[ 06 ] ― ❛ Kalah Bertaruh ❜

238 64 78
                                    

Lantunkan; Pamungkas - I Love You But I'm Letting Go.

Hari sudah petang, Sea pulang dengan bayang-bayang Langit yang ia emban di punggung belakang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari sudah petang, Sea pulang dengan bayang-bayang Langit yang ia emban di punggung belakang.

Ia mengetuk pintu dengan beberapa ketukan, tak lama setelah itu seorang wanita tua dengan uban yang mulai bertumbuh di atas kepalanya dan kerutan yang terpampang jelas pada rupa ayunya itu membukakan pintu untuk Sea.

Rita―Bunda Sea―termangu menatap anak semata wayangnya dengan sekujur tubuh yang basah. Ia menuntun Sea untuk masuk ke dalam dan menyuruhnya untuk langsung mengeringkan tubuh dan mengganti pakaian, Sea dapat mendengar jelas omelan sang Bunda, seolah dia adalah anak nakal yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Setelah mengeringkan tubuh dan mengganti pakaian, Sea menghampiri sang Bunda yang sedang bersemayam di beranda rumah. Tidak ada analogi yang paling tepat untuk mendeskripsikan bagaimana suasana saat ini, rasanya Sea ingin menghentikan waktu sejenak hanya untuk sekadar menghirup kehidupan yang terkombinasi dengan ambu wangi hujan yang bepercikan di tanah-tanah tandus.

"Bun ...," panggil Sea sembari mendudukkan dirinya di sebelah Rita.

Rita berbalik sejenak, lalu tersenyum tipis. Sea masih dapat melihat dengan jelas kurva bulan sabit yang terukir pada wajah sang Bunda, meskipun hari sudah malam dan satu-satunya penerang hanya lampu remang-remang di atas kepala mereka.

"Chelsea mau kasih tahu satu hal sama Bunda."

"Apa?"

"Eh, bukan. Bukan satu hal, tapi beberapa hal," ralat Sea. "Chelsea ... Chelsea putus sama Langit, Bun," kata Sea dengan nada bersalah. Sebab, sang Bunda pernah berpesan, beliau ingin melihat Sea menikah sebelum dirinya menutup usia.

"Kok bisa? Langit yang putusin kamu?"

Sea menggeleng kuat. "Chelsea yang minta putus, Bun."

"Kenapa minta putus? Langit selingkuh? Atau―"

"Enggak, Bun." Sea memotong ucapan Rita, ia mengulurkan sebuah amplop putih pada sang Bunda yang masih termangu.

Rita membuka amplop tersebut, membacanya dengan intens. Tidak ada raut sedih ataupun khawatir yang terpampang di wajahnya, ia hanya menarik bibirnya ke atas, tersenyum simpul.

"Chelsea nggak mau Langit habisin waktunya buat temenin Chelsea yang bahkan nggak tahu sisa waktunya untuk hidup sampai kapan, Chelsea nggak mau Langit sedih. Karena Chelsea yakin, Langit bisa dapat perempuan yang jauh lebih baik."

"Nggak apa-apa, nggak perlu khawatir. Bukannya Tuhan Maha Baik, ya? Pasti bisa sembuh kok, nggak perlu takut, 'kan ada Bunda," jelas Rita sembari memegangi telapak Sea yang telanjur dingin.

"Dengerin Bunda, ya. Setiap yang bertemu, pasti akan ada waktunya untuk pergi jauh. Tapi kalau memang rusuknya, mau sejauh apa pun orang itu pergi, dia bakal kembali lagi ke kamu. Satu hal yang Bunda tahu, apa pun yang diambil sama Tuhan, pasti akan digantikan dengan yang jauh lebih baik. Kamu percaya, 'kan?"

Langit & LautWhere stories live. Discover now