07. Gaduh

13 2 0
                                    

Riuh-ricuh pagi menjelang siang ini berasal dari kantin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Riuh-ricuh pagi menjelang siang ini berasal dari kantin. Sempat tak mendapat tempat duduk karena terlalu ramai, kini Fasla dan kedua temannya berada di kursi koridor kelasnya.

Ia menerima siomay dan satu botol air mineral dari Yasna yang sebelumnya sudah mereka pesan sebelum meninggalkan kantin.

"Selasa udah bulan puasa 'kan?" celetuk Kian setelah berhasil mendudukan dirinya di ujung kursi.

"Kayaknya lo seneng banget," timpal Yasna. Terlihat jelas wajah antusias Kian.

"Nggak papa, seneng aja," ungkap Kian.

Fasla menelan makanannya, matanya menatap Kian. "Harus ikut tahan laper, ya?" pinta Fasla.

Kian mengacungkan jempolnya sambil tertawa pelan. "Iya, nanti gue temenin kalian puasa." Perbedaan yang ada pada dirinya, tak membuatnya merasa minder seperti pada teman-temannya yang dulu.

Kian menatap dua temannya, ia pernah mendengar satu kalimat dari Fasla yang sampai saat ini masih saja terngiang."Nggak perlu permasalahin perbedaan keyakinan, temenan mah temenan aja, yang penting nggak saling rusuh."

"Oh, ya, kalian abis lulus nanti rencana mau lanjut ke mana? Bentar lagi 'kan kita naik kelas dua belas, mungkin kalian udah prepare gitu?" tanya Kian kembali membuka topik pembicaraan.

"Gue belum tau mau kuliah di mana, tapi kayaknya di Jakarta aja deh, nggak sampe luar kota," jawab Yasna.

"Lo, Fa?" Kian beralih menatap Fasla

Gadis itu diam sejenak, menatap kedua temannya bergantian, lalu menjawab, "Nggak tau, kayaknya gue nggak minat kuliah."

"Kenapa? Sayang banget loh kalo kemampuan lo nggak diasah," ucap Kian menimpali.

"Nggak papa. Lo sendiri, Ki?" tanya Fasla, ia menatap lelaki itu sekilas.

Kian tersenyum sejenak. "Di luar kota kalo jadi."

"Semangat buat kalian," ucap Fasla menyemangati.

Gue sebenernya pengin dapet beasiswa ke luar negeri, Ki, Yas. Tapi yakin kalo gue nggak mampu.

[][][]

Ruangan dengan ukiran dinding kayu namun elegan, menjadi tempat Fasla saat ini memandangi bintang dari jendela yang berada di dekatnya. Seperti menjadi candu bagi Fasla untuk melirik bintang tiap ada kesempatan. Suasana kafe malam ini tak seramai biasanya, mungkin karena bukan malam Minggu, jadi jarang pasangan muda-mudi yang datang sekadar menikmati malam-malam mereka.

Fasla berada di kafe sejak pulang sekolah tadi, pukul dua, bertukar shift dengan Runi yang bekerja sejak pukul sepuluh pagi hingga empat sore. Sedangkan Fasla memulai jam kerjanya sejak pukul empat, tetapi terkadang lebih cepat jika Runi pulang lebih awal.

Pukul enam lewat tiga puluh dua, Fasla sudah selesai sholat Maghrib setelah bergantian dengan Abim. Di kafe ia hanya berdua dengan lelaki itu, ralat, dengan pelanggan-pelanggan kafenya yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Zayyan entah pergi kemana sampai tak terlihat ujung jarinya, Jurdy pun belum terlihat.

Last StoryWhere stories live. Discover now