19. Kisah Kelam Topkapi

Start from the beginning
                                    

Asgard membulatkan mata tentu saja. "Are you sure? It sounds like a dangerous game."

Dengan antusias Aysun mengangguk. Benar dugaannya, Asgard akan terkejut.

"Ada beberapa orang yang berhasil lolos, salah satunya Haci Salih Pasha. Ia terbebas dari hukuman dan justru diangkat menjadi gubernur. Aneh, bukan?"

Tanpa sadar Asgard mengangguk. Tak lama dari itu, azan Zuhur berkumandang. Tak terasa perjalanan mereka secepat itu. Keduanya lantas pergi dari sana beriringan, mencari masjid terdekat.

Setengah jam mereka habiskan untuk beribadah, mempertemukan dahi dengan sajadah, dan larut dalam bacaan-bacaan indah penuh berkah.

Selesai salat, keduanya kembali bertemu di serambi masjid. Mereka tidak langsung pergi, melainkan melanjutkan perbincangan yang belum usai.

"Ada dua kebobrokan di dalam Istana Topkapi yang aku yakin, jika kamu mendengarnya, kamu juga akan mengutuk mereka. Tentang harem kekaisaran dan eksploitasi anak-anak Kristen."

Asgard berdiri setelah memasang sepatu. Ia menghadap Aysun yang masih duduk dan mendongak, memandang ke arahnya.

"Bagaimana jika sambil mencari tempat makan? Kamu pasti lapar."

Tolong ingatkan Aysun untuk berterima kasih pada Asgard. Lelaki itu sungguh peka, ia memang sudah sangat lapar.

Ia pun ikut berdiri dan menepuk roknya beberapa kali, lalu berjalan perlahan.

"Sebanyak dua ribu perempuan menjadi harem saat itu. Sebagian besar dari mereka dipaksa dan diculik untuk dijadikan budak serta selir. Beberapa mungkin beruntung karena dicintai sultan. Sebut saja wanita asal Polandia, Roxelana. Ia dicintai Sultan Suleiman I dan dijadikan istri sekaligus penasihat utama." Aysun menghela napas, tak bisa membayangkan bagaimana jika berada di posisi perempuan-perempuan itu.

Asgard menyadari perubahan ekspresi Aysun. Tidak mau menginterupsi, ia justru mengangkat kamera dan mengarahkannya ke wajah Aysun yang tampak samping. Satu potret perempuan terabadikan dengan apik.

Mendengar lelaki itu yang menjepret, Aysun langsung menoleh. "Jangan sampai wajahku terpajang di media sosialmu, Asgard. Aku tidak suka."

"Tenang saja," tutur Asgard.

Sampai di salah satu tempat makan, mereka memesan kebab untuk masing-masing. Sembari menunggu pesanan, kembali Aysun berkata, "Pengambilan anak laki-laki dari wilayah Kristen yang dikuasai atau dikenal dengan devsirme. Banyak anak lelaki usia 12--14 tahun diambil paksa dari keluarganya untuk dijadikan Jannisaries Corps. Semacam tentara budak untuk pemerintahan Ottoman, begitu yang pernah tidak sengaja aku baca."

Asgard tak memgalihkan pandangan sedikit pun. Ia terus memperhatikan Aysun yang bercerita dengan bahasa Indonesia namun aksen Turki. Benar, Aysun juga terbiasa berbahasa Indonesia karena ibunya menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengannya.

Mayoritas anak lelaki yang dijadikan target Jannisaries Corps adalah mereka yang berasal dari wilayah Kristen di Balkan dan Yunani.

Mulanya semua anak di tiap keluarga akan dikumpulkan dan dipilih yang terkuat, sebelum dibawa ke Istanbul. Banyak yang mati dalam perjalanan. Para petugas dari Ottoman juga sengaja membuat deskripsi lengkap tiap anak yang dibawa. Hal itu bertujuan untuk mempermudah penemuan mereka yang mungkin kabur.

Aysun menatap Asgard sambil menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Pandangannya lagi-lagi berubah sayu saat sadar bagian apa yang setelah ini harus diceritakannya.

"Pemaksaan hak berkeyakinan." Aysun terkekeh miris. "Sampai di Istanbul, mereka dipaksa masuk Islam, Asgard. Lalu, untuk mereka yang cerdas dan tampan, akan dijadikan sebagai pasukan elite sultan. Padahal kamu tahu, Islam adalah agama damai. Namun ada saja manusia-manusia seperti itu dalam hal Islamisasi. Ya ... semoga sekarang tidak ada lagi praktik demikian."

Catatan sang Musafir (Completed)Where stories live. Discover now