Blessure 07

48 24 3
                                    

"Kinan."

Yang dipanggil menoleh, mendapati lelaki yang selama beberapa hari ini mampu membuatnya melupakan kesedihan karena tamparan Karin atau kata-kata Yara yang menyakitinya.

"Nanti, lo pulang sama gue, yah." Rafael tersenyum pada Kinan, ada sebuah harapan ajakannya bakal diterima dibalik senyum itu.

Kinan menimang-nimang, sepertinya tidak buruk. Uang yang biasanya digunakan untuk membayar ojek online bisa ia gunakan untuk membeli soto samping rumah Pak Supri favorit Ayah.

Ia kemudian membentuk jarinya menjadi huruf o dan sisanya dibiarkan berdiri, pertanda menyetujui ajakan Rafael.

"Beneran? Demi apa?!" Rafael tentu saja meledak. Suaranya sampai membuat beberapa murid yang melewai mereka menatap heran kearahnya.

Kinan tertawa kecil, membuat Rafael meringis dan menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak gatal, "Maaf."

Si perempuan mengangguk saja, lantas menunjuk kelasnya, berkata tanpa suara bahwa ia akan masuk kedalamnya.

"O-oke, gue juga mau ke kelas dulu. Jangan lupa nanti istirahat makan bakso di Mang U'u." Rafael kemudian mengacak pelan kepala Kinan dan berlari kecil menuju ke lantai dua, kelasnya.

Sementara Kinan diam tak berkutik. Rasanya jantungnya baru saja berhenti dan tiba-tiba berdetak sangat kencang karena habis berlari marathon.

"Ini jantung gue kenapa?"

--

"Tumben bawa motor," komentar Azka ketika Rafael baru saja duduk disampingnya. Sebelum masuk kedalam kelas, ia sempat melihat Rafael yang sedang memakirkan motornya.

Namun yang ditanya malah hanya cengengesan, "Yah begitulah."

"Anjir mulai lagi deh." Azka mendengus sebal.

"Palingan gara-gara Kinan." Dari belakang, Haikal menimpali tanpa mengalihkan pandangannya dari buku matematika yang sedang ia baca.

Hari ini jam pertama akan diadakan ulangan harian, itulah kenapa Haikal yang dikenal tak suka belajar rela membuka buku dan melewatkan acara gosipnya bersama Caca dan Aira, teman sekelasnya yang ter-update mengenai murid-murid disekolah ini.

Azka menggelengkan kepalanya, "Bucin dasar."

"Lo sendiri gimana? Bucin juga kan." Rafael menyahut.

"Gua? Bucin?" Azka tertawa, "Mau bucin sama siapa njir, gebetan aja nggak ada." Setelahnya, lelaki itu memasang tampang memelas yang jika dilihat Haikal, maka dipastikan akan ditampol.

Rafael hanya tertawa. Entah kenapa euforia karena Kinan menerima ajakan pulang bersamanya masih terasa sampai sekarang, bahkan senyumnya pun terus mengembang walau pipinya terasa berkedut karena terlalu banyak tersenyum.

--

Yara datang ke meja Kinan sambil menaruh buku tulis didepan gadis itu, "Kerjain dong, gue males."

Yang Yara maksud adalah tugas bahasa Indonesia yang seharusnya sudah dikerjakan karena tugas itu diberikan satu Minggu yang lalu.

Melihat Kinan sendiri, karena kedua temannya keluar dari kelas entah kemana, itu kesempatan bagus bagi Yara untuk mengganggunya sekaligus menyuruh-nyuruhnya melakukan sesuatu sekehendaknya lagi.

BLESSUREWhere stories live. Discover now