Chapter 01 (prolog)

619 60 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mungkin takdir tak menyukai Fenly yang selalu ceria walau ia sedang bersedih. Takdir mungkin cemburu karena Fenly kuat, dia pemuda yang luar biasa. Takdir jadi membencinya hingga merenggut semuanya dari pemuda bermata bak pangeran itu.

Fenly berdiri dengan getaran kecil di samping makam ibunya yang sudah tertutup rapat oleh tanah. Orang-orang di sekitarnya sedang berdoa, menangisi kepergian seorang wanita tangguh yang sering dicemooh oleh beberapa hal tetapi menjadi pujaan bagi orang yang mengenalnya lebih dalam lagi.

"Fenly.."

Fenly tak kunjung mendengar panggilan itu. Ia malah terduduk, mengelus pelan batu nisan bertuliskan nama sosok wanita paling ia sayangi seumur hidupnya.

"Mama bakalan ada di samping kamu, jangan takut kalo ada yang jahilin ya, teriak aja panggil mama, mama pasti datang."

"Beneran?"

"Iya."

"Selamanya?"

"Hm. Selamanya. Sini peluk mama, Fenly kecil tidak boleh tidur larut malam."

Bohong.

Mamanya berbohong tentang dirinya yang akan selalu ada di kala Fenly menangis, dikala pemuda itu butuh sandaran.

Tersedu, pemuda itu mengepalkan tangannya, mengeluarkan seluruh keresahan lewat tangis yang terdengar memilukan.

Ini salahnya, pikirnya.

Jika hari itu dia tak memaksa mamanya untuk berjalan jalan ke pantai, ini tak akan pernah terjadi.

Untuk kedua kalinya, pemuda itu kehilangan orang orang yang dia sayangi oleh monster bernama laut.

3 tahun yang lalu, 3 teman dekatnya tenggelam oleh ombak keras yang menghantam. Tidak. Jika ketiga temannya tak berusaha menyelamatkan dirinya hingga selamat sampai detik ini, mungkin ketiganya masih hidup dan Fenly yang tertidur di bawah tumpukkan tanah sendiri.

"Mama... Fenly mau peluk, Mama.. Bangun."

Fenly menangis, tidak peduli dengan umurnya yang sudah menginjak 15 tahun. Tidak peduli dengan setiap pasang mata yang menganggap ia terlalu cengeng menangisi seseorang yang tak akan pernah kembali lagi. Dia kehilangan segalanya.

"Ma, Fenly janji bakal rajin belajar lagi, Fenly bakal bantuin Mama menyapu lantai, Fenly ga akan nakal lagi, Ma. Fenly janji.." Tidak. Tidak akan pernah ada jawaban. Tidak akan pernah ada sosok Mama yang berdiri di hadapannya lalu menjewer telinganya karena cengeng begini.

"Mama... Fenly sayang Mama.. Ayo pulang ke rumah, Ma. Fenly yang masak buat malam ini. Ma.."

"Mama... Fenly takut gelap, Fenly ga mau tidur tanpa Mama, Mama ayo bangun, jangan lama lama."

Tak Seiring (Slow update)Where stories live. Discover now