haaaaaaaaaa ?"

Brakkk

Yasmin menghempaskan semua benda yang ada di atas meja riasnya.

"apa gw gak seberharga itu di mata semua orang ? hiks..."

"gw benci diri gw yang lemah, gw benciiiiiiii"

Suara Isak tangis Yasmin terdengar di dalam kamar yang sunyi, hanya dirinya di sini, bersandar pada dinding yang kokoh namun tak sekokoh hatinya yang rapuh.

Dia benci pada dirinya yang tidak bisa jahat kepada orang lain, sedangkan orang lain seenaknya memperlakukan dirinya dengan sesuka hati.

"Rasanya sakit Tuhan, aku ingin pergi !"

***

Suara alarm yang berbunyi membuat gadis yang tengah tertidur di lantai terbangun, ia ingat semalaman ia menangis sendiri dan sekarang mata gadis itu bengkak.

Yasmin masih berpikir kejadian kemarin adalah mimpi.

"Mama gak ninggalin aku sendiri kan ?"

"Mama gak pergi kan ?

Yasmin kembali menangis mencoba menepis kenyataan bahwa sang ibu tidak pergi namun semuanya salah kejadian kemarin adalah nyata.

"Non, buka pintunya ini sudah pagi. Apa non gak mau berangkat sekolah ?"
Suara dari luar mampu membuat Yasmin menghapus air matanya, gadis itu keluar. Kini di hadapannya ada Bi Wati.

I'am YasminWhere stories live. Discover now