60

48.5K 5.6K 3.4K
                                    

Selama perjalanan pulang Haechan banyak diam, ia hanya sesekali terkekeh untuk menanggapi ocehan Jaemin yang mengantarnya pulang ke rumah menggunakan taksi. Sahabat baiknya Na Jaemin, ia bahkan rela putus dengan Jeno karena tahu sahabatnya disakiti begini.

"Na, kenapa Lo putusin Jeno?"

"Gapapa, gue kesel Chan. Dia nyuruh gue buat nemenin Lo, gak cerita eh taunya temen jancuknya itu sibuk selingkuh." Jaemin melirik Haechan sekilas, takut-takut kalau nanti Haechan tersinggung atau bertambah sedih lagi. Jaemin tidak mau, lebih kasihan pada anak si dedek sih sebenernya.

Di lain dugaan Haechan justru terkekeh, meski Jaemin tahu kalau tawa sumbang itu tawa menahan kesedihan, "gue gapapa Na, balikan sama Jeno ya. Dia cinta mati sama Lo," Haechan tertawa, "bisa-bisa dia mati beneran kalo kalian putus." Haechan kemudian membuka pintu taksi ketika taksinya benar-benar sudah berhenti, ketika ia keluar ia disambut dengan dinginnya angin malam yang masuk melalui celah mantelnya yang memang tak Haechan kancing kan.

"Pak anterin temen saya sampe tujuan ya, awas lecet sedikit loh pak, kalo besok ada kabar orang hilang -cekrek- muka bapak udah saya foto. Makasih ya Pak!" Haechan tersenyum lalu menutup pintu taksi tersebut, melambaikan tangan pada Jaemin yang perlahan mulai menjauh.

Haechan menunduk, menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan, membalikkan tubuhnya Haechan berjalan dengan gontai di halaman rumah baru mereka. Ia mengelus pelan perutnya yang bergerak, si dedek ia menyebutnya saat ini sedang melakukan pergerakan di dalam sana. Tak terasa satu air mata lolos dari mata bulat milik Haechan.

"Hiks.. bullshit!" Katanya sambil menghapus kasar air matanya. Menarik nafas dalam-dalam lagi, Haechan mengatur nafasnya agar dirinya tidak kembali menangis. Memasuki rumah besar tersebut, rasanya sepi juga sunyi , melepas mantel miliknya Haechan memilih berjalan kearah kamar sebelah. Ingatnya kembali pada pesan yang ia baca waktu itu, Haechan bisa tebak kalau perempuan itu adalah si dia yang dimaksud hamil dalam pesan tersebut.

Lagi, Haechan tidak ingin berpikiran negatif, tapi mau bagaimanapun pikiran itu akan masuk kedalam kepalanya, Haechan memikirkan banyak hal, apalagi tentang Mark yang melemparnya dengan bantal waktu itu.

Haechan tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi di rumah tangganya, pada kehidupannya. Haechan menyesal, seharusnya ia bisa mengontrol raut wajahnya di hadapan Jaemin tadi, seharusnya ia bisa menyembunyikan kekhawatirannya terhadap perilaku Mark yang sudah tak biasa, kalau saja ia bisa mengontrol itu semua mungkin Jaemin tidak akan sibuk menanyakan pada Jeno dimana keberadaan Mark tadi. Sampai-sampai anak itu akan mengancam kalau saja Jeno tidak memberitahu dimana Mark maka mereka akan putus sekarang juga.

Jeno adalah Jeno, si budak cintanya seorang Na Jaemin, alhasil Jeno dengan segera menjemput mereka dirumah milik Mark ini untuk membawa mereka pada Mark yang sumpah Jeno tidak tahu kalau ternyata Koeun sudah kembali dari acaranya mencari jajanan pinggir jalan bersama dengan Shotaro.

Haechan duduk di tepi kasur, menangis tanpa suara, padahal Haechan tahu hanya ada dirinya di rumah. Sebenernya Haechan bukanlah tipikal orang yang seperti ini, menangis karena diselingkuhi, entah kenapa kali ini rasanya menyakitkan sekali.

"Dek, Mama harus apa? Mama mau marah tapi gak bisa hiks.. perempuan itu siapa ya dek? Kamu jangan ikutan sedih ya dek." Meski tersendat Haechan tetap mencoba berbicara, hatinya sakit, siapa yang tidak sakit hati ketika melihat suami sendiri berselingkuh di depan mata sendiri?

Tok tok tok

"Chan?" Suara Mark dari luar kamar membuat Haechan langsung menghentikan tangisnya. Haechan tak menjawab, ia masih mengatur nafasnya yang tak beraturan karena menangis dengan tersedu dan tanpa suara pula.

[END] Not Innocent {Markhyuck}Where stories live. Discover now