D U A

45.6K 5.4K 154
                                    

"Aslan .. ada apa sayang? Apa aku membuat kesalahan?"

Pintu terus di ketuk semakin brutal, wanita merah itu terus saja berteriak, mencari perhatian Aslan yang sejak pagi tadi tiba-tiba mengusirnya.

Bukan tanpa sebab Aslan mengusirnya, tentu karena Aslan bukanlah Aslan yang sesungguhnya.

Aslan memijat pelipisnya, pusing dengan segala hal konyol yang menimpanya.

Otaknya kalut, tak bisa menerima keajaiban ini dengan senang hati. Bagaimana ia bisa tertawa senang ketika takdir yang ia buat khusus untuk sang antagonis malah menimpa dirinya sendiri.

Apakah ini karma? Mungkin Aslan yang asli tengah tertawa puas melihat dirinya sekarang.

Tapi untung saja masih ada yang bisa ia syukuri. Marilyn, si anak Marquis simpanan Duke Agung itu masih hidup dan menempel manja bagai cicak di sekeliling Aslan.

Artinya, ia masih bisa memperbaiki keadaan sebelum semuanya benar-benar hancur. Kepala di penggal anak sendiri, jadi bahan tontonan seluruh kekaisaran, dan mati dengan nama baik yang tercoreng naas.

Uh, bukan-bukan, itu bukan cita-citanya setelah mati dari ketinggian 20 meter.

"Ya, kunci utama saat ini ada pada anak-anak Aslan." Aslan mengelus dahinya yang berkerut, pikiran pelik ini bisa membuat wajah tampannya mengalami penuaan dini.

Aslan dalam novel memiliki 3 anak, dua laki-laki dan satu perempuan.

Anak yang pertama, Abraham Percival Wialachaues. Ia memiliki jiwa ksatria sejati dan tsundare nomor satu se-kekaisaran. Putra pertama dari Grand Duke Aslan Percival Wialachaues itu begitu membenci ayahnya.

Walau tak menunjukkan kepedulian pada Ruby secara terang-terangan, tapi Abraham adalah sosok saudara yang menjadi tameng terkuat hingga Ruby bisa memenggal kepala Aslan di depan seluruh rakyat Cruixegon Empire.

Yang kedua, Adams Percival Wialachaues. Tidak seperti kakaknya yang membenci sang ayah dan berpihak pada sang adik. Adam menjadi sosok yang netral. Atau, tak peduli pada apapun meski keluarga harmonis-nya hancur berkeping-keping.

Adams adalah sosok remaja yang tenang dengan banyak topeng. Dia bisa menggigit dari sisi mana pun. Sosok yang sulit di tebak. Namun tidak jika dengan Aslan, dia adalah ayah sekaligus penulis yang tahu betul isi pikiran licik milik otak kecil Adam. Dia persis seperti ibu nya.

Kemudian, Rubyanne Percival Wialachaues. Gadis mungil berambut platinum dengan mata berwarna biru keunguan, persis seperti milik Aslan. Sosok yang begitu sempurna seperti malaikat yang di kirim langsung oleh Tuhan.

Sayang, dia adalah algojo bagi Aslan di masa depan.

Sejak kecil, Ruby begitu memuja ayahnya. Ia selalu mendamba pelukan sang ayah, menanti di depan kamarnya setiap hari sembari berharap sang ayah akan berbalik dan menatapnya penuh kasih.

Namun, pribadinya berubah ketika sang ayah semakin menjadi. Membencinya hingga ke tulang bahkan memfitnah Putri bungsunya sendiri karena hasutan dari para selir milik Aslan.

Aslan terlalu gelap mata, membuat Ruby mengambil langkah mundur dan menjadi pedang bermata ganda bagi ayahnya.

Itu adalah cara yang pas bagi kematian seorang penjahat tiran seperti Aslan. Namun itu untuk Aslan yang dulu.

Aslan new version, ya, kini bukan lagi Aslan si tiran, demi hidup nyaman hingga hari tua, Aslan akan memperbaiki hubungan ayah-anak-nya yang sudah hancur.

Meski itu bukan tanggung jawabnya.

Dengan kekuasan dan harta yang bergelimangan, Aslan bisa saja membeli pulau pribadi di tengah laut, membangun rumah sederhana di sana, hidup dengan nyaman tanpa perlu terlibat peperangan berdarah.

A STORY OF WIALACHAUES [END] Where stories live. Discover now