6 - Dirty Dancin'

48.3K 7.1K 2.8K
                                    

Ponsel Eirene bergetar, dia segera mengambilnya dari saku, kemudian menjawab telepon. “Halo?” ucapnya tidak sabar.

Woi, Dodol. Gue ke rumah lu tadi, lu di mana, Anjing?”

Eirene memutar mata malas, temannya yang satu ini bermulut kasar seperti Eirene, tidak heran kenapa mereka bisa berteman. Walaupun hanya satu, Eirene punya teman dekat sebelum Nyx. Tapi sayang sekali Maria alias Marianne berusia dua tahun lebih tua dari Eirene, dan cewek urakan itu sudah kuliah.

“Gue masih di sekolah, lah, Bodoh,” balas Eirene sama kasarnya.

Lah, lu, kan, udah kelas dua belas, Babi. Ngapain masih di sekolah? Skip, aja, ekskul udah gak wajib.”

Menghela napas berat, Eirene melirik Nyx yang masih ada di lapangan bermain bulu tangkis. Eirene heran kenapa cowok itu bisa menguasai banyak cabang olahraga. Apakah Nyx tidak punya kekurangan satu pun? Tuhan pasti sedang bercanda.

“Lagi nungguin cowok ganteng, nih. Emang kenapa, sih?” tanyanya penasaran. “Lo gak sibuk sama kuliah—”

Apa?! Sebentar kayaknya gue denger kata ‘cowok ganteng’ barusan? Mana? Mana? Coba fotoin, kirim ke gue, Bangsat. Gue jomblo ini,” Maria menukas kalimat Eirene dengan penuh semangat.

“Dih!” Eirene mendengkus keras. “Punya gue yang ini.”

WUIH. PUNYA PACAR LU, KUTIL?” Maria berseru lebih antusias lagi. “Hmmm ... pasti ganteng banget, ya, sampe seorang Eirene Kabut Asap bisa jatuh cinta!

Eirene memutar mata malas, tidak terima nama belakangnya diubah-ubah. “Silvermist, Goblok. Sekali lagi lo bilang begitu, gue bakar kondom lo semua.”

Suara tawa Maria terdengar keras sekali, cewek itu biasanya akan memukul orang terdekat kalau tertawa sampai seperti ini. Tapi kemudian Maria minta maaf berkali-kali, dan yang terakhir baru terdengar sangat tulus. Eirene hanya menghela napas, kemudian memaafkannya. Eirene sangat sensitif tentang nama belakang, karena itu salah satu milik Papi yang tersisa padanya.

“Buruan, deh, kenapa lo sampe datengin ke rumah segala?” tanya Eirene mulai kehabisan rasa sabar.

Biasa, Brader. Malem Minggu dateng, lah, ke party gue. Mumpung Ayah-Bunda lagi di luar kota, nih. Bawa, tuh, cowok lu.”

Eirene diam sebentar, ragu apakah Nyx akan mau diajak pergi ke pesta seperti itu. “Oke, gue gak janji bawa dia, sih. Tapi gue pasti dateng,” Eirene menyetujui. “Udah, ya, gue mau balik, nih.”

Okeeeiiii. Good bye, Sayang.”

“Cuih, Bangsat.”

Maria tertawa keras lagi sebelum memutuskan sambungan telepon. Eirene menggeleng samar, hidupnya cukup ramai karena ada Maria, meski cewek itu lebih sering sibuk. Tapi Maria tidak pernah melupakan Eirene, mereka selalu punya waktu untuk sekadar bertelepon setiap kali Maria punya waktu luang. Setiap kali Maria mengadakan pesta kecil di rumahnya, Eirene selalu diundang. Kesetiaan Maria pada Eirene adalah anugerah Tuhan yang sampai sekarang sangat dia syukuri.

Eirene ingin memanggil Nyx, tapi tiba-tiba Bunga alias Aster muncul lebih dulu. Lagi-lagi memberikan minum, Eirene menyipit kesal karena heran kenapa Aster tidak punya hal lain untuk diberi selain air mineral. Eirene mengambil langkah panjang, kemudian berdiri di tengah-tengah Nyx dan Aster sambil tersenyum jahat.

“Apa-apaan, sih, Bit—”

“Ngasih air mineral lagi?” tanya Eirene dengan alis terangkat. Menukas umpatan Aster. Eirene seumur hidup tidak akan pernah membiarkan seseorang mengumpat padanya, kecuali Maria karena itu hanya candaan teman, dan Eirene juga selalu membalasnya. “Bawa balik, gih. Gue punya cara ampuh buat bantu Nyx kalo haus.”

Neroin [Segera Terbit]Where stories live. Discover now