13 - Dandelions

533 75 0
                                    

Dari semua tempat yang ada di rumah, dulu Bunda paling sering berada di ruang kerja. Tempat itu berada di lantai satu, dekat dengan ruang keluarga. Tadinya tempat itu merupakan kamar yang dikhususkan untuk tamu, namun karena terlalu jarang dipakai, Bunda meminta kepada Ayah untuk mengganti fungsi kamar itu menjadi ruang kerjanya. Bunda adalah seorang fashion designer. Wanita itu memang sering menyelesaikan pekerjaan yang belum tuntas di rumah.

Tempat itu merupakan sumber ide atas hasil-hasil karya yang sudah Bunda buat. Bunda berada di sana bukan hanya menyelesaikan pekerjaannya saja. Karena selain itu, Bunda juga sering menghabiskan waktu luang untuk melukis. Wanita itu akan membuka gorden jendela lebar-lebar, membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan, lantas menorehkan satu persatu warna pada kanvas putih, hingga akhirnya menjadi sebuah lukisan yang cantik.

Sudah banyak lukisan yang Bunda buat. Biasanya, Bunda akan menyimpan lukisan hasil karyanya di dalam ruangan itu. Entah memajangnya pada permukaan tembok, membiarkannya tetap berada pada easel kayu dan menaruhnya di sisi ruangan, atau kadang Bunda membawanya ke ruangan lain agar bisa digunakan sebagai hiasan. Tidak heran jika ruang kerja Bunda terlihat seperti galeri seni sederhana miliknya.

Dulu orang yang paling sering menemani Bunda di ruang kerjanya adalah Jean. Anak itu akan terus mengganggu Bunda dengan berbagai celotehan. Tak jarang, Jean merecoki Bunda ketika wanita itu sedang membuat sketsa pada lukisan. Bunda tidak pernah marah atau merasa terusik dengan tingkah Jean. Wanita itu justru mengajak Jean duduk di sebelahnya, memberikan anak itu sebuah kuas dan palette, lantas membiarkan Jean menorehkan warna pada lukisannya.

Juan juga cukup sering menemani Bunda. Ketika Bunda sedang melakukan sesi melukisnya, Juan akan datang dan sibuk bertanya perihal seni lukis pada Bunda. Kadang-kadang, Juan juga meminta Bunda menjelaskan tentang arti dari masing-masing lukisan yang Ia buat. Bunda lantas menjabarkan makna-makna dari lukisannya secara sabar pada Juan. Pernah suatu kali, Bunda dan Juan bekerja sama melukis pada satu kanvas kosong dan ketika lukisan itu selesai, Bunda memajangnya di ruang keluarga. Bunda pernah berkata, itu adalah lukisan yang paling bermakna karena terdapat ketulusan dan kerja keras Juan di dalamnya.

Jian juga terbilang sering menemani Bunda. Ketika Bunda berada di sana, entah sedang melukis atau menyelesaikan pekerjaannya, Jian akan datang. Membawa gitar miliknya lalu duduk di sofa panjang dekat jendela. Biasanya, Jian akan bernyanyi beberapa lagu. Membiarkan suara dan alunan nada dari gitar yang Ia mainkan memenuhi ruangan. Bunda selalu senang mendengar Jian bernyanyi. Katanya, suara merdu Jian adalah salah satu alasan mengapa Bunda selalu meminta Jian untuk menemaninya selama di ruang kerja.

Suatu hari, Bunda pernah meminta Jian datang ke ruang kerjanya. Saat itu sore telah menjelang. Ketika Jian berada di ruang kerja Bunda, sorot matahari berwarna jingga menembus jendela yang sengaja Bunda buka dan membuat ruangan dipenuhi oleh cahaya senja. Tetapi hari itu, Jian tidak membawa gitarnya. Cowok itu hanya ingin duduk di samping Bunda dan menemaninya selama wanita itu melukis.

Hari itu, Bunda melukis seorang wanita yang sedang menggenggam beberapa tangkai bunga. Jika sebelumnya Jian tidak pernah banyak bicara soal lukisan, kala itu Jian bertanya pada Bunda.

"Itu bunga apa Bun?"

"Bunga Dandelion." Bunda menjawab sambil merapikan lukisan yang selesai Ia buat.

Jian mengernyit. "Kenapa Bunda melukis itu?"

"Karena Bunda suka sama bunga ini."

"Kenapa harus Dandelion?" Jian masih merasa penasaran. "Banyak orang yang bilang bunga yang cantik itu mawar. Tapi ada juga yang lebih suka sama bunga tulip atau lily, dibanding Dandelion."

The Dandelion'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang