23. Korban Imbas Pembelotan

103 38 2
                                    

Kalau ada typo, tolong ingatkan, ya. Terima kasih.

-o0o-

Keduanya benar-benar diam sampai tiba di Bandara Internasional Leonardo da Vinci Roma. Tak ada yang berniat membuka suara, kecuali untuk keperluan perjalanan darat ke Sisilia nantinya. Jika Xia memang tak terlalu peduli, Asgard masih terkejut dan memikirkan kalimat perempuan itu sebelumnya.

Baru selangkah memasuki stasiun kereta yang memang terhubung langsung dengan bandara, Xia mematung. Hal itu jelas membuat Asgard menyadari sesuatu, wajah Xia berubah pias.

Lelaki itu mencoba mengikuti arah pandang Xia. Di salah satu sudut peron, berdiri dua lelaki berjas dengan gaya flamboyan yang tampak mengawasi keduanya. Sejenak mereka berbisik satu sama lain.

Secara tiba-tiba, Xia menarik tangan Asgard, mengajak lelaki itu berlari menjauh bersamaan dengan dua lelaki itu yang juga mengambil langkah. Xia bahkan meninggalkan koper ash gray-nya begitu saja.

Asgard yang setengah mati terkejut hampir tersandung kakinya sendiri. Ia berusaha mengimbangi langkah cepat perempuan yang tengah memegang pergelangan tangannya kuat.

Satu dua napas mereka tarik berat, mengisi rongga paru-paru dengan oksigen secara rakus. Langkah cepat mereka tak memungkinkan untuk bernapas normal. Ditambah jantung yang memompa dua kali lipat, Asgard dan Xia benar-benar dibuat bak orang kesetanan.

Sementara itu, di belakang sana jas kedua orang yang mengejar berkibar, bertabrakan dengan udara.

"Kenapa mereka mengejarmu, Xia?" Masih terus berlari, Asgard mulai memimpin langkah. Ganti telapak tangan besarnya yang mencengkeram lengan perempuan itu.

Napas semakin memburu dengan peluh mulai jatuh bulir demi bulirnya. Sungguh, Asgard tak bisa berpikir, apa lagi sudah banyak orang yang ditabraknya dengan brutal sejak berlari.

Lelaki itu fokus ke depan, lantas kembali menoleh. Mereka masih terus mengejar.

"Jangan tanya apa-apa dulu, Asgard. Yang penting kita harus lolos jika tidak mau mati," tekan Xia.

Keluar dari stasiun, mereka sempat berhenti sejenak dengan posisi tangan bertumpu lutut. Tiga detik mereka menoleh kanan-kiri sebelum fokus ke satu arah. Sial, dua orang lagi sudah mencegat keduanya.

"Sialan! Informan tidak berguna!" umpat Xia sambil kembali menoleh ke belakang. Sudah dekat. "Ayo, Asgard. Lari!"

"Stop, Da Xia!"

Belum puas mengambil napas, keduanya dipaksa kembali berlari belingsatan.

Dalam langkahnya, ponsel yang sudah sempat dihidupkan setelah pesawat landing, bergetar. Diambilnya benda itu dari saku, lantas mengangkat panggilan yang masuk. Jelas Xia melakukannya sambil memacu langkah.

"You're jerk! Kenapa tidak memberitahu sejak awal jika mereka menungguku di bandara?!" teriak Xia, "apa? Ponselku juga? Sialan!"

Tak ada waktu untuk terkejut mendengar umpatan Xia atau karena perempuan itu langsung membuang ponselnya. Asgard terus berlari, begitupun dengan Xia.

Saat akan menyeberang di persimpangan jalan, lengan Xia ditahan oleh Asgard. Lelaki itu langsung menarik Xia masuk ke dalam taksi yang belum lama dihentikannya.

"Setidaknya kita aman untuk saat ini." Asgard menyandarkan tubuh pada jok sambil mengatur napas. Dipejamkannya mata erat setelah melepas ransel yang sedari tadi hanya tercangklong di satu bahu.

"Jadi, kenapa?" tanya Asgard.

Xia melirik ke lelaki di sampingnya dan menatap sangsi. Sesaat ia melihat ke depan, ke arah driver. "Tidak sekarang," bisiknya.

Catatan sang Musafir (Completed)Where stories live. Discover now