Taeyong memberikan pena dan kertas kosong pada bobo kemudian mengganti handphone nya untuk menampilkan presentasi sementara laptop miliknya yang menampalkan walpaper pemandangan ia beri pada Lee Bobo.

"gambar ini ya, selesai ayah ngajar harus udah selesai," ucap Taeyong lembut sambil membelai puncak kepala putranya tanpa sadar masih mengenakan microphone membuat suara deep huskynya menebar ke seluruh ruangan. Membuat mahasiswi disana kejang kejang.

"api ayah ndada pewana!" dalihnya mencoba beralasan.

"terus gimana caranya membuat satu warna menjadi banyak warna?"

"nda bita lah!!"

"bisa, anak ayah gak ada yang gabisa,"

"apitan bobo anak momy,"

Taeyong menyunggingkan senyumnya meskipun sempat bernafas panjang.

"bobo kan cerdas, pasti bisa, just try and do,"

"fix it soon alau bobo tidak bita!"

"but you should try without expect me, karena kamu bisa lebih baik dari ayah,"

Mendengar itu Bobo tampak berfikir dan mulai sibuk dengan gambarnya sembari melihat laptop sang ayah. Karena sudah mulai anteng Lee Taeyong kembali melanjutkan kegiatan mengajarnya yang sempat tertunda akibat ulah Eldebo.

"dengerna cas bocil bau temulawak aja bisa in english,"

"kata sape gue gak bisa?"

"bahasa inggrisnya 'lucas tolol obatnya habis' apaan?"

"i love you, you love me, we are happy family,"

"koclok,"

"Dalam buku yang berjudul Six Livres de Republique menyatakan bahwa bangsa yang tinggal di kawasan pegunungan pada umumnya merupakan bangsa yang kuat, berdisiplin, dan bersemangat. Montesquieu juga berpendapat dalam bukunya yang berjudul De l'espirit des lois bahwa iklim, topografi dan juga faktor fisis lainnya sangat berpengaruh dalam sistem politik." Di tengah-tengah pemaparan Lee Taeyong memberikan materi dasar ilmu politik, mata Taeyong bertemu dengan teman sebangku istrinya, yang telah mengacungkan jempol ke arahnya mengangkat sebuah kertas binder polos yang berisi kan tulisan dengan abjad ukuran besar.

IM PROUD OF YOU

COFFEE AFTER CLASS? YOU LOOK LIKE NEED MORE CAFFEIN.

Taeyong mengabaikan tulisan tangan Mark Lee, kemudian Mark kembali menuliskan di sisi kertasnya.

sharing table bar with me in collose?

"Mark Lee you got D di mata kuliah saya,"

"shit!"

--0--

Eunbelle dan Bluena berjalan di pinggiran menuju kawasan toko milik Pak Haji Tetet. Namun, langkah gadis itu terhenti saat melewati halte di dekat perumahan mereka. Bluena yang menyeret ibunya tampak bingung karena sang ibu tiba-tiba membeku disana.

"aok mommy!" (ayok mommy)

"ayo kita pulang dulu,"

"pulang emans momy? tan ita lums ampek!" (pulang kemana momy? kan kita belum sampai)

"momy mau bawa kamu ke tempat, yang menginginkan kamu disana,"

Eunbelle merengkuh tubuh kecil Bluena, kemudian dengan langkah yang kuat ia memberanikan diri meneduh dari teriknya mentari di bawah halte yang semalam ia kunjungi dengan suaminya.

Script SwiftWhere stories live. Discover now