Drama hari itu berakhir dengan sorak sorai para perawat dan koass atas strategi aneh Jendra yang ternyata berhasil. Irene akhirnya bernafas lega setelah drama menegangkan tersebut selesai. Tepat saat dia akan meninggalkan ruangan, seseorang menahan lengannya. Itu Jendra.

"Ikut saya, Dok."

Irene tertegun, kemudian saat sadar jasnya ada noda darah, Irene tahu bahwa dia terluka saat mencoba menghentikan pasien tadi.

"Saya ngga apa-apa."

Jendra mendekat kemudian berbisik pada Irene.

"Dokter ngga mau bikin orang-orang pada khawatir kan?"

Irene terdiam kemudian memutuskan ikut dengan Jendra. Itu adalah pertama kalinya dalam hidup seorang Irene Dhatu Anandya mendapatkan pertolongan pertama dari rekan se-profesinya. Selama ini Irene selalu memastikan keselamatannya dan berusaha untuk tidak merepotkan orang lain.

"Lain kali hati-hati, Dok. Pasien kadang suka nekad. Syukurlah lukanya ngga dalam. Kan ngga lucu dokter spesialis bedah dapat jahitan karena habis adegan action sama pasien."

Irene memutar matanya dengan malas.

"Ngga lucu, Dok. Lagian, tadi itu bukan strategi yang bagus."

"Tapi, berhasil kan? Coba ngga saya alihkan perhatiannya pake teka-teki, pasti dia masih ngamuk".

"Saya pikir Dokter bakal milih strategi yang keren."

"Hahaha, yang penting berhasil Dok. Eh, ngomong-ngomong berarti rumor itu bener dong."

Irene terdiam sejenak.

"Rumor?"

"Rumor kalo Dokter Irene batal nikah".

Irene segera melayangkan tatapan membunuh ke arah Jendra.

"Tolong ya, Dok. Manner-nya dijaga. Dokter masih baru kan di sini?"

"Tadinya saya mau konfirmasi langsung sama Dokter. Tapi Dokter udah ngejelasin waktu ngadepin pasien tadi. Berarti saya ngga salah dong, ya?"

Wajah Irene seketika memerah antara kesal dan malu kemudian ia kembali berucap pada dokter di depannya, "udah selesai kan? Saya masih ada kerjaan."

Jendra pun berdiri sembari membereskan peralatannya kemudian tersenyum pada Irene.

"Saya bercanda, Dok. Jangan masukkin hati. Lagian, itu bukan aib kok. Loving someone is hard. Sometimes it doesn't work like what we expected. In the end we realized that it's better to let them go. By the way, selamat bekerja, Dok. Sampai ketemu lagi di ruang O.K."

Irene hampir saja menampar Jendra kalau dia tidak mendengar kalimat terakhir pria itu. Apa yang dikatakan Jendra benar. Saat itu Irene diam-diam berterima kasih pada Jendra karena Irene tidak lagi merasa malu dengan masa lalunya. Tidak ada yang salah. Irene dengan mantan tunangannya hanya tidak berjodoh dan itu bukan sesuatu yang memalukan. Irene tidak bisa menghapus masa lalunya tapi Irene bisa belajar dari sana.

.

.

Irene yang tadinya ingin mendelik pada Jendra akhirnya hanya bisa tersenyum setelah mengingat pertemuan pertamanya dengan Jendra beberapa tahun silam. Irene harusnya tidak heran dengan kelakuan Jendra yang aneh begini. Justru dengan karakternya yang seperti ini Jendra mudah bergaul dengan siapapun tak peduli umur. Seantero rumah sakit tidak ada yang tidak mengenal Jendra bahkan satpam rumah sakit sekali pun mengenal siapa itu Jendra Wiguna Malik.

YouniverseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora