25-JOVANNA

5.1K 220 3
                                    

Happy Reading....... ヾ(^-^)ノ

Typo dimana-mana
~~~~~~~~

"Na ini susunya"

"Makasih ma" Anna meminum susu tersebut dua teguk lalu meletakkannya di meja sembari mengelus perutnya.

"Kembar deh kayaknya Na"

"Hah?"

"Cucu mama–" Amara mengelus perut Anna sambil tersenyum. "–Dulu mama hamil lima bulan nggak sebesar ini. Mama yakin kalau anak kamu kembar"

Memang benar, perutnya lebih besar daripada orang hamil umumnya yang berusia 5 bulan. Jika memang kembar, dia sangat senang luar biasa. "Kalau emang bener kembar mama mau cucu laki laki atau perempuan?"

"Perempuan atau laki laki nggak masalah, yang penting persalinan nanti semua berjalan lancar"

Maura menatap Anna yang kembali meminum susu yang dia buat. Dia bersyukur karena Anna mau kembali bersama anaknya. "Anna, makasih ya karena kamu mau bertahan sampai saat ini. Mama tau semua nggak mudah buat kamu laluin apalagi dalam keadaan hamil kayak gini. Makasih"

Anna mengangguk sembari merasakan usakan lembut di kepalanya. Dia akan mempertahankan rumah tangganya selagi dia mampu. "Anna berharap semoga kedepannya baik baik saja. Apalagi sekarang ada adek bayi yang mau lahir"

"Aamiin.mama juga mau yang terbaik buat kalian–" Amara tersenyum dan tak lama kemudian dia memukul pelan dahinya. "–Ya ampun mama lupa ada janji sama tante Fia sekarang"

"Penting ma?" tanya Anna dan diangguki oleh Amara.

"Ini nggak papa mama tinggal?"

"Nggak papa" ucap Anna meyakinkan Amara. Dia tahu Amara pasti khawatir karena mertuanya itu hampir tidak pernah absen menemaninya saat Vandres bekerja.

"Yaudah kalau gitu mama pulang. Kalau ada apa apa langsung telfon Vandres ya–" Amara langsung menahan Anna yang hendak berdiri untuk mengantarnya kedepan. "–Duduk aja, inget kata mama ya. Kalau mau buah tinggal ambil aja tadi mama udah potong potong"

Anna mengangguk sembari melihat kepergian Amara. Dia kemudian beranjak menuju ke dapur lalu membuka kulkas dan benar saja, Amara sudah memotong kecil kecil buah kesukaannya.

Anna membawa kotak buah tersebut lalu duduk di kursi makan. Sejujurnya dia bosan karena kegiatannya sangat dibatasi oleh Vandres, bahkan saat memasak pun Vandres langsung menyuruhnya duduk karena takut dia lelah walaupun hanya berdiri.

Ting

'Kak, mas Tian main ke rumah. Ih seneng banget'

Anna tersenyum membaca pesan dari Kina. Memang tidak bisa dipungkiri, akhir akhir ini Tian sedikit menghangat kepada Kina. "Semoga kalian berjodoh"

Anna menggeser kotak buah dihadapanya yang tinggal setengah lalu menghela nafas. Mungkin jika dia tidur bisa mengurangi rasa bosannya.

Anna membawa segelas air putih lalu dia letakkan di atas nakas. Dia tidak menyangka setelah pulang dari rumahnya keadaan apartemen benar benar sangat kacau dan kotor. Bahkan dia sempat menumpang di apartemen Tian saat Vandres menyuruh orang untuk membersihkan apartemen.

"Sayang–" Vandres berjalan pelan menuju Anna yang tengah berbaring menyamping. "–Tidur hm?"

Anna yang hampir tidur terbangun kalau Vandres mengelus rambut dan mengecup dahinya pelan. "Mas kok pulang?"

"Mama bilang kamu di rumah sendiri jadi aku pulang" ucap Vandres sembari melepas pakaian kantornya.

Anna memalingkan wajahnya saat melihat tubuh telanjang Vandres. Entah kenapa dia masih merasa malu. "Aku nggak papa di rumah sendiri mas"

"Tapi aku pengen nemenin kamu" Vandres membaringkan tubuhnya disamping Anna lalu memeluknya.

"Mas"

"Hm?" Vandres menyingkap daster Anna hingga batas dada lalu mengelus perut Anna perlahan. Ini adalah hobi barunya walaupun Anna pun merasa malu.

"Kata mama bayi kita kembar"

"Really?" Vandres menaikan selimut untuk mereka berdua lalu menyentuh kembali permukaan perut Anna.

Anna mengangguk lalu menahan nafasnya saat tangan Vandres merambat kedadanya yang sekarang lebih sensitif. Dia memberanikan diri untuk menatap Vandres yang tersenyum kepadanya.

"Apa?" Vandres mengecup bibir dan meremas dada Anna dengan pelan.

"Eumhhh aku mau tidur" ucap Anna sambil menjauhkan wajah Vandres darinya.

"Tidur yang nyenyak sayang"

"Eunghhh mas"

••••••••••

Anna memandang jenaka kearah Kina yang sedang mengapit tangan Tian. "Makasih ya makanan. Kalian beneran nggak mau mampir dulu?"

"Nggak usah"

"Jo ada?"

Anna terkikik kecil melihat keduanya yang saling pandang dengan tatapan yang berbeda karena berkata bersamaan. "Ada, ayo masuk"

"Nggak usah kak Anna. Ini waktunya juga mau makan siang kan? Aku mau masakin buat mas Tian, bye kak Anna"

"Astaga Kina pelan pelan"

Anna menggelengkan kepalanya lalu menutup pintu tetapi dia urungkan saat melihat wanita berjalan kearahnya. "Maura?"

Maura tersenyum lalu menatap perut Anna yang sudah membesar. Tidak bisa mengelak, dia benar benar benci melihatnya.

Anna sendiri menyadari perubahan raut wajah Maura tapi dia mengenyahkan fikiran buruk yang tiba tiba datang.

"Hidupmu menyenangkan Anna?"

Anna yang bingung dengan pernyataan  Maura hanya mengangguk singkat. "A–apa kabar? Maura?"

"Buruk. Tapi mungkin akan membaik setelah aku mencelakaimu"

Anna meringis sakit karena Maura yang tiba tiba mendorong sambil mencekik lehernya. Dia coba melepaskan tangan Maura yang semakin kuat mencekik lehernya. "L–lepas ugh Maura"

"Lepas? Untuk apa melepaskannya hm? Lebih baik kamu mati dan Vandres bahagia bersama ku" ucap Maura sembari menatap Anna dengan tajam.

"Lepas, s–sesak"

Maura tersenyum lalu mengusap perut Anna memutar dengan tanganya yang lain. "Aku ingin memecahkan balon"

Mata Anna membuat saat Maura memperlihatkan pisau kecil lalu menggoreskan ke pipinya. "Ssshh jangan!"

"Tapi aku ingin–" Maura berucap memelas lalu tersenyum dan mengarahkan pisau tersebut ke perut Anna. "–selamat tinggal adik kecil"

Bruk

"Brengsek!" Vandres merengkuh tubuh Anna setelah dia mendorong Maura kuat. Anna sendiri menumpukan tubuhnya ke Vandres karena lemas.

"Pergi!"

"Vandres–"

"PERGI SEBELUM AKU BERTINDAK LEBIH KASAR!" Vandres menatap Maura tajam lalu menutup pintu apartemen dan membawa Anna ke sofa.

"Anna? Sayang?–" Vandres mengusap pipi Anna yang terluka. "–Buka matamu hei"

"T–takut"

"Ssstt semua baik baik aja" ucap Vandres sambil mengusap air mata Anna.

"Maura mau bunuh–"

"Nggak! Itu nggak akan terjadi. Percaya sama aku–" Vandres menangkup wajah Anna lalu mengusap pipi yang terluka. "–Sakit?"

"Perih" Anna menutup mata saat Vandres mengusap luka tersebut.

Vandres menghela nafas lalu meniup luka Anna pelan. Maura semakin berani menyakiti Anna, dia harus lebih menjaga Anna lebih baik lagi. Dia tidak mau kejadian tadi terulang kembali.

~~~~~~~~~~

TBC

JOVANNA Where stories live. Discover now