Blessure 06

45 23 0
                                    

To love is to admire with the heart; to admire is to love with the mind.

—Théophile Gautier

----

"Sumpah ya Fa lo bikin gue ngeri. Lo kaya orang gila tau nggak senyum-senyum terus." Azka berkata pada Rafael yang tengah tersenyum sambil melihat ponselnya.

Kelas mereka sedang jam kosong, dan dari pagi tadi Haikal dan Azka terus saja mendapati Rafael yang melengkungkan bibirnya keatas.

"Gua tau lu emang lagi berbunga-bunga gara-gara Kinan, tapi nggak gini juga kali." Dibelakang mereka, Haikal ikut menimpali.

"Berisik deh kalian." Rafael kemudian mematikan ponselnya dan meletakkan benda itu disamping buku tulisnya.

"Ntar istirahat makan di kantin lantai bawah aja ya?" pinta Rafael.

Azka mengernyitkan kening, "Kenapa?"

"Udah lama gua nggak makan baksonya Mang U'u, tiap hari makan gorengan sama mie ayam mulu kan gua bosen."

"Halah mau makan baksonya Mang U'u apa mau modus ketemu Kinan." Haikal mencibir, yang hanya dibalas cengiran oleh Rafael.

Azka bergidik, "Tapi kan temen-temennya maung semua, kalo lagi marah atau nyindir omongannya bisa lebih pedes dari sambel buatan Kakak gua."

"Nggak usah takut deh, maung-maung gitu kan lo cowok, masa gitu aja takut. Lagian bener juga, gua juga kangen baksonya Mang U'u, sekali-kali absenlah beli gorengan di kantin Teh Mina."

"Lo tau Farisa kan? Tu anak kalo diem matanya tajem banget kaya nggak pernah selow, apalagi kemaren abis adu bacot sama si Malam."

"Yaelah cuma si Risa. Dia tuh cewek baik, ngomong pedesnya juga kalo ada perlunya doang, selebihnya ya biasa aja."

Azka menyipitkan matanya, "Kok lo tau?"

"Yaa, ada lah ntar."

Rafael diam saja, lebih memilih mendengarkan kedua sohibnya membicarakan Risa. Lagipula, dia kan tidak tahu apa-apa, kecuali tentang Kinan yang setiap berangkat sekolah menaiki angkot dan pulangnya menggunakan ojek online.

--

"Yuhuu hai Kinan, lo mau beli bakso yah? Sekalian dong bawain punya gue, Putri sama Amel." Yara berkata dengan senyum cerahnya, walau Kinan yakin dibalik senyum itu ada sesuatu yang kejam yang tengah menunggunya.

"Punya kaki sama tangan buat apa lo nyuruh-nyuruh orang lain." Suara Mela membuat senyum diwajah berseri Yara lenyap.

"Suka-suka gue lah, dia kan babu gue."

"Babu babu mata lo dua!" Itu suara Risa, yang kini menghampiri ketiganya dan bersedekap didepan dada.

Yara menatap Risa dengan tatapan jengah, bosan sekali beradu mulut dengan wanita didepannya ini hanya karena Kinan.

"Nggak usah bacot lagi deh, bosen gue denger suara lo sampe ke gendang telinga gue."

"Bosen atau takut lo ngga bisa bales omongan gue lagi?" Risa tersenyum mengejek.

Yara merengut, pergi  meninggalkan ketiganya dengan menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

"Ayo buruan cabut, gue udah dua hari nggak makan dikantin yang semua makanannya pengin gue makan," kata Mela lalu menarik tangan kedua sahabatnya keluar dari kelas.

BLESSURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang