Safety Net | Part 18 - Siapa yang Hamil?

Start from the beginning
                                    

"Kita sarapan di taman saja," ucap Dante begitu Katherine keluar dari kamar mandi.

"Kenapa?" tanya Katherine seraya mengaplikasikan skincare pada wajahnya.

"Aku butuh cahaya matahari pagi dan kamu.. harus memijat kakiku."

"Kenapa?" tanya Katherine lagi, kali ini dengan suara penuh ketidaksetujuan.

"Terapi paling aman untuk kakiku ya tentu saja dengan cara dipijat, bodoh," cibir Dante.

"Terapi paling aman untuk kakiku ya tentu saja dengan cara dipijat, bodoh," ulang Katherine dengan suara pelan dan wajah yang menyebalkan.

"Aku dengar, bodoh!"

"Jangan panggil aku bodoh!" Tangis Katherine pecah, bahkan sampai tersedu-sedu.

"Kenapa dia jadi mudah menangis seperti itu?" gumam Dante dengan dahi berkerut. Tapi mengingat darah di seprai tadi pagi, mungkin hal itu yang menyebabkan perawatnya menjadi mudah menangis.

Menyadari jika Dante masih terlihat tidak peduli bahkan ketika dirinya menangis, Katherine mengencangkan suara tangisannya hingga menggema ke seluruh penjuru kamar. Tentu saja, Dante yang sedang serius dengan pekerjaannya merasa sangat terganggu dan akhirnya memilih menengangkan perempuan itu.

"Iya, kamu tidak bodoh. Lagipula, bukankah kamu sedang memakai skincare? Apa jadinya jika kamu menangis?" tanya Dante dengan nada jengkel yang kentara.

Tangisan Katherine secara perlahan berhenti, membuat Dante menghela napasnya dan kembali sibuk dengan iPad-nya untuk membalas email dari manager hotel di Las Vegas yang melaporkan kalau masalah proyek hotel terbakar itu sudah selesai. Bagian menyebalkannya adalah, Damian dan Grace langsung bertolak ke Hawaii untuk liburan.

"Ayo makan," ajak Dante, sudah malas mengurusi kedua orang tuanya yang masih saja berbulan madu.

"Kamu duluan saja, aku harus memakai sunscreen," balas Katherine seraya mencari sunscreen di meja riasnya.

"Dan kamu pikir aku bisa berjalan sendiri ke taman?"

Menyadari kebodohannya, Katherine tertawa kecil. "Maafkan aku, sebentar lagi aku akan menghampirimu," balasnya.

Dante mendengus pelan, lalu memutar kursi rodanya ke arah meja rias dan menahan lengan Katherine yang hendak menuangkan sunscreen di tangan.

"Biar aku saja," ucap Dante yang ingin mengambil botol berwarna biru itu, namun berhasil di tahan oleh Katherine.

"Tidak, kamu pikir tanganmu itu bersih?" tanya Katherine sebelum mengaplikasikan sunscreen itu ke wajahnya dengan cepat.

"Sudah? Thank God!" ucap Dante sarkastik ketika melihat Katherine bangkit dari duduknya.

"Kenapa kamu banyak protes? Memangnya tunanganmu itu tidak pernah melakukan skincare?" tanya Katherine jengkel.

"Justru itu, aku akan sabar menunggu karena dia tunanganku," balas Dante santai.

Karena kesal dengan sikap bosnya, Katherine hanya mencibir tanpa suara sampai teras rumah yang menghadap taman. Suara air mancur kecil di kolam ikan terdengar samar di teras itu, membuat suasana di sana semakin menyenangkan.

"Ada nasi goreng dan bubur ayam. Kamu ingin makan apa?" tanya Katherine seraya mengambil sendok dan garpu untuknya dan Dante.

"Both, aku lapar sekali," jawab pria itu santai. Lagipula, porsi bubur ayam di rumah ini kecil hingga hanya terasa sebagai appetizer.

Safety NetWhere stories live. Discover now