Flashback (41)

2.7K 383 14
                                    

10 hari menjelang semester exam.

"Menurut lo alge berikutnya setelah kak Alice siapa ya Len?" tanya Airen pada Elena yang sedang sibuk mengerjakan tugas.

"Maybe Caitlin?"

"Kenapa lo mikirnya dia?"

"Dia hampir perfect dia semua mapel dan gue liat belum ada yang bisa nyaingin dia."

"Tapi dia ranking delapan kan pas tes masuk kesini?" tanya Airen sambil menaikkan alisnya.

"Iya, tapi dia gak mungkin nyuri soal atau semacamnya kegigihannya buat dapetin nilai perfect itu udah keliatan banget, lo tau kan gue pernah temenan sama dia?"

"Iya sih, lo udah gak kesel lagi sama dia?" tanya Airen sambil membuka snack.

"Enggak sih, tapi kalo untuk berteman lagi sama dia sih gue gak mau," balas Elena sambil mengambil beberapa keping keripik dari kantong snack milik Airen.

"Karena Adrin?"

"Yeah," jawab Elena sambil mengangguk. Ia kembali fokus kepada tugasnya setelah menjawab pertanyaan Adrin. Jika terlalu dibahas moodnya bisa-bisa hancur.

Seketika Airen menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara hp yang berdering. Ia tak tau itu hpnya atau hp Elena karena mereka sengaja memakai nada dering yang sama.

"Lo atau gue itu?" tanya Airen pada Elena.

"Gatau lo kali."

"Suaranya darimana sih?" tanya Airen bingung.

"Di atas kasur deh kayaknya," jawab Elena menunjuk ke arah kasur dengan bibirnya.

"Oke bentar gue liat."

Airen berdiri lalu berjalan menuju kasur. "Hp lo ini. Mama lo yang yang nelfon," katanya sambil memberikan hp pada Elena.

Elena mengambil hpnya dari Airen lalu berjalan menjauh menuju balkon.

"Halo maa," sapa Elena.

"Halo Len, kamu apa kabar?" Tanya mama Elena pada putrinya.

"Baik, mama udah keluar dari rumah sakit?"

"Belum. mama butuh uang Len kalo mama gak bayar sampe lusa mama bisa-bisa dipulangin. Mama gak tau harus gimana, sertifikat rumah udah mama gadai."

"Perhiasan mama? Barang-barang kayak kipas angin dan lain-lain gak mama jual?" tanya Elena. Sebenarnya ia sangat menyayangkan kalau barang-barang di rumahnya harus dijual karena setiap barang itu pasti ada kenangannya. Tapi karena krisis ekonomi ia harus merelakan kenangan yang ada pada barang-barang itu.

"Udah mama jualin semua, cuma tinggal barang yang penting-penting aja."

"Kalo gitu Elena keluar dari hotalge aja ya? Biar Elena bisa kerja cari uang buat pengobatan mama."

"Jangan! Kamu harus sampai lulus disana kamu harus bisa kalahin Adrin itu."

"Ma ini bukan waktunya buat bahas gituan, mama kayaknya gamau banget aku kalah dari Adrin."

"Yaiyalah kamu itu harus lebih unggul dari anak tengil itu."

"Aduh ma terus kalo gitu mama mau aku gimana? Ngemis di sekolah? Percuma ma jelas uangnya gabisa di pake di luar."

Hotalge High School Where stories live. Discover now