D E L A P A N B E L A S

Start from the beginning
                                    

"Nanti Ata main ke mansion, Dek." Tutur Rasya lembut, tangan nya mengelus telapak tangan milik adik nya yang terasa dingin.

"Ata tadi janji gak kak?"

Rasya menggeleng, memang tadi Ata mengatakan nya namun tidak berjanji.

"Ata suka lupa kalo enggak janji, nanti kalo ketemu Laffa malahin." Bara terkekeh geli mendengarnya, ia senang jika kedua adik nya akur. Terlebih kedua nya sudah saling kenal, berbeda dengan Rasya yang melirik Bara dengan tajam.

Perjalan panjang di iringi dengan celotehan Raffa yang tidak ada habis-habisnya, Rasya sudah menyuruh nya tertidur namun Raffa dengan cepat menggeleng karena memang ia tidak mengantuk.

"Sini, kakak gendong."

Dengan cepat Raffa merentangkan kedua tangannya, Rasya yang melihatnya tersenyum.

"Dadah Abang, Laffa tinggal." Raffa melambai-lambai ke arah Bara yang masih berada di dalam mobil, Bara yang melihat Raffa tersenyum merasa sesak. Ia sudah salah besar karena sudah meneriaki adik nya, Bara mengusap wajah nya dengan kasar karena belum sempat meminta maaf kepada adik nya.

"DADDY!!" Teriak Raffa begitu melihat Pram duduk di sofa single, Pram yang melihat nya segera bangkit.

"Daddy, gendong." Rengek Raffa, Pram dengan senang hati mengambil alih tubuh mungil Raffa dari gendongan Rasya.

"Udah gak marah sama Daddy, hm?"

"Daddy mau Laffa malah lagi?"

Pram menggeleng menjawab pertanyaan Raffa, tentu saja ia tidak ingin putra nya kembali mendiami nya.

"Mommy dimana Dad?"

"Mom ada di kamar, mau sama Mommy?" Tanya Pram.

Raffa mengangguk, "let's go Dad!" Pram terkekeh, berada di dekat putra bungsu nya membuat nya terus-terusan tertawa. Berbeda dengan putra nya yang lain.

Pram melangkah ke arah lift untuk membawa Raffa bertemu Raina, sedangkan Rasya terus memperhatikan kedua nya. Begitu keduanya hilang dari penglihatan nya ia berjalan mendekat ke arah Bara yang masih berjalan ke ruang keluarga.

Bugh!

Bara terkesiap begitu mendapat pukulan telak dari Rasya, beruntung ia memiliki refleks yang baik sehingga tidak sampai tersungkur ke lantai.

Rasya tersenyum miring menatap Rasya yang menghapus darah dari sudut bibir nya, Bara menegakkan tubuhnya menatap ke arah Rasya dengan kening berkerut.

"Abang jangan sesekali meneriaki Raffa kalo gak mau berurusan sama Rasya!" Ujar Rasya dingin, dada nya naik turun karena emosi.

"Sorry" Bara mengatakan nya dengan mata memerah, ia ingin sekali menangis dengan memeluk tubuh mungil adik nya.

"Ada apa ini?" Tanya Pras yang tiba-tiba ada di sana.

Rasya tadi nya akan melangkah pergi dari ruang keluarga, namun ucapan Pras membuat nya urung.
Pras meneliti putra nya yang tampak kacau, sudut bibir nya terlihat sedikit sobek.

ARRAFFA | Selesai |Where stories live. Discover now