"Raffa." Tiba-tiba seseorang memanggil datang dan berdiri tepat didepan Raffa. Dia adalah Adi. Kalian masih ingatkan Pak Adi, dosen dengan julukan dosen tertampan dan dan termuda sebelum Raffa menjadi dosen dikampus itu.

"Ya?" kata Raffa

"Gw lihat-lihat muka Lo kok tegang gitu, ada masalah?" tanya Adi yang berusaha untuk membantu Raffa.

Mendengar pertanyaan Adi, Raffa pun memperlihatkan pesan-pesan yang baru saja datang di hpnya kepada Adi.
Adi terkejut karena dia tau siapa yang mengirim pesan tersebut kepada Raffa. Ekspresi Raffa terlihat sekali ingin meminta bantuan kepada Adi, meskipun Raffa masih dengan muka dinginnya tetapi Adi tau bagaimana dan mengenal bagaimana ekspresi sahabatnya ini.

"Mampus lho, nenek lampir datang lagi kan. Gw gk bisa bantu Lo ya, bini gw lagi pengen rujak jadi gw harus pergi dulu ..."katanya berusaha menolak untuk membantunya dan pergi dengan terburu-buru. Bukan karena dia tidak mau, tetapi sekarang bukan saatnya membantu sobat lamanya ini karena bisa-bisa dia kena amukan oleh istrinya yang lagi hamil karena tidak membelikan rujak untuk istrinya.

"Dasar ..."

"Siang, Pak," kata Ara yang kebetulan lewat.

Saat melihat Ara, tiba-tiba Raffa punya rencana.

"Tunggu ..."

"Ada apa, pak?" kata Ara sambil berbalik menghadap Raffa.

"Ikut saya!" kata Raffa tegas. Mereka berdua masuk kedalam ruangan Raffa.

"Kamu harus bantu saya hari ini," kata Raffa yang sedang duduk santai di kursi kebesarannya.

"Bukannya itu tugas saya pak, lagian gk biasanya bapak bilang dulu sama saya," kata Ara bingung yang ditatap tajam oleh pak Raffa.

"Hehe ... bercanda pak. Bantuin apa pak? Ngoreksi tugas? Masukin nilai atau bersihin ruangan ini," lanjut Ara.

"Bantu saya untuk ngusir dia kalau dia datang kesini," kata Raffa sambil memperlihatkan foto seorang perempuan yang ada di hpnya kepada Ara.

"Kok saya pak, kenapa gk bapak aja . Lagian dia cantik lho pak, masa iya bapak tega ngusir perempuan secantik ini," kata Ara sambil mengamati foto perempuan tersebut.

"Mau nilai kamu D!" ancam Raffa.

"Eh janganlah pak, masa hal beginian disangkut pautkan sama nilai saya sih," kata Ara sambil memalingkan wajahnya dari Raffa karena kesal.

Heran deh. Bisa-bisanya dia disuruh mengusir perempuan yang tidak ia kenal. Malah disangkut pautkan sama nilai lagi, mana berani Ara menolak permintaan dosen es galaknya ini.

"Akan saya belikan apa yang kamu mau."

Seketika Ara langsung melihat kearah Raffa. Yang benar saja. Paling juga dosennya itu cuma bercanda doang.
Tapi tidak salah juga kan kalau Ara memastikannya terlebih dahulu.

"Beneran, pak?"kata Ara yang dibalas deheman oleh Raffa.

"Hm ...."

"Kalau saya minta dibeliin mobil, gimana Pak?"

"Terserah."

Ya kali, hal beginian malah minta dibeliin mobil. Kayak cewek matre aja gw, kikikik...-batin Ara sambil cekikikan.

"Bercanda Pak. Hm...kalau gitu beliin saya Silverqueen satu buah ya, Pak." Mumpung gratis,,,

"Hm. Jadi gimana?"kata Raffa yang masih dengan wajah sok coolnya.

"Ya udah pak,"

"Ya udah apa?"

"Ya udah iya, saya bantuin." Final Ara.

RAFFATTA  (On Going)Where stories live. Discover now