10 - Hate

549 93 3
                                    

Hari ini Mama pulang sedikit lebih malam dari biasanya. Ketika jam pulang tadi, Mama masih harus menyelesaikan urusannya dengan salah satu pasien yang memang berada di bawah tanggung jawabnya. Hal itu membuat Mama mengundur waktu pulangnya lebih lama dari biasanya.

Ketika tiba di rumah Mama disambut oleh keheningan. Selama tinggal di rumah berdua dengan Haivan, Ia memang sudah terbiasa dengan sepi. Haivan adalah tipe anak yang gemar mengurung diri di kamar. Cowok itu bisa menghabiskan waktu hanya untuk main game atau nonton film di kamarnya sendirian. Mama memaklumi sikap Haivan yang lebih memilih menghabiskan waktu di rumah tanpanya. Meskipun kadang Mama merasa rindu bercengkerama bersama Haivan seperti dulu kala.

Tetapi sekarang, bisa melihat Haivan kembali tersenyum dan berbicara dengannya sudah membuat Mama lega. Ia bersyukur karena Haivan kini sudah memaafkan semua kesalahannya.

Mama berjalan menyusuri tangga menuju tempat di mana kamar Haivan berada. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Begitu Mama membuka pintu kamar Haivan, Mama melihat anak itu sudah tertidur dan tengah berbaring di atas ranjang.

Sewaktu Mama berjalan mendekat ke arah Haivan, pandangannya tersita oleh lantai di dekat lemari pakaian. Mama melihat figura dan foto yang kini sudah berubah menjadi pecahan. Kondisinya sudah benar-benar berantakan. Wanita itu langsung berjalan mendekat untuk melihat pecahan figura itu, hingga detik setelahnya Mama kembali terkejut ketika melihat senyum manis Herga dan Haivan di sana, tertutup oleh pecahan-pecahan kaca yang berasal dari figura.

Mama terdiam. Dadanya seketika dipenuhi oleh sesak. Ia tidak tau apa alasan Haivan menghancurkan foto itu, namun Mama mampu menebak jika Haivan berbuat begitu karena suatu hal yang berkaitan dengan Herga.

Wanita itu berjalan mendekat pada Haivan. Anak itu terlihat sangat tenang dalam tidurnya. Mama mengulurkan tangan untuk mengusap pelan kepala Haivan. Tanpa sadar air matanya menetes.

Bagaimana bisa dulu Ia bersikap segegabah itu hingga meninggalkan kedua anaknya dalam rasa sakit. Ia merasa bersalah sebab permasalahan rumah tangganya menyeret Herga dan Haivan turut merasakan penderitaan yang sama. Selama dua tahun, sepanjang harinya tidak terlewatkan sedetikpun waktu untuk menyesali hal yang sudah Ia perbuat dulu.

Ia sudah melakukan kesalahan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang Ibu.

Mama tersentak ketika tiba-tiba tangan Haivan bergerak. Cowok itu langsung memegang tangan Mama yang berada di kepalanya, lalu menggenggamnya dengan erat. Buru-buru Mama menghapus air matanya.

"Jangan pergi, Ma." Haivan berucap. Suaranya terdengar parau khas orang yang baru saja bangun tidur. Haivan bahkan masih memejamkan matanya. "Temenin aku di sini."

Mama mengangguk. "Mama gak akan pergi."

"Mama kemana aja? Kenapa baru pulang?"

"Mama minta maaf." Wanita itu membalas pelan. "Tadi masih ada hal yang perlu Mama urus. Maaf karena Mama jadi pulang terlalu malam. Tapi besok Mama janji akan pulang tepat waktu. Kamu gak perlu khawatir."

"Jangan terlalu dipaksa, Ma." Haivan membuka matanya, lalu menatap Mama. "Aku tau Mama harus bertanggung jawab penuh sama pekerjaan Mama. Kalo emang Mama harus pulang lebih malam gak apa-apa. Aku ngerti."

"Tapi Mama gak bisa biarin kamu sendiri terus-terusan."

"Aku gak kenapa-napa." Haivan bangkit dari tidurnya. Mengambil posisi duduk di atas ranjang. Mencoba mensejajarkan dirinya dengan Mama juga tengah duduk di atas kursi yang Ia tarik dari meja belajar Haivan. "Jangan terlalu khawatir sama aku. Mama ada baiknya fokus sama pekerjaan Mama, oke?"

Wanita itu malah menarik Haivan dalam dekapan. Mendengar anaknya berbicara begitu semakin membuat Mama merasa bersalah.

"Mama gak tau hal apa yang terjadi sama kamu hari ini. Mama juga gak tau perasaan seperti apa yang lagi kamu alami. Selama Mama di sini, Mama janji akan selalu ada untuk kamu. Jangan takut sendiri, Haivan. Mama minta maaf kalau Mama terkesan mengabaikan kamu, tapi Mama berusaha lakukan apapun untuk kamu. Mama janji."

The Dandelion'sWhere stories live. Discover now