2. Masalah lagi!

43 24 12
                                    

"Bagaimana perkembangan perusahaan?" suara tegas menginterupsi semua orang yang sedang menikmati makan malam mereka.

Hening berhenti memotong steiknya.

"Baik," jawabnya singkat, masih dengan menatap piringnya.

"Kudengar kau sedang mengajukan produk baru? Heaven?" sambung Anton, ayah Hening.

"Astaga! Ini hari ulang tahunku tapi kalian malah membahas perusahaan! Oh ayolah.. berhenti berbicara tentang bisnis!" ucap Lusi-ibu Tiri Hening- kesal.

"Baiklah, sayang." kata Anton melembut. "Selamat ulang tahun, istriku." sambungnya lagi yang mendapat respon bermacam-macam.

Lusi tersipu malu, Rista-adik kedua Hening dan suaminya saling melempar senyum, Reno yang mendengus kesal sedangkan Hening memutar malas bola matanya.

"Sudahlah jangan bermesraan di depan jomblo ini!" seru Reno kesal. Ngomong-ngomong, Reno ini adik bungsu Hening. Sedangkan Rista adik pertama Hening yang sedang mengandung.

"Makanya cari pacar, dek," ledek Rista sambil tersenyum menyebalkan.

"Kak Hening saja belum punya pacar,"  Hening langsung menatap tajam si pembicara, Reno yang sedang menyengir setelah membawa-bawa namanya.

"Aku sudah nyaman sendiri," kata Hening yang terpaksa angkat suara karena semua orang sedang menatap dirinya.

"Yakk!!! Kamu harus menikah, Hening!" Seru Lusi. "Umurmu sudah matang, jika kau tidak menikah tahun ini maka kau akan dicap perawan tua!"sambung nya lagi.

"Aku belum mau, tante."

"Astaga! Lihat adikmu aja akan melahirkan bulan ini. Sedangkan kamu calon aja belum punya." Lusi mendramatisir mengusap dadanya, "Ya tuhan... Apa aku harus mati dulu baru bisa melihat anak nakal ini menikah?" katanya yang sudah memasang wajah sedih.

Semua yang disana terkekeh geli kecuali Hening yang sudah ingin mendengus saking kesalnya.

"Sudahlah Tant-"

"BAHKAN DISAAT SEPERTI INI KAMU MASIH MEMANGGIL AKU TANTE?!" Lusi teriak tak terima mendengar panggilan Hening padanya. "Call me mami!!" Lanjutnya lagi.

"Ya Tante mam-"

"Mami!"

"Ta-"

"Mami, Hening, mami!" kata Lusi gemass dengan anak sambungnya.

"Ya, mami, ya!" akhirnya Hening berhasil mengucapkan kata itu. Agak kaku sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, Tante maminya itu sudah sangat baik kepada dirinya dan Rista yang notabennya bukan anak kandung Lusi.

"Terima kasih, Hening." Mata Lusi sudah berkaca-kaca. Panggilan yang sudah ia dambakan selama hampir dua puluh tahun.

Hening hanya tersenyum tulus. Pemandangan yang sangat langka sebenarnya. Empat orang lainnya melihat interaksi itu sambil tersenyum haru. Mereka tahu betapa besar keinginan Lusi untuk dipanggil mami.

Lusi sudah menangis haru di tempatnya. Sungguh dia bahagia. Anak kecil pendiam yang ditemuinya dua puluh tahun lalu, sekarang sudah mau memanggilnya mami. Ini kado ulang tahun terbaiknya. 

***

Di tempat lain, Tampan sedang menemani Heri curhat. Mereka berada di roooftop kantor dengan kaleng cola di tangan masing-masing.

"Aishhh.. gila! Gue gak nyangka kalau gue harus jomblo padahal baru seminggu jadian!" Setelahnya Heri langsung meneguk colanya.

Do Re MineWhere stories live. Discover now