Bab 1

85 69 32
                                    

Ervan menunjuk-nunjuk Mamahnya dengan kasar. "kalau Mamah berani sakitin Stella, Ervan juga bakalan sakitin Jessica, anak tiri kesayangan Mamah itu. Ervan juga ga bakalan lagi mau ngejaga Jessica, Ervan gak akan mau lagi ngedenger ucapan Mamah yang nyuruh Ervan buat ngawasin Jessica" jelasnya.

Ucapan itu justru membuat Mawar tercengang, "maksud kamu apa Ervan! Berani kamu ngelawan Mamah!"

Plak

Sebuah tamparan mendarat begitu cepat dipipi mulus Ervan. Stella yang melihat adegan yang mengejutkan sontak membulatkan mata indahnya kedua tangannya membekap mulutnya secara tiba-tiba. Namun merasa tak terima dengan perilaku Mamahnya Stella pun membuka mulut. "Mamah tega yah, Mamah bener-bener udah gila, sampe-sampe Mamah menelantarkan anak kandung Mamah sendiri!"pekiknya.

Dengan gelak tawa Mawar pun membalas perkataan anaknya itu, "maksud kamu apa hah? Kalau emang Mamah benar-benar menelantarkan kamu dan Abangmu ini, kalian ga bakalan ada dirumah ini, kalian mungkin ga bisa sekolah, dan juga kamu Ervan mungkin kamu gak bisa kuliah, selama ini siapa yang bayarin kebutuhan kamu Stella, Ervan?"tanya Mawar.

Merasa tak ada jawaban dari kedua anaknya ini, Mawar pun melanjutkan kembali ucapannya "kenapa diam, kenapa pada diam?"tanya Mawar. Dan tak lama kemudian Mawar pun melanjutkan kembali ucapannya sembari menunjuk otaknya sendiri dan kedua anaknya itu.

"pikir mangkanya, setelah kejadian Ayah kalian meninggal kebutuhan kalian berdua sulit untuk dicukupi, jangankan kebutuhan kalian kebutuhan Mamah dan kebutuhan sehari-harinya buat makan, biaya kuliah Abang, biaya sekolah kamu susahkan?"lirihnya. Dan langsung melanjutkan kembali perkataanya "setelah itu Mamah ketemu sama papah Danu yang mau menerima Mamah mau menerima kalian berdua dan mau mencukupi serta membiayai sekolah kalian"tuturnya. Mawar menarik nafas kasar dan menghembuskannya dengan kasar pula.

Tak lama kemudia Ervan pun membalas "ia, Mamah bener selama ini yang nafkahin kita itu om Danu, yang membiayain kuliah Ervan dan sekolahnya Stella itu om Danu, Ervan akui itu Mah. Tapi bukan itu yang Ervan maksud Mah"jeda Ervan.

Ervan menarik nafas perlahan-lahan dan langsung melanjutkannya kembali "setelah ini Ervan janji! Ervan janji gak bakalan lagi nerima uang dari Mamah dan juga om Danu, biaya sekolah Stella dan kebutuhan yang lainnya gaakan pake uang dari Mamah atau dari suami Mamah itu."

Mawar yang mendengar ucapan Ervan sontak membulatkan mata dan kembali melayangkan tangannya, hampir saja sedikit lagi tangan Mawar mendarat dipipi Ervan, namun dengan kedatang Danu dan Jessica diwaktu yang sangat tepat mampu mengurungkan niat Mawar yang ingin menampar Ervan.

Huuuuu syukurlah Ervan gak jadi ditampar:)

"ada apa ini?"tanya Danu.
Sontak ketiga orang itupun langsung memalingkan wajahnya menghadap Danu dan Jessica.

Jessica yang melihat raut wajah ibu tiri serta saudara-saudara tiri nya itupun merasa bingung sendiri ia tak berani menatap mata Stella yang langsung tertuju padanya.

Danu yang melihat itu pun langsung bertanya kepada Mawar yang tidak menunjukkan tatapan tajam kepadanya "kenapa sayang,ko pagi-pagi udah ribut?" tanya danu kepada Mawar dengan mesra sembari melilitkan tangan dipinggang ramping Mawar.

Mawar pun membalas perbuatan danu tak kalah mesra "gak ada apa-apa ko mas cuma ada masalah kecil tadi"ucap Mawar sembari mendekat kearah Danu dan Jessica.

Melihat kelakuan mamahnya itu,Ervan dan juga Stella merasa jijik, sedangkan Stella tak mempalingkan tatapan tajam nya itu, tatapan yang penuh kebencian terhadap Jessica. Namun Jessica hanya membalas itu dengan menundukkan kepalanya.

Ervan yang melihat raut wajah adik-nya itu langsung menarik pergelangan tangan Stella, membawanya pergi dan langsung mengatarkannya sekolah tanpa memperdulikan ketiga sejoli yang masih menatap kepergiannya.

***

Didalam mobil Ervan dan Stella sama-sama diam tidak ada yang melontarkan 1 perkataan.
Stella yang masih dipuncak kemarahan hanya bergelut dengan pikirannya sendiri, sedangkan Ervan hanya fokus mengendarai mobil dengan pandangan lurus kedepan.

Tiba-tiba saja Ervan memberentikan mobilnya didepan pedagang kaki lima. Stella yang menyadari sontak menoleh kepada Ervan "koberenti,mau ngapain?"tanya Stella.

Ervan hanya diam tidak menggubris ucapan adiknya itu, ia langsung keluar dan menuju tukang penjual bubur ayam keliling.

Stella hanya menatap kepergian Ervan dengan sorot yang tak bisa diartikan, sampai Ervan kembali kedalam mobil Stella tidak menyadarinya.
"dek makan dulu nih, gue beliin bubur ayam buat lo"titahnya. Sembari menyodorkan bubur ayam yang dibalut wadah 'styrofoam'.

Menyadari kalau sang adik tengah melamun Ervan sontak melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Stella.
Stella yang menyadari langsung tersadar dari lamunannya "eh, ko lo ada disini bukannya tadi lo kesana yah." Stella bingung, ko bisa tiba-tiba Abangnya ada didalam mobil.

Ervan membalasnya dengan senyuman tipis miliknya,"ia tadi gue keluar beli bubur bulat lo."
Ervan yang menyodorkan bubur ayam itu langsung diterima oleh Stella.

"makasih Bang"ucapnya.
Sembari memakan bubur, Stella tak henti-hentinya bergelut dengan pikirannya.
Banyak yang ingin ia tanyakan kepada Abangnya ini.

Ervan yang menyadari Stella hanya diam saja, Ervan pun berfikir."lo pasti kaget De, pasti lo mau tanya soal perkataan gue tadi, gue ngerasain itu, tapi kenap lo diem aja?"gumam Ervan.

***
Buat yang udah baca cerita aku makasih banget yah:)
Dan yang udah komen ngevote jga makasih banget,jangan takut buat komen yh,aku seneng kalu ada yang mau nilai cerita aku,berapapun nilainya aku terima'makasih🤗
-
-
-
-
Vote cerita ini kalau kamu suka
Share cerita ini jika layak untuk dibaca. Terimakasih🤗


STELLA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang