26 - Rainy

416 64 0
                                    

Jam istirahat sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu. Jian, Dendra dan juga Yovan tengah duduk di salah satu meja kantin, berhadapan dengan sepiring siomay milik mereka masing-masing. Mereka bertiga masih fokus menyantap makanan, hingga tiba-tiba Puspa muncul dari arah ujung kantin. Cewek itu sedang berjalan ke arah meja mereka. Seketika Jian, Dendra dan Yovan terkesiap. Mereka bertiga langsung saling berpandangan.

"Sorry Kak kalo saya ganggu."

"Eh, gak ganggu, kok. Sans aja." Yovan langsung membalas cepat. "Kenapa? Ada yang perlu lo omongin?"

Puspa mengangguk. "Terkait Pensi, Kak."

"Oh, yaudah kalo gitu lo duduk dulu aja. Biar gak capek." Dendra mempersilakkan sambil tersenyum sopan.

"Disini?"

"Ya, terserah. Atau lo mau duduk di atas meja?"

Puspa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Cewek itu tersenyum kaku. Masalahnya, tempat yang ditawarkan Dendra untuk diduduki olehnya berada tepat di samping Yovan dan berhadapan langsung dengan Dendra. Ia jadi merasa sedikit malu.

"Duduk aja gak apa-apa." Jian tiba-tiba bersuara.

Puspa mengangguk terpatah, lalu duduk pada bangku tepat di sebelah Yovan. Cewek itu berdeham. Langsung mulai membicarakan hal yang memang sebelumnya ingin Ia sampaikan. "Jadi OSIS udah nentuin rundown acara dan kalian kedapetan tampil di jam setengah sebelas siang. Kebetulan acaranya mulai jam sembilan, jadi di jam setengah sebelas pas banget ada di pertengahan acara. Karena ternyata banyak juga penampil di acara Pensi nanti."

"Soal alat musik gimana? Semua udah difasilitasin sekolah, kan?"

"Untuk alat musik tenang aja, Kak. Mulai dari gitar, keyboard, drum, bahkan bass, semuanya pake alat musik punya sekolah. Jadi orang-orang yang emang penampilannya butuh alat musik gak perlu lagi bawa dari rumah."

"Bagus deh kalo gitu." Jian membalas singkat. Tidak bereaksi apa-apa lagi. Cowok itu lalu kembali fokus dengan makanan di piringnya yang memang masih tersisa banyak.

"Lo mau sampein itu aja?" Dendra bertanya.

"Kebetulan emang itu doang sih, Kak."

"Yov, Yan, lo ada yang mau ditanyain gak?"

Jian menggeleng pelan, sementara Yovan berdeham. Cowok itu sepertinya ingin berbicara sesuatu. "Gini..."

Puspa menaikkan satu alisnya. "Apa?"

"Kita boleh gak minjem ruang musik sekolah buat latihan lagi?" Yovan bertanya sambil tersenyum tipis. "Gue mau minta tolong sama lo untuk pinjemin kunci ke Bu Devina. Kayaknya kalo sama lo Bu Devina gampang banget kasih pinjem kunci ruang musik."

Bu Devina adalah Guru Kesenian di sekolah mereka, sekaligus Guru Penanggung Jawab ekstrakurikuler seni yang ada di sekolah. Makanya tidak heran jika Ia memegang kunci ruang musik milik sekolah.

Puspa terdiam sebentar. "Eum... saya gak tau sih Bu Dev hari ini ada di sekolah atau nggak. Tapi kalo misalkan Bu Dev ada, saya bakal coba pinjem kunci ruang musik lagi ke beliau."

"Oke deh kalo gitu." Yovan tersenyum senang. "Makasih banyak, Puspa."

Puspa tersenyum singkat dan mengangguk pelan. Cewek itu langsung beranjak dari duduknya dan segera berjalan menjauh dari meja yang ditempati oleh Jian, Yovan dan juga Dendra.

Yovan masih memperhatikan Puspa yang kini sudah mulai menjauh. Hingga tiba-tiba sebuah kepalan tisu terlempar dan mengenai persis di bagian wajahnya. Yovan spontan menoleh. Ia langsung mendapati Dendra yang sedang memandangnya dengan tatapan mengejek.

The Dandelion'sWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu