24. La Cosa Nostra

Start from the beginning
                                    

Tak ada pandangan iba sama sekali di mata Asgard. Sikap tenangnya benar-benar kembali.

"Kenapa kamu malah kembali ke Italia jika tahu di sini berbahaya? Bukankah itu tindakan tidak masuk akal?" Asgard berusaha menyudutkan.

Mata Xia semakin menyipit, ia benar-benar geli dengan lelaki itu. Apa Asgard memang sebodoh itu? Mana mungkin ia memilih membahayakan diri sendiri tanpa alasan yang jelas? Menggelikan.

"Aku tidak senekat itu, Asgard. Aku masih ingin hidup tenang. Masalahnya, ibuku ada di Sisilia. Aku ingin menjemputnya dan bersembunyi dari orang-orang sialan itu."

Asgard terhenyak. Ternyata, karena seorang ibu. Pantas saja Xia rela menantang maut seperti itu.

"Maaf, aku tidak tahu," lirih Asgard.

Lima menit dalam kebisuan, keduanya dibuat terkejut karena pintu yang terbanting. Seorang lelaki muncul di sana.

Xia segera menegakkan posisi duduk dan melayangkan pandangan bertanya. "Ada apa, Dante?"

"Ah ... tidak. hanya mau mengajakmu dan temanmu makan malam." Lelaki yang tampak sangar itu benar-benar membuat Xia gondok setengah mati. Lihat saja, meski tato memenuhi lengannya, Dante malah tampak seperti anak kecil yang sedang mengejek anak lain.

Diam-diam, Asgard menghela napas lega. Ia sudah sempat berpikir bahwa orang-orang itu menemukan keberadaan Xia. Syukurlah.

"Ingatkan aku untuk membunuhmu, nanti." Xia beranjak dari duduk dan mengikuti Dante yang sudah keluar sambil cekikikan. Sampai di ambang pintu, Xia menoleh. "Kamu mau mati kelaparan? Ayo."

Ketiganya berakhir di ruangan penuh makanan. Tak hanya mereka, beberapa lelaki berkumis tebal serta perempuan berpakaian seksi pun ikut bergabung. Di atas meja panjang itu, tersaji berbagai makanan Italia, lengkap dengan berbagai jenis minuman keras. Jika saja Asgard tak tahu tempat apa itu sebelumnya, ia akan mengira bahwa mereka tengah berada dalam jamuan makan yang mewah.

"Makanlah sepuasnya, gratis." Xia mengangsurkan garpu dan sendok yang sudah ia bersihkan dengan tisu kepada Asgard.

Lelaki itu menyambutnya, lantas mulai memutar garpu di atas piring, mengambil gulungan spageti di sana. Baru akan menyuapkannya ke mulut, ia berhenti dan berbisik pada perempuan di sampingnya, "Xia, maaf sebelumnya, tapi ... ini semua dari bahan yang bisa kumakan, kan? Maksudku, aku orang muslim ... kamu tahu?"

Paham apa maksud Asgard, Xia mengangguk beberapa kali. "Tidak ada bahan yang dilarang dalam agamamu, semoga saja."

Kedua alis Asgard tertaut. Sudahlah, jawaban tidak meyakinkan itu membuatnya meletakkan kembali alat makannya. Ia berpikir, lebih baik tidak makan.

Melihat itu, Xia sontak terkekeh keras, membuat yang lain melayangkan tatapan heran. Perempuan itu lantas mencondongkan tubuh ke arah Asgard dan kembali mengambil garpu lelaki itu. "You can eat this, Asgard. I was joking."

Kesal awalnya, tetapi tak ayal Asgard tersenyum menanggapi hal tersebut. Meskipun suasana di sana tak membuat Asgard sepenuhnya nyaman, tetapi ada hal yang membuatnya tercubit. Iya, hangatnya keluarga, Asgard merasakan itu meski tidak kenal dengan mereka.

"Mau minum?" tawar Xia setelah menghabiskan makanannya. "Don't be a weirdo, di sini tidak ada selain alkohol."

Perkataan Xia itu sukses membuat atensi semua rang teralih padanya dan Asgard.

"Kenapa, Xia? Temanmu tidak minum alkohol?" tanya seorang lelaki di ujung meja.

Xia membuat gerakan memutar dengan telunjuk di sisi kepala. "He's moeslem."

Catatan sang Musafir (Completed)Where stories live. Discover now