32. Tempat Persinggahan

1.7K 190 16
                                    

Sesuatu yang sudah terlepas, tidak bisa disebut lagi hak milik

—Huang Renjun—

🐰🐰🐰🐰

Renjun panik setengah mati. Bagimana tidak, ia baru saja mematikan lampu kamar dan bersiap tidur tetapi dering ponselnya membuat Renjun langsung mati rasa.

"Halo, Na?"

"Renjun .... "

Renjun panik. Tidak biasanya Jaemin menelepon dirinya malam-malam. Terakhir kali mereka chat hanya ketika menanyakan tugas saja. Tetapi, yang mmbuat Renjun khawatir setengah mati adalah suara Jaemin yang terdengar begitu parau, sesekali terdengar isak tangis yang tertahan, dan juga ... di luar sedang hujan deras.

"Iya, Na, ini aku. Kamu di mana sekarang? Kamu baik-baik aja, 'kan?"

"Sakit, Jun ... sakit .... "

Renjun semakin panik. Ia langsung di nyambar kunci mobil dan menuruni tangga. Tidak peduli jika ibunya–Huang Jessica–menatapnya keheranan.

"Na, kamu di mana sekarang? Biar aku ke sana sekarang jemput kamu!"

"Taman ...!"

Panggilan terputus seketika membuat Renjun mendecak kesal.

"Sayang! Mau ke mana kamu malam-malam gini?" tanyanya yang tengah asik di depan laptop. "Di luar hujan—"

"Mah, aku pinjem payungnya bentar!"

"Hei, Jun!!"

——oOo——

Putus asa.

Ya ... itulah kondisi Jaemin saat ini. Selepas Jeno meninggalkannya dengan kata-kata yang menyayat hati, Jaemin langsung pergi ke luar, ke tempat di mana ia pernah menunggu Jeno yang tak pernah datang. Ya, taman.

Tak peduli hujan deras mengguyur jalanan kota, dan kilatan petir yang saling bersahutan menghiasi langit malam, Jaemin tetap pergi. Pikirannya kacau. Tidak sekalipun Jaemin menduga bahwa Jeno akan sekejam itu padanya.

"Buang jauh-jauh perasaan itu, atau aku yang bakal pergi jauh dari kamu!"

Dengan tubuh basah kuyup, Jaemin duduk di bawah pohon besar di taman sembari memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya di sana. Jaemin menangis.

Bahkan, Jaemin sendiri tak mengerti kenapa orang yang pertama kali ia hubungi adalah Renjun. Kenapa Renjun?

"Kalau tau begini ... aku gak bakalan pernah jujur sama kamu. Kalau kejujuranku hanya buat kamu menjauh, aku lebih baik memendamnya seorang diri," katanya diiringi isak tangis.

"Jen ... melupakan seseorang itu tidak mudah. Apalagi, untuk orang yang tidak normal sepertiku. Harusnya kamu sendiri tahu itu .... "

Seumur hidup, Jaemin tak pernah merasa sesakit ini.

*****

Entah sudah berapa taman Renjun kunjungi, namun ia tak kunjung menemukan Jaemin di sana. Renjun berkali-kali mengusap kasar rambutnya. Ia benar-benar frustasi mencari keberadaan Jaemin-nya.

Hingga akhirnya, kedua kornea matanya menangkap sosok pria yang tengah berteduh di bawah pohon. Tanpa pikir panjang lagi, Renjun langsung membanting stir ke kanan, lantas turun dari mobil sembari membaya payung.

About J [NOMIN] END✔Where stories live. Discover now