🔅 Chapter 24 🔅

Mulai dari awal
                                    

        "Katakan, bagaimana caranya agar aku bisa membayarmu? Dan jangan menjawab hal yang tidak-tidak." Jimin curiga jika Jungkook akan menyarankan sesuatu yang aneh, seperti 'membayar satu keping emas dengan bibirmu'.

        "Akan ku pikirkan." Jungkook menjawab singkat. Ia tidak mau dibayar dengan uang, karena ada harga yang lebih pantas. Jungkook akan memikirkan dengan matang apa yang akan ia minta dari Jimin.

        Keduanya kembali mengunci mulut. Sibuk dengan pemikiran masing-masing.

        Lalu mata Jimin bergulir kembali kepada kapten kapal. Hari ini Jungkook menggunakan topi Tricorne di kepalanya. Jimin jarang sekali melihat Jungkook memakainya, dan sekarang Jungkook tampak seperti pelaut sejati.

        Berdiri di belakang kemudi, lembaran peta di tangan, dan sebuah flintlock tergantung di pinggang. Ah! Tak lupa sepatu boot kulit yang mengkilap di bawah sinar matahari. Surainya terkuncir dengan gaya ponytail, menyisahkanya helai poni tipis yang bergoyang oleh sapuan angin.

        Jungkook tampak ...

        ... Sangat gagah. Auranya terkesan begitu jantan. Pria dewasa dengan karakteristik otoriter untuk mempertahankan kepemilikannya pada suatu hal.

        "You doing it again." Jungkook melirik sekilas, kemudian kembali terfokus dengan lintasan berwarna merah di atas peta miliknya. Mengejutkan Jimin yang termangu dengan wajah kosong sambil menatap lekat wajah Jungkook.

        "A-apa?" Jimin terkesiap. Kulitnya meremang karena malu usai tertangkap basah. Kendati demikian, Jimin berpura-pura tidak tahu maksud dari ucapan Jungkook.

        Kertas berpola gambar tergulung, Jungkook melipat petanya dan memasukkannya ke dalam celah roda kemudi. Ia memutar tungkai kaki dan berjalan mendekati Jimin. Letuk sepatunya sangat lambat, seolah-olah sedang menikmati antisipasi di mata Jimin yang merinding didekati oleh pria dewasa seperti jelmaan hewan buas.

        "Mau apa kau?! Ja-jangan mendekat!" Jimin menekan punggungnya di pinggiran poop deck. Matanya melebar panik di setiap langkah yang Jungkook ambil. Terakhir kali Jungkook mendekatinya, itu pasti berakhir dengan hal-hal diluar kesadaran, seperti ...

        ... berciuman.

        Jungkook memojokkan Jimin. Kedua tangannya terulur dan memenjarakan si Manis di antara kedua lengannya. Telapak mendarat apik di pinggiran poop deck, lalu mencengkeram kuat untuk melampiaskan sebuah hasrat menggebu ketika bersirobok dengan sapphire biru.

        "Kau mulai berani mengagumi ketampananku terang-terangan." Selorohnya di bawah napas, mirip seperti bisikan berdesis.

        Mendengarnya, langsung membuat mata Jimin membola. Tengkuknya bergidik setelah diterpa hembusan napas di permukaan wajah. "Ti-tidak! Aku- aku hanya melihat topimu! I-itu terlihat bagus." Jimin tergagap.

        "Aku tampak menggairahkan?" Ujung bibir terangkat maksimal. Jungkook senang melihat pipi gembil sehalus kapas sudah memerah padam, mirip sebuah apel yang masak.

        "Ja-jangan melantur!" Jimin mendorong dada bidang sekuat tenaga, sayangnya semakin ia berusaha menjauhkan dirinya, semakin kokoh pula Jungkook terpaku di tempatnya. "Jungkook, menyingkir! Aku sulit bernapas!"

        Jungkook menundukkan wajahnya, hidungnya turun dan mengendus leher jenjang tak bercela. Kedua tangannya berpindah fungsi menjadi rematan lembut di pinggul ramping. Cuaca menjelang senja sangatlah panas, dan melihat Jimin yang teramat manis, total menggoda kobaran api di dalam jiwa pria matang seperti Jungkook.

🔅 Stealth 🔅 》KookMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang