15 | Hanya Mimpi, Belum Kenyataan

8 9 0
                                    

Rhena kini sudah berada di dalam kelas. Ia berangkat sekolah bersama kakaknya. Dan hari ini ia sedang tak ingin di antar pulang oleh Adelard, ia hanya ingin bersama Farel kakaknya. Jarang-jarang juga ia dijemput oleh kakaknya.

Pelajaran pertama sampai kedua pun sudah dimulai dan Rhena hanya menemui Davina dan Fidelya. Ia sama sekali belum melihat Elvina disekolahnya. Mungkin ia masih ada acara keluarga nya.

Hari ini dijalankan oleh Rhena seperti biasa. Jam istirahat ia baru merasakan kembali dengan sahabatnya yang satu minggu menghilang tak ada kabar.

Mereka bertiga kini sudah berada di kantin dan duduk bersama. Dan memesan makanan seperti biasa. Tak lama pesanannya pun sudah sampai dimeja kantin mereka bertiga.

" Eh, Del lu kemana aja sih akhir-akhir ini? " tanya Rhena yang memulai pembicaraan.

" Hm? Biasa lah ada acara keluarga di Bandung " jawab Fidelya sembari memakan siomay pesanannya.

" Dan lu Dav? Seminggu ini lu kemana aja? " tanya Rhena dengan menunjuk Davina menggunakan wajahnya.

" H-hah? Gu-gue ada acara keluarga juga di Yogyakarta " alibi Davina yang sudah gelagapan untuk menjawab.

" Ohh " jawab Rhena dengan ber-oh-ria sembari mengangguk dan memakan siomay nya.

Selesai makan dikantin sekolah. Mereka bertiga pun kembali ke kelasnya, dan duduk di kursi mereka masing-masing. Pelajaran terakhir pun sudah dimulai.

Selesai pelajaran terakhir, bel pulang sekolah pun sudah berbunyi. Siswa siswi pun berhamburan keluar kelas.

Rhena kini sudah dijemput oleh Farel. Dan Farel pun menancapkan gas nya menuju rumah.

***

Sesampainya didepan gerbang rumah, Rhena pun langsung masuk kedalam dan menuju kamarnya.
Ia pun langsung membersihkan tubuhnya dan beristirahat.

Kini ia sedang rebahan diatas kasur king size nya dengan posisi terlentang seraya melihat langit-langit kamarnya.

Tak lama, akhirnya dia sudah masuk kedalam alam mimpinya.

°

Rhena kini sedang duduk di bangku taman. Ia sedang merileks kan tubuhnya di taman itu.

Tiba-tiba tangannya ditarik oleh seorang pria dengan menggunakan pakaian rapi dan menggunakan masker.

Ia mengernyitkan keningnya, kenapa ia ditarik menuju ketempat yang sudah didekor indah oleh tenda yang tak terlalu besar. Hiasan kainnya berwarna putih, dan bunga mawar merah yang tertata rapi di samping kanan-kiri.

Saat setibanya di atas panggung kecil, ia terkejut saat pria yang menarik nya tadi berlutut dengan mengangkat tangannya yang membawa kotak cincin.

Perlahan pria itu membuka kotak cincin nya.

" Will you marry me Rhena? " ucap Pria itu dengan membuka masker nya. Dan ternyata itu adalah Adelard.

Rhena sungguh terkejut dengan kelakuan Adelard. Tanpa ia sadari, ia telah mengeluarkan air mata nya.

" Yes, i will "  jawab nya dengan mengulurkan tangan kirinya.

Adelard pun mengambil cincin dari kotaknya, lalu memakaikannya ke jari manis tangan kiri Rhena.

Mereka berdua pun saling berpelukan dengan mata yang sudah basah oleh air mata kebahagiaan. Rhena sungguh tak percaya, bila ia akan menikah dengan orang yang dia sayang.

***
Beberapa bulan kemudian.

Rhena sedang memasak sarapan dengan perut yang tengah membuncit. Ia sangat bahagia dengan Adelard.

Senyuman Maut  [ end ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang