18

93.3K 7.6K 379
                                    

"eunggg~ Mark udah capek." Haechan menatap kearah Mark dengan tatapan memohon miliknya. Ini sudah hampir pukul 6 dan mereka masih melanjutkan permainan ini, ah hukuman ini lebih tepatnya.

Mark tak berhenti melainkan memelankan tumbukannya dibawah sana. Mengeluarkan miliknya sampai ujung dan memasukkan sampai miliknya terbenam habis. Hal yang membuat Haechan mendesah ketika ujung kejantanan Mark mengenai titik nikmatnya.

Mark melihat bagaimana Haechan yang menatapnya dengan tatapan lelah, laki-laki dibawahnya ini bahkan meneteskan air mata dikarenakan rasa nikmat yang mendera.

Disela kegiatannya, Mark menghapus air mata disudut mata Haechan setelahnya ia kecup kelopak mata tersebut.

"Udah ini selesai"

Mark memasukan dua jarinya kedalam mulut Haechan, Haechan dengan cepat langsung mengulum dua jari yang Mark sodorkan. Sedangkan Mark, ia menyembunyikan wajahnya dibalik ceruk leher Haechan, mempercepat tempo tusukannya yang mana membuat Haechan telonjak mengikuti gerakan yang Mark lakukan.

Mendesah tertahan sebab mulutnya penuh oleh dua jari Mark. Borgol di pergelangan tangannya sudah lepas, Haechan meremat lengan atas Mark sebagai pelampiasan rasa nikmat yang ia rasakan. Tak lama ia singkirkan jari Mark yang berada di dalam mulutnya, ia ingin mendesah karena titiknya sudah ingin sampai.

"Ahhh Markhhh," Haechan memeluk tubuh Mark yang bergerak diatasnya, yang basah akan keringat. Tak lama keduanya sama-sama mendesah kerasa sebab keduanya sama-sama mencapai orgasme mereka entah untuk yang ke berapa kalinya hari ini.

"Good sleep Bear." Mark mengecup pelan kening Haechan, si empunya sudah terkulai dengan napas yang masih memburu. Mark sendiri kini sudah terbaring di samping Haechan, lengan kekarnya ia letakkan di atas perut Haechan. Mengikuti sang istri untuk mengarungi alam mimpi.

🔹🔹🔹

Pukul 11 malam Haechan terbangun dari tidurnya, ia mengerjapkan matanya, melirik kearah sisi ranjang yang sudah kosong. Tak ada Mark, melirik kearah jam yang ternyata menunjukkan pukul 11 malam.

Haechan menghembuskan nafasnya pelan ketika melihat kekacauan yang sudah mereka perbuatan, matanya kemudian melihat keseliling kamar, ia tidak menemukan benda-benda milik Mark yang tadi Mark gunakan untuk menyiksanya. Ia Haechan disiksa tadi itu! Ya walaupun ada enaknya sih.

Mencoba berdiri, meringis ketika merasakan bagian bawahnya perih bukan main, apalagi tubuhnya terasa pegal-pegal semua. Sebenarnya Haechan malas untuk bangun kalau tubuhnya sudah bersih, si suami sialannya itu ternyata main pergi saja meninggalkannya dalam keadaan kotor. Mau tidak mau Haechan harus bangun untuk membersihkan tubuhnya yang lengket dan bau.

Hampir 30 menit telah berlalu Haechan kini sudah bersih, sudah memakai pakaian juga, tidak seperti tadi yang sudah bisa dikatakan seperti korban pemerkosaan. Setelah ini ia akan mengganti seprei kasur terlebih dahulu, dan dengan tertatih pula Haechan mengambil seprei yang terletak di lemari paling bawah.

Mengambil seprei berwarna mocca entah hadiah pernikahan dari siapa yang kali ini akan Haechan gunakan.

"Loh Chan udah bangun?"

Menoleh ketika suara sang suami memasuki gendang telinganya.

"Kok Lo disini? Kirain gue Lo pergi. " Katanya masih sambil memasang seprei walau tertatih.

"Gue nungguin delivery, udah duduk aja sini, biar gue yang masang"

Haechan menghembuskan nafasnya pelan, "dari tadi kek, sakit banget belakang gue sialan"

Mark tak menggubris, ia memilih untuk memasang seprei yang sudah hampir terpasang dengan sempurna.

"Gak nongkrong Lo"

Mark hanya menggeleng sebagai jawabannya, hal yang membuat Haechan tidak puas akan jawaban tersebut.

"Kenapa? Tumben"

"Nanti Lo nangis gue tinggal, kan habis digempur seharian"

Oalah asw, congornya Mark emang gak pernah ada remnya ya Haechan rasa. Asal nyamblak bikin Haechan malu pakek banget.

"Mulutnya gak bisa di rem ya pak"

"Kenapa? Emang bener kan, gue yakin sih kalo gue tinggal Lo ngerengek hampir mau nangis, ya gak?"

"Tau lah, pusing gue. Beli apa?"

"Tuh liat aja sendiri di dapur"

Mendengus, Haechan dengan tertatih berjalan keluar kamar untuk melihat apa yang suaminya itu beli.

"Mark!" Haechan memekik tertahan kala ia merasakan tubuhnya melayang. Mark mengangkatnya dengan tiba-tiba.

Tsundare, tadi bilangnya suruh dilihat sendiri, tapi sekarang malah di gendong untuk ke dapur bersama. Haechan mendengus dengan kelakuan Mark yang satu ini.

Setelah sampai, Mark mendudukkan Haechan di atas meja makan, untung mejanya kuat, kalo engga kasian bokong Haechan bertambah nyeri.

"Turunin gue, Lo gila apa nyuruh gue makan di atas meja makan begini?"

"Tsk, Lo berat, udah disitu aja"

Mark mengambil bungkusan yang ia pesan, membukanya, ada dua kotak pizza yang tersedia disana.

"Lo beli 2?"

Mark mengangguk, ia sudah mengambil satu potong pizza untuk ia makan sendiri.

"Siapa yang ngabisin?"

"Ya kita, emang Lo gak banyak makan? Gue tau Lo kalo makan banyak"

Wah bener bener ini Mark sialan Jung, jadi secara tidak langsung Mark membicarakan kalau ia ini rakus, iya kan?

"Sialan." Haechan mendengus, mengambil satu potong pizza dan memakannya di atas meja makan bersama dengan Mark yang bersandar di kulkas dihadapan Haechan.

"Yaudah sih gapapa buat jaga-jaga kalo Lo nanti kekurangan"

Sumpah, ini mah kalo Haechan gak lagi nyeri bujur udah Haechan labrak itu muka ganteng punya Mark, bodo amat sih gak punya laki ganteng yang penting mah grauk aja dulu. Biar hati legah jiwa bahagia.

🔹🔹🔹

"Lo mau kuliah ya?"

"Iya"

"Terus gue?"

"Kenapa?"

"Sendirian di rumah gitu?"

Mark melirik Haechan sekilas, "gak usah manja, kek orang sakit aja"

Lah?

"HEH SIALAN, GUE EMANG SAKIT YA ANJING." Sudah tidak bisa ditoleransi lagi, sebab Mark benar-benar membuat darah Haechan mendidih.

"Mulutnya Haechan"

"Apa?! Lo ngeselin banget sihh." Haechan gemas, ia meremat guling yang berada di pangkuannya. Menatap Mark dengan tatapan tajam sorot akan dendam yang sangat kentara sekali. Sedangkan Mark, laki-laki itu malah terkekeh lalu menggusak pucuk kepala Haechan dengan gemas.

"Ngegemesin juga ya Lo." Katanya lalu segera keluar kamar untuk pergi menuntut ilmu dengan benar. Meninggalkan Haechan dengan wajah planga plongo miliknya.

"AAAAAKK KENAPA GUE DAPET SUAMI BENTUKANNYA BEGITU SIH"

Teriaknya menggelegar di seluruh penjuru kamar, Mark yang mendengarnya samar-samar hanya terkekeh. Istrinya lucu juga ya ternyata.

.
...

Haiii Jee update lagiii 👋👋

Selamat membaca kelanjutan yang kalian inginkan, yaa meskipun sedikit sih:)

Jangan lupa Vote sama Komen nya yaaa💓

Oh yaa, ayook mampir di work sebelah, ramaikan yaaa 😬😬

See youuu 💚💚💚

[END] Not Innocent {Markhyuck}Where stories live. Discover now