24. La Cosa Nostra

121 34 5
                                    

Setumpuk koran lama baru saja dijatuhkan Xia ke atas meja di hadapan Asgard. Kini keduanya berada di ruang ... entahlah, Asgard merasa bahwa itu tempat berkumpul rahasia orang-orang di bar.

Diambilnya satu koran tersebut, bersamaan dengan Xia yang duduk di kursi lain sambil mengisap nikotin dari batang cerutu. Asgard sama sekali tak terkejut sekarang. Satu hal yang Asgard syukuri, koran itu berbahasa Inggris, bukan Italia.

Beberapa saat membaca, mata Asgard kembali membola. Ia lantas menoleh ke arah Xia yang sibuk mengembuskan asap rokok ke udara. "Pengeboman?"

Xia menyandarkan punggung pada kursi kayu, sementara sebelah kakinya diangkat dan bertumpu di atas kaki yang lain. "Seperti yang kamu baca."

Lelaki itu kembali mengambil koran yang lain dan membacanya. Satu per satu kepingan puzzle mulai tersusun dibarengi Xia yang runtut bercerita.

"La Cosa Nostra tidak sekejam itu dulu, begitu yang kudengar. Masalah baru muncul saat bos klan Corleone, Luciano Leggio ingin mendominasi Cosa Nostra. Dibantu Salvatore Riina, mereka memecah belah klan, membunuh jurnalis, wartawan, pejabat, sampai politisi yang dinilai menentang. Kakekku salah satu yang diincar karena membelot dan dianggap melanggar sumpah setia Omerta."

Sejenak Asgard berhenti membaca. Diresapinya tiap kata yang baru saja dibaca dan didengar. Kepalanya benar-benar penuh.

"Kakekku terlibat atas tertangkapnya pentolan-pentolan mafia seperti Tomasso Buscetta oleh hakim Giovanni Falcone dan Paolo Borsellino. Puncaknya, pemerintah berhasil menyeret 474 mafiosi dan 342 di antaranya berhasil dijatuhi hukuman."

Xia menghela napas dalam sebelum membuang puntung rokok ke dalam asbak. Perempuan itu melipat tangan di depan dada, memperhatikan Asgard yang terus membaca berita yang tertulis dalam koran-koran itu. Lekat ia memandangi lelaki di seberang meja, mulai dari dahi, matanya yang sangat teduh, bulu mata lentik, bibir tipis yang Xia yakin tak pernah tersentuh batang rokok, juga rahang Asgard yang tegas.

"Kamu tampan, Asgard." Celetukan itu sukses membuat Asgard mengangkat kepala.

Lelaki itu melemparkan tatapan bingung. Masih sama saat bersama Moana, ia tidak suka dipuji.

Merasa tak akan mendapat respons, Xia melanjutkan, "Pembalasan oleh anggota Cosa Nostra yang tidak terima terjadi pada tahun 1992, seperti yang tertulis pada koran itu."

Asgard mengambil koran paling atas yang ditunjuk Xia dengan dagu, ia memang belum membacanya.

"Falcon dibunuh dengan cara dibom, selang dua bulan setelahnya giliran Borsellino. Pengeboman dilakukan oleh orang yang sama, Giovanni Brusca. Hampir bersamaan dengan itu, pengeboman tempat umum juga dilakukan. Via dei Georgofili Florence, Via Palestro Milan, Piazza San Giovanno Laterano, sampai Via San Teodore Roma. Sepuluh orang tewas dan 93 luka-luka."

Asgard benar-benar tidak bisa membayangkan. Sekejam itu? Mereka bahkan melakukan pembalasan pada orang-orang tak bersalah. Pandangannya berubah nanar, ternyata benar artikel-artikel yang beredar, bahwa mafia adalah kelompok-kelompok yang menguasai pasar gelap serta jarang ada yang menggunakan anti kekerasan.

"Satu yang kusyukuri, Asgard. Salvatore Riina dipenjara setelahnya, dengan masa hukuman seumur hidup. Leoluca Bagarella menggantikannya sebelum ditangkap juga dan digantikan oleh Bernando Provenzana. Dari sana, Cosa Nostra mulai sepakat untuk menghentikan kampanye kekerasan dan merangkumnya dalam Pax Mafiosa.

"Sayangnya, dendam kepada kakekku oleh para pengikut setia Leggio dan Riina tidak pernah padam. Entah perjanjian seperti apa yang dibuat Kakek dengan mereka, yang pasti ayahku dan aku masih kena imbas sampai sekarang." Xia mendengus. "Ayah bahkan mati di tangan mereka."

Catatan sang Musafir (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang