RUANG & TAMU ISTIMEWA

40 2 1
                                    

Riyan terus mengepalkan tangannya dengan keras saat tangan nya diobati salep oleh Aletta. Riyan yang sangat tidak suka dengan berbagai macam obat harus berpura-pura bersikap berani saat di depan perempuan kecil ini.

Saat Aletta mulai mengoles kan salep ke permukaan gunung tangannya, rasanya cukup perih, tapi tak seberapa di banding rasa dihianati oleh anggota nya sendiri.

"shh," Riyan meringis kecil kala Letta sengaja menekan nya terlalu kuat sampai membuat Riyan tak kuasa menahan ringisan nya

"Kalo kekencengan bilang aja, nanti gua pelanin," ledek Letta

Merasa diri nya sedang di ledek, Riyan membalikan telapak tangan nya dan langsung meng-genggam erat telapak tangan kanan Letta yang awalnya digunakan untuk memegang tangan Riyan.

Letta terkejut dan langsung menarik kembali tangan nya, tapi tidak bisa, karna sudah di genggam erat oleh Riyan
"Apaansi lo, lepasin gak?" Ucap Letta masih berusaha melepaskan tangan nya

"Kalo kekencengan bilang aja, nanti gue pelanin," ucap Riyan mengikuti gaya bicara yang sempat Letta lontarkan. Hal itu membuat Letta meringis kecil karna kesakitan tangannya yang di genggam oleh Riyan

"Sakit tau Riyan! Lo kekencengan," dumel Letta

Riyan langsung melepaskan genggaman nya dengan Letta, lalu ia beranjak berdiri dan hendak keluar dari rumah letta

"Gua balik dulu, salamin buat abang sama orang tua lu," Ucap Riyan di ambang pintu, kemudian melanjuti jalan nya dan mulai menaiki motor gede nya itu,

"Ganteng tapi kasar, Gak sopan lagi!" batin Letta berkomentar akan sikap Riyan yang selalu kasar pada nya

Setelah kepergian Riyan, Letta kembali memandangi telapak tangan nya yang masih merah. Ia terus menyumpah serapahi lelaki itu dalam hati, tangan nya serasa panas karna lelaki itu, ia sangat kesal!

Air susu dibalas air tuba!

"Gupta kemana Dek?" Tanya Iqbal  baru selesai mandi

"Pulang," jawab Letta singkat

"Tadi ngobrol apa aja sama dia, dek?"

"Ga ngobrol apa-apa, gamau ngobrol sama dia juga loh aku,"

"Kak Riyan sama kak Monik udah pacaran berapa lama sih?" Tanya Letta tiba-tiba

"Kurang sebulan, belum lama pacaran nya."

Letta memanyunkan sedikit bibir mya dan membentuk huruf "O" untuk menyikapi perkataan abang nya, setelah itu, Ia pamit pergi ke kamar nya

Iqbal yang sedang berdiri sempat bingung karna di pertanya kan soal itu oleh adik nya, dan di tinggal sendiri di ruang tamu. Karna pusing memikir kan hal itu terlalu lama, ia memutuskan pergi ke dapur untuk meminum air putih dari kulkas 2 pintu nya.

                      ____________

Riyan sudah sampai di depan gerbang rumah nya, ada satpam yang memakai seragam biru dongker yang telah membuka kan gerbang untuk nya tanpa ia suruh. Riyan memasukan motor nya di dalam garasi nya persis, ia membuka helm dan menaruh nya di meja berwarna coklat. Meja ini biasanya di gunakan untuk penaruhan alat-alat kendaraan. Seperti helm, sarung tangan, dan lain-lain

Riyan berjalan ke arah pintu nya sambil bersiul mendendangkan sedikit alunan musik yang ia sering kali dengar, serta memainkan kunci motor yang ada di tangannya.

Ia membuka pintu rumah dengan santai, tetapi, ia dikejutkan oleh kehadiran sosok perempuan yang sangat ia benci. Perempuan yang membuat hidup nya berantakan dan tidak mendapat kan hak adil untuk diri nya. Rosa adalah ibu Riyan, seorang wanita yang telah meninggalkan Riyan bersama pria lain, saat keadaan ekonomi keluarga nya sedang turun, atau bisa dikatakan hampir bangkrut.

Riyan menatap nya dengan tatapan yang susah di artikan, Rindu, marah, emosi serta tersirat rasa sayang di mata nya. Dulu, ia menangis kencang meminta supaya ibu nya tidak meninggal kan nya, memohon agar lelaki itu tidak membawa ibu nya. Tapi ibu nya sama sekali tidak mendengar kan perkatannya dan malah pergi meninggal kan ia dan ayah nya yang sedang susah. Kejadian itu masih terekam jelas di kepala nya.

Rosa yang sudah menatap Riyan dari tadi mulai berjalan menghampiri Riyan dan langsung memeluk Riyan dengan erat, Riyan sangat merindukan pelukan ini, kemana dua belas tahun ibu nya selama ini?
Riyan melepaskan Pelukan perempuan itu dari tubuh nya. Ia melepaskan nya dengan cara yabg sangar kasar. Ia bahkan tak punya hati untuk memandang perempuan yang ada di depan nya

"Mau apa anda datang kesini? Di rumah ini tidak menerima tamu," Suara dingin Riyan yang begitu khas kini di dengar oleh perempuan yang telah meninggal kan nya selama 12 tahun. Perempuan yang rela meninggalkan bocah kecil pada hari itu, persis seperti majikan yang menelantarkan hewan nya di pinggir jalan. Riyan mengepalkan tangan nya dengan kuat, tidak ada lagi rasa sakit di tangannya, sekarang sudah pindah, hati nya kembali retak

Memori yang sudah ia kubur dalam dalam kini muncul kembali, umpatan yang pernah ibu nya lontarkan kepada ayah nya terus berteriak di telinga nya. Sungguh ini sangat menyiksa mental nya, Riyan hampir gila saat itu.

"Ini mamah kamu sayang, mamah..." ucap Rosa kelu, mata dan pipi nya sudah di banjiri air mata, ia sudah menangis ketika melihat putra nya sudah sangat besar dan tampan. Ini benar putra nya kan?

"Mamah saya sudah mati." Ucap Riyan nanar. Bahkan untuk mengatakan itu pun ia  merasakan sakit nya, ia merasakan bagaimana sakit nya ditinggalkan, jika saja ibu nya tidak meninggalkan ayah nya dan mau membangun kembali keluarga yang harmonis, pasti sekarang mereka sudah menjadi keluarga yang bahagia, seperti yang Riyan harapkan saat SD dulu.

"Kenapa kamu ngomong kaya gitu Riyan? Mamah masih disini, mamah belum meninggal, kenapa kamu bilang gitu?"

Riyan menampilkan smirk di bibir nya.
"Ibu mana yang meninggal kan anak dan suami nya saat sedang keadaan susah? Saya bahkan tidak pernah berharap mempunyai ibu seperti itu."

"M-maafin M-mamah Riyan, mamah hilaf..." tangis Rosa yang tak berhenti terus saja memenuhi isi kepala Riyan. Perempuan itu terus menatap nya dengan tatapan berharap.

"Setelah dua belas tahun lama nya anda pergi tanpa kabar, meninggal kan saya dah ayah saya, sampai membuat keadaan ayah saya terpuruk, anda baru datang sekarang?

"Saya tidak mempunyai mama seperti anda. Silahkan anda keluar, anda pasti tau dimana jalan keluar rumah ini," Riyan marah dengan keadaan, kenapa ia harus dipertemukan kembali dengan seseorang yang telah membuat hidup nya berantakan? Kenapa skenerio tuhan tidak pernah bisa ditebak? Pikir Riyan.

Ia meninggal kan perempuan itu sendiri disitu, Rosa masih saja menunduk dan menangis di temoat yang sama. Bahkan tidak bergeser sedikit pun. Riyan berpikir, hal apa yang membawa perempuan itu datang kembali kemari.

"Apa mau minta harta gono gini?" Pikir Riyan di ambang pintu kamarnya








Ayo taburkan bintang dan komentar disini, follow aku supaya bisa cepet dapet notif nya ya!!!

# rabu 14 juli 2021

HELLO,KETOS TAMPAN Where stories live. Discover now