"rutenya masih sama," gadis itu kemudian berbalik saat bus yang membawanya ke tujuan tiba di depan halte.
"howe aik bus momy!"
Eunbelle mengecup kening Bluena kemudian masuk ke dalam bus menahan tangisnya yang membuat dia sesak.
Aku janji akan selalu kuat Na,
Biarpun kata Jeno, aku belum perlu berusaha untuk memaksa pilihanku.
Gadis itu mendudukkan putri kecilnya didekat jendela memandang pemandangan kota Jakarta dengan mata yang berbinar.
Walaupun aku masih merasa di halaman kertas yang salah, tapi aku selalu mengingat bahwa katamu semua kisahku bukan naskah yang salah.
Naskah yang benar tak menjamin semua halamannya sempurna kan Na?
"Halte gang Renjani,"
Eunbelle menekan tombol pemberhentian, kemudian dengan gesit menggendong putri kecilnya turun di halte tujuan.
Go Eunbelle memeluk erat harum tubuh putrinya, kakinya bergetar saat mencoba melangkah turun dari halte manapak halaman yang selalu terukir di setiap reka memorinya, perlahan ia menatap pagar putih, rumah yang memiliki dua lantai dengan cat warna merah muda.
Saat itu Go Eunbelle menjatuhkan air matanya meskipun ia berusaha menahannnya sekuat tenaga.
Rumah yang dulunya memiliki warna cat putih bersih, kini menjadi merah muda.
Banyak anak kecil di halaman itu, membuat Bluena menendang-nendang perut ibunya meminta turun, untuk ikut bermain di sana.
"ada tante tante yang di foto!" teriak salah satu anak kecil disana mencoba masuk ke rumah mendiang Na Jaemin yang sudah banyak berubah.
sosok laki-laki keluar dari sana, laki-laki berkaus putih dengan celana jeans dilutut menaruh kuas lukis di telinga, serta membawa palet di tangan kirinya menghampiri gadis yang tertegun disana saat putrinya sudah bermain jungkat jungkit bersama temannya yang lain.
Jung Jeno menghampiri saudara tirinya memberikan tangan miliknya yang penuh noda cat air pada gadis di depannya.
"gue mau nunjukkin lo sesuatu,"
Eunbelle menyeka air mata, dengan ujung jaket di pergelangannya, tanpa menerima tangan Jeno, ia mendahului untuk masukbdi rumah mendiang Na Jaemin.
"apa yang mau lo tunjukkin?"
Jeno enggan menjawab menekan bahu sang gadis mendorongnya perlahan mengantar pada sebuah ruang di lantai dua, ruangan besar milik Na Jaemin, yang selalu gadis ini singgahi dahulu. Gadis berambut panjang itu tertegun di depan sebuah dinding yang luas dengan sebuah gurden besar yang menutup dinding.
"bukanya ini dinding kenapa dikasih gurden?"
srak
Jung Jeno menarik gorden yang menutup dinding, membuat gadis yang penuh air mata itu terpaku, hingga merosot ke bawah saat lututunya melumpuh.
...
"kenapa Jen... kenapa aku?" tangisnya pecah menatap fotonya yang begitu besar terukir dalam sebuah pigura di dalam kamar sahabat terkasihnya. Tidak ada foto siapapun yang berada di dinding mendiang Na Jaemin, selain foto dirinya.
YOU ARE READING
Script Swift
General FictionKita memang terlihat bahagia, tapi... Hai naskah, aku sudah sampai rumah. Go Eunbelle From: Script Swift (2021) ????cover by: naa.graphic
2.4 Prasangka
Start from the beginning
